Oleh: Ust. Muafa
Selain Ibnu Hajar Al-‘Asqalani dan Ibnu Al-Mulaqqin, pakar hadis yang memiliki jasa besar dalam menyokong madzhab Asy-Syafi’i adalah Al-Baihaqi (w. 458 H). (Peran Ibnu Al-Mulaqqin dalam madzhab Asy-Syafi’i bisa dibaca di Jasa Kitab Al-Badrul Munir dalam Madzhab Syafi’i)
Siapakah Al-Baihaqi?
Beliau adalah Abu Bakr Ahmad bin Al-Husain Al-Baihaqi. Seorang pakar hadis terkenal. Gelarnya Al-Hafidh. Gelar ini jelas lebih tinggi daripada gelar Al-Muhaddits apalagi Al-Musnid.
Kisah terkenal yang menunjukkan kedalaman ilmu Al-Baihaqi dalam ilmu hadis adalah peristiwa koreksi terhadap gurunya sendiri; Abu Muhammad Al-Juwaini (Ayahanda Abu Al-Ma’ali Al-Juwaini). Dikisahkan Abu Muhammad mengarang sebuah kitab fikih yang disusun dengan metode langsung mengambil hukum dari dalil tanpa terikat madzhab tertentu. Penyusunan kitab ini baru tuntas sebanyak tiga jilid besar yang kemudian diberi nama Al-Muhith (المحيط). Begitu kitab ini diketahui Al-Baihaqi, maka beliau segera mengenali kesalahan-kesalahan terkait hadis di dalamnya. Lantas beliau kirimkan surat kepada Abu Muhammad yang berisi kritik, koreksi, nasihat dan masukan. Akhirnya Abu Muhammad mengakui kelemahannya dan tidak melanjutkan menulis kitab tersebut. Kritikan Al-Baihaqi ini di zaman sekarang telah dicetak dengan judul “Risalatu Al-Imam Abi Bakr Al-Baihaqi Ila Al-Imam Abi Muhammad Al-Juwaini”.
Jasa besar Al-Baihaqi dalam madzhab Asy-Syafi’i telah dikenal umum. Di antaranya sebagaimana yang diungkapkan oleh Imamul Haramain; Al-Juwaini berikut ini,
وَقَالَ إِمَام الْحَرَمَيْنِ مَا من شَافِعِيّ إِلَّا وَللشَّافِعِيّ فِي عُنُقه منَّة إِلَّا الْبَيْهَقِيّ فَإِنَّهُ لَهُ على الشَّافِعِي منَّة لتصانيفه فِي نصرته لمذهبه وأقاويله
Artinya : “Imamul Haramain berkata, ‘Tidak ada penganut madzhab Asy-Syafi’i melainkan Asy-Syafi’i berjasa padanya. Kecuali Al-Baihaqi. Beliaulah yang berjasa kepada Asy-Syafi’i karena karya-karyanya yang menolong madzhab dan pendapat-pendapatnya” (Thobaqot Asy-Syafi’iyyah Al-Kubro, juz 4 hlm 10-11)
Memang, jika diperhatikan karya-karya Al-Baihaqi, akan tampak dengan jelas bagaimana peran besar beliau menunjukkan keunggulan ijtihad Asy-Syafi’i. Dengan kedalaman ilmu beliau dalam bidang hadis, beliau tunjukkan bagaimana kelemahan ijtihad imam yang lain dan kekuatan cara istidlal Asy-Syafi’i.
Di antara karya terpenting Al-Baihaqi yang menunjukkan hal ini adalah kitab “Ma’rifatu As-Sunan Wa Al-Atsar” (معرفة السنن والآثار). Kitab ini pada hakikatnya ingin menunjukkan keluasan pengetahuan Asy-Syafi’i terhadap hadis, sunnah dan atsar yang dijadikan sebagai dasar istidlal untuk setiap produk hukum yang beliau munculkan. Kitab ini juga berisi bantahan terhadap Abu Ja’far Ath-Thohawi (yang bermadzhab hanafi) yang diketahui banyak menyerang ijtihad Asy-Syafi’i dan ulama syafi’iyyah. Dengan kitab ini Al-Baihaqi membuktikan bahwa Asy-Syafi’i sama sekali tidak pernah memakai riwayat majhul atau membangun hukum dengan hadis cacat.
Al-Baihaqi juga mengarang kitab berjudul “Takhriju Ahadits Al-Umm” (تخريج أحاديث الأم). Dari judulnya sudah terlihat bahwa isi kitab itu adalah mentakhrij lengkap semua riwayat-riwayat dalam kitab populer Asy-Syafi’i yang bernama Al-Umm. Al-Baihaqi membahas lengkap sanad riwayat-riwayat tersebut dan komentar terhadapnya. Tentu saja dengan kerja ini, kitab Al-Umm semakin tampak kualitas isinya, bukan hanya dari produk ijtihad fikihnya tetapi juga dari sisi validitas riwayat yang menjadi dasar ijtihad hukum tersebut.
Al-Baihaqi juga mengarang kitab besar berjudul “Al-Mabsuth” (المبسوط) untuk mengumpulkan semua nushush (pernyataan-pernyataan lugas) Asy-Syafi’i terkait ijtihad. Mengingat riwayat ijtihad Asy-Syafi’i kadang disampaikan secara simpang siur, ada yang sanadnya sahih, ada yang dhoif, ada nisbat yang benar, dan ada yang dusta, maka Al-Baihaqi menyaring semua riwayat itu dan menulis riwayat yang sahih. Setelah itu Al-Baihaqi menunjukkan dalil-dalil yang mendasari ijtihad Asy-Syafi’i tersebut.
Al-Baihaqi juga menulis sejumlah kitab dengan topik fikih khusus untuk menguatkan dan membela ijtihad Asy-Syafi’i seperti kitab “Al-Qiroah Kholfa Al-Imam” (membaca Al-Qur’an di belakang Imam), “Al-Jami’ Fi Al-Khotam” (kupas tuntas soal cincin), dan lain-lain.
Beberapa orang yang salah paham terhadap Asy-Syafi’i karena belum sanggup menjangkau kedalaman ijtihad Asy-Syafi’i, beliau luruskan dengan uraian yang sangat ilmiah dan bermutu. Misalnya dalam kitab yang berjudul “Bayanu Khotho-a Man Akh-tho-a ‘Ala Asy-Syafi’i“ (penjelasan kesalahan orang-orang yang salah paham terhadap Asy-Syafi’i).
Secara khusus Al-Baihaqi juga sempat menyoroti ikhtilaf ijtihad antara Syafi’iyyah dan Hanafiyyah. Beliau menulis kitab yang diberinama “Al-Khilafiyyat” (الخلافيات). Dalam kitab tersebut beliau menganalisis perbedaan ijtihad Syafi’iyyah dan Hanafiyyah kemudian beliau menunjukkan argumentasi-argumentasi yang menunjukkan kuatnya madzhab Asy-Syafi’i.
Al-Baihaqi yakin, kesalahan imam-imam madzhab dalam berijtihad adalah kesalahan yang tidak disengaja. Menurut Al-Baihaqi persoalannya hanyalah karena sebagian mereka tidak tahu hadis yang diketahui Asy-Syafi’i atau lengah dalam menemukan tempat hujjah dalam suatu hadis yang ditemukan Asy-Syafi’i. Seandainya mereka tahu, maka mereka tidak akan ragu lagi untuk berpendapat seperti pendapat Asy-Syafi’i.
Al-Baihaqi berilmu sangat luas. Bukan hanya dalam ilmu hadis, tetapi juga dalam ilmu fikih. Kata Adz-Dzahabi, seandainya beliau mau membuat madzhab sendiri niscaya beliau mampu karena keluasan ilmunya. Adz-Dzahabi menulis,
Artinya : “Seandainya Al-Baihaqi mau membuat sendiri madzhab tempat dia berijtihad, niscaya dia mampu karena keluasan ilmunya dan pengetahuannya terhadap ikhtilaf” (Siyaru A’lami An-Nubala’, Juz 1 hlm 91)
Tetapi ketawadhu’an beliau membuat beliau memilih bermadzhab Asy-Syafi’i, tidak membuat madzhab sendiri. Dengan sikap ini seolah-olah Al-Baihaqi mengakui bahwa betapapun hebatnya ilmu yang dimiliki tetapi jika dibandingkan dengan ilmu Asy-Syafi’i maka beliau merasa ilmunya masih jauh di bawah Asy-Syafi’i.
Dalam pendapat Al-Baihaqi, madzhab fikih yang paling sesuai dengan hadis adalah madzhab Asy-Syafi’i. Wajar jika beliau memutuskan untuk bermadzhab Asy-Syafi’i. Penilaian ini tentu saja valid, karena Al-Baihaqi adalah ahli hadis yang kepakarannya tidak diingkari oleh kaum muslimin dari berbagai madzhab. Hampir seluruh umur Al-Baihaqi dibaktikan untuk hadis.
Al-Baihaqi telah membandingkan semua madzhab-madzhab fikih yang beliau tahu. Beliau menyelidiki ijtihad para imam madzhab, kemudian beliau bandingkan dengan Al-Qur’an, Hadis dan Atsar. Ternyata Al-Baihaqi menemukan bahwa ijtihad Asy-Syafi’i lah yang paling banyak mengikuti As-Sunnah. Kekaguman Al-Baihaqi terhadap ketajaman ijtihad Asy-Syafi’i diungkapkan dalam ucapan beliau berikut ini,
Artinya : “Dengan pertolongan Allah Ta’ala aku telah membandingkan ijtihad-ijtihad masing-masing para imam madzhab itu, sejauh pengetahuanku terhadap Kitabullah azza wajalla, kemudian (sejauh pengetahuanku terhadap) hadis-hadis dan atsar yang aku kumpulkan terkait hal-hal wajib, nawafil, halal, haram, hudud dan hukum. Ternyata kudapati Asy-Syafi’i rahimahullah yang paling mengikuti (Al-Qur’an dan As-Sunnah), yang paling kuat hujjahnya, yang paling sahih qiyasnya, dan paling jelas bimbingannya. Hal itu (bisa ditemukan) pada kitab-kitab yang beliau karang, baik yang lama maupun yang baru, dalam ushul maupun furu’ (yang dijelaskan beliau) dengan penjelasan paling gamblang dan bahasa yang paling fasih” (Ma’rifatu As-Sunan Wa Al-Atsar, juz 1 hlm 213)
Konon karya Al-Baihaqi mencapai 1000 buah karya, belasan di antaranya tercetak dan populer.
Salah seorang ulama telah bersaksi akan mutu dan manfaat ilmu Al-Baihaqi melalui sebuah mimpi. As-Subki menulis,
Artinya : ‘Abu Bakr Muhammad bin Abdul Aziz Al-Mawarzi Al-Al-Junujirdi berkata, ‘Aku melihat dalam mimpi seakan-akan ada sebuah peti yang membubung di langit dan diliputi cahaya. Aku bertanya, ‘Apa ini?” Ada yang menjawab, “Itu karangan-karangan Al-Baihaqi” (Thobaqot Asy-Syafi’iyyah Al-Kubro, juz 4 hlm 11)
Yah, karya-karya Al-Baihaqi telah terbukti bersinar di seluruh pelosok dunia Islam. Bermanfaat bagi kaum muslimin baik yang semadzhab dengan beliau maupun yang tidak semadzhab.
رحم الله البيهقي رحمة واسعة
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين
[]