Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Ayat sajdah dalam Surah Al-Insyiqoq adalah ayat ke 21. Tepatnya, ayat sajdah dimulai dari ayat 16 dan berakhir pada ayat 21 berikut ini,
Artinya,
“Maka Aku bersumpah demi cahaya merah pada waktu senja. Demi malam dan apa yang diselubunginya. Demi bulan apabila jadi purnama. Sungguh, akan kamu jalani tingkat demi tingkat (dalam kehidupan). Maka mengapa mereka tidak mau beriman? Dan apabila Al-Qur’an dibacakan kepada mereka, mereka tidak (mau) bersujud “ (Al-Insyiqoq; 16-21)
Adapun ayat-ayat selanjutnya, yakni ayat 22-25, maka itu bukan ayat sajdah. Penjelasan pernyataan ini adalah sebagai berikut.
Dalam ayat 16-21 Allah bersumpah dengan mega merah di waktu senja, bersumpah dengan malam dan bersumpah dengan bulan. Setelah itu Allah memberitahukan informasi penting bahwa manusia itu pasti akan mengalami berbagai kondisi bagaikan tingkatan-tingkatan tangga. Manusia akan mengalami masa hidup, masa mati, kebangkitan, penghisaban, meniti shiroth dan berbagai tahapan menuju kehidupan yang abadi. Sayang sekali, kebanyakan manusia tidak mempercayai berita yang amat penting ini. Jika dibacakan kepada mereka Al-Qur’an yang merupakan wahyu resmi Allah nan otentik dari-Nya untuk mengajarinya untuk menghadapi hari yang sangat mencekam itu, mereka tidak mau mengimani dan meyakininya sehingga kepala mereka tidak mau ditundukkan untuk bersujud mengagungkan Allah.
Jadi, ayat ini adalah ayat sajdah karena secara implisit memuji orang yang mau bersujud saat dibacakan Al-Qur’an kepadanya. Pada akhir ayat 21 inilah riwayat Abu Hurairah yang melakukan sujud tilawah saat membaca Surah Al-Insyiqoq mungkin dibawa. Al-Bukhari meriwayatkan,
Artinya,
“Dari Abu Salamah, beliau berkata, ‘Aku melihat Abu Hurairah radhiallahu anhu membaca Surah Al-Insyiqaq, kemudian beliau sujud karena Surah tersebut. Aku bertanya, ‘Wahai Abu Hurairah, mengapa aku melihatmu sujud?’ Beliau menjawab, ‘Seandainya aku tidak melihat Nabi ﷺ sujud, maka aku tidak akan sujud” (H.R. Al-Bukhari)
Adapun ayat sesudahnya, maka maknanya tidak ada kaitan dengan sujud dan perintah sujud lagi. Ayat sesudahnya menceritakan bagaimana orang-orang kafir mendustkan wahyu Allah sehingga Allah mengancam mereka dengan azab yang pedih, kecuali bagi mereka yang bertrubat, beriman dan beramal salih. Allah berfirman,
Artinya,
“Bahkan orang-orang kafir itu mendustakan(nya). Dan Allah lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan (dalam hati mereka). Maka sampaikanlah kepada mereka (ancaman) azab yang pedih. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka akan mendapat pahala yang tidak putus-putusnya.” (Al-Insyiqoq; 22-25)
Asy-Syirozi berkata,
Artinya,
“Tiga ayat sajdah berada di surat-surat Al-Mufasshol. Yang pertama di akhir Surah An Najm, yaitu ‘fasjudu lillahi wa’budu. Yang kedua di Surah Al-Insyiqoq pada firman Allah Azza wa Jalla ‘wa idza quri-a ‘alaihimul qur-anu la yasjudun’. Yang ketiga, di akhir Surah Al-‘Alaq pada ayat ‘wasjud waqtarib’ (Al-Muhadzdzab, juz 1 hlm 162)
An-Nawawi menegaskan kebanaran pernyataan Asy-Syirozi di atas dalam kitab Al-Majmu’ sebagai berikut,
Artinya,
“Tempat-tempat ayat sajdah adalah sebagaimana yang disebutkan oleh pengarang- yakni Asy-Syirozi-“ (Al-Majmu’, juz 4 hlm 60)
Mengatakan bahwa ayat sajdah dalam Surah Al-Insyiqoq ayat 16-21 adalah pendapat mazhab Asy-Syafi’i dan jumhur ulama. Adapun ulama yang berpendapat ayat sajdah dalam Surah Al-Insyiqoq adalah pada akhir ayat, di antaranya adalah Ibnu Habib Al-Maliki. Wallahua’lam