oleh: Ust. Muafa
Dalam jagat diskusi ilmu nahwu, nama Sibawaih dan Al-Kisa’i hampir mustahil tidak dikenal. Sibawaih, di zamannya adalah seorang pakar nahwu brilian beraliran Bashroh, yang menyusun buku fenomenal tentang nahwu bernama Al-Kitab. Sementara Al-Kisa’i, disamping dikenal salah satu imam dalam Qiro’ah Sab’ah, beliau juga dikenal sebagai pakar nahwu beraliran Kufah. Bisa dikatakan bahwa Sibawaih adalah “raja” nahwu aliran Bashroh, sementara Al-Kisa’i adalah “raja” nahwu aliran Kufah. Sejarah perkembangan ilmu nahwu dalam dunia Islam memang hanya mengenal dua aliran ini: Bashroh dan Kufah.
Persaingan ilmu antara aliran Bashroh dengan Kufah dikenal sangat ketat. Pengaruhnya dalam kitab-kitab pembahasan nahwu dan Sharaf masih terasa hingga kini. Diantara peristiwa yang paling dikenal yang mencerminkan persaingan keilmuan tersebut adalah peristiwa debat antara Sibawaih dengan Al-Kisa’i di hadapan Khalifah Ar-Rasyid. Peristiwa debat tersebut populer dengan nama Zunburiyyah, dan berakhir dengan “kekalahan” Sibawaih, setelah dijadikannya Arab Badui yang hadir sebagai juri pada kasus yang diperselisihkan. Peristiwa debat tersebut dinamakan Zunburiyyah dengan mengambil dari kata Az-Zunbur (الزُّنْبُوْرُ) , yakni sejenis kumbang/tawon bersengat yang masuk dalam famili Vespidae. Lafaz Zunbur digunakan dalam contoh kalimat yg didebatkan, sehingga akhirnya peristiwa tersebut populer dengan nama ini.
Berikut ini disajikan riwayat lengkap debat tersebut yang diambilkan dari kitab Majalis Al-‘Ulama karangan Az-Zajjajy, mengingat riwayat dalam kitab ini adalah riwayat tertua yang memberitakan peristiwa tersebut dan yang paling shahih sanadnya. Riwayat debat ini akan diterjemahkan dan dijelaskan seperlunya agar lebih terang kandungannya. Mudah-mudahan kaum Muslimin terinspirasi untuk lebih bersemangat dan mendalami bahasa Arab, sebagaimana generasi awal umat ini demi memahami dien mereka secara lebih baik. Mengingat kisah ini mengandung sejumlah nama tokoh dan istilah nahwu, maka agar isinya lebih mengena dan sampai kepada pembaca, penyajiannya akan disertai syarah (penjelasan) secukupnya.
Az-Zajjajy berkata;
حدثني أبو الحسن قال: حدثني أبو العباس أحمد بن يحيى، وأبو العباس محمد بن يزيد وغيرهما قال أحمد: حدثني سلمة قال: قال الفراء: قدم سيبويه على البرامكة، فعزم يحيى على الجمع بينه وبين الكسائي، فجعل لذلك يوما، فلما حضر تقدمت والأحمر فدخلنا، فإذا بمثالٍ في صدر المجلس، فقعد عليه يحيى، وقعد إلى جانب المثال جعفرٌ والفضل ومن حضر بحضورهم، وحضر سيبويه فأقبل عليه الأحمر فسأله عن مسألةٍ أجاب فيها سيبويه، فقال له: أخطأت.ثم سأله عن ثانية فأجابه فيها، فقال له: أخطأت. ثم سأله عن ثالثة فأجابه فيها فقال له: أخطأت. فقال له سيبويه: هذا سوء أدب!قال: فأقبلت عليه فقلت: إن في هذا الرجل حدا وعجلة، ولكن ما تقول فيمن قال: هؤلاء أبون، ومررت بأبين، كيف تقول مثال ذلك من وأيت أو أويت. قال: فقدر فأخطأ. فقلت: أعد النظر فيه. فقدر فأخطأ. فقلت: أعد النظر، ثلاث مرات، يجيب ولا يصيب. قال: فلما كثر ذلك قال: لست أكلمكما أو يحضر صاحبكما حتى أناظره. قال: فحضر الكسائي فأقبل على سيبويه فقال: تسألني أو أسألك؟ فقال: لا، بل سلني أنت. فأقبل عليه الكسائي فقال له: ما تقول أو كيف تقول: قد كنت أظن أن العقرب أشد لسعة من الزنبور فإذا هو هي، أو فإذا هو إياها؟ فقال سيبويه: فإذا هو هي. ولا يجوز النصب. فقال له الكسائي: لحنت. ثم سأله عن مسائل من هذا النوع: خرجت فإذا عبد الله القائم، أو القائمَ؟ فقال سيبويه في كل ذلك بالرفع دون النصب. فقال الكسائي: ليس هذا كلام العرب، العرب ترفع في ذلك كله وتنصب. فدفع سيبويه قوله، فقال يحيى بن خالد: قد اختلفتما وأنتما رئيسا بلديكما فمن ذا يحكم بينكما؟ فقال الكسائي: هذه العرب ببابك، قد جمعتهم من كل أوب، ووفدت عليك من كل صقع، وهم فصحاء الناس، وقد قنع بهم أهل المصرين، وسمع أهل الكوفة وأهل البصرة منهم، فيحضرون ويسألون. فقال يحيى وجعفر: لقد أنصفت. وأمر بإحضارهم، فدخلوا وفيهم أبو فَقْعَسٍ، وأبو زياد، وأبو الجراح، وأبو ثَرْوان، فسئلوا عن المسائل التي جرت بين الكسائي وسيبويه، فتابعوا الكسائي وقالوا بقوله. قال: فأقبل يحيى على سيبويه فقال له: قد تسمع أيها الرجل. قال: فاستكان سيبويه، وأقبل الكسائي على يحيى فقال: أصلح الله الوزير، إنه قد وفد عليك من بلده مؤمِّلا، فإن رأيت ألا ترده خائبا. فأمر له بعشرة آلاف درهم، فخرج وصير وجهه إلى فارس، فأقام هناك حتى مات ولم يعد إلى البصرة
Artinya;
Abu Al-Hasan memberitahu aku, beliau berkata: Abu Al-‘Abbas Ahmad bin Yahya dan Abu Al-Abbas Muhammad bin Yazid memberitahu aku, Ahmad berkata; Salamah memberitahu aku, beliau berkata; Al-Farro’ berkata;
Sibawaih mendatangi orang-orang Barmaky.Maka Yahya bertekad untuk mempertemukan antara Sibawaih dengan Al-Kisa’i. Yahya menentukan hari khusus untuk forum tersebut.Ketika hari itu telah tiba, maka aku (Al-Farro’) dan Al-Ahmar datang terlebih dulu. Kemudian kamipun masuk (forum).Ternyata, pada bagian depan forum terdapat kasur. Yahya duduk di atasnya dan di samping kasur tersebut ada Ja’far, Al-Fadhl, dan hadirin yang lainnya.
Lalu Sibawaih hadir. Maka Al-Ahmar menghadapinya lalu menanyainya tentang satu kasus (nahwu) yang dijawab oleh Sibawaih. Maka Al-Ahmar berkata kepadanya: Anda keliru.Kemudian Al-Ahmar menanyainya dengan kasus kedua dan Sibawaih menjawabnya, maka Al-Ahmar berkata kepadanya; Anda keliru. Lalu Al-Ahmar menanyainya dengan kasus ketiga dan Sibawaih menjawabnya, maka Al-Ahmar berkata kepadanya; Anda keliru. Maka Sibawaih berkata kepadanya; Ini adalah Adab yang buruk!
A-Farro’ berkata; maka aku menghadap kepadanya (Sibawaih) dan berkata; lelaki ini (Al-Ahmar) memiliki sifat temperamental dan tergesa-gesa. Begini: Apa pendapatmu terhadap orang yang mengatakan; هؤلاء أبون (orang-orang ini adalah para ayah) dan, مررت بأبين (aku melewati para ayah). Bagaimana pula engkau mengatakan yang semisal dengan itu pada kasus وأيت (aku berjanji/menjamin) atau أويت (aku berlindung)?Al-Farro’ berkata; Maka beliau (Sibawaih) menjawab dengan teori Taqdir (perkiraan) dan itu keliru. Maka aku berkata: Telitilah lagi. Maka beliau (Sibawaih) menjawab dengan teori Taqdir (perkiraan) lagi dan itu keliru. Maka aku berkata: Telitilah lagi. Demikian sampai tiga kali beliau menjawab namun tidak benar. Al-Farro’ berkata: tatkala hal tersebut intensitasnya banyak, Sibawaih berkata: Saya tidak berdebat dengan kalian berdua (Al-Farro’ dan Al-Ahmar), saya mau sahabat kalian (yakni Al-Kisa’i) hadir hingga saya berdiskusi dengan beliau.
Al-Farro’ berkata; maka Al-Kisa’ipun datang. Kemudian beliau menghadap ke arah Sibawaih. Lalu beliau bertanya; “Anda bertanya kepada saya (dulu) ataukah saya bertanya kepada Anda”? Sibawaih menjawab; “Tidak. Andalah yang bertanya kepada saya”. Maka Al-Kisa’i menghadap kepadanya dan bertanya:” apa pendapat Anda terhadap kalimat berikut (mana yang benar;
(Saya telah menduga bahwa kalajengking lebih hebat sengatannya daripara Zunbur/kumbang. Ternyata sama saja)
ataukah
Sibawaih menjawab; (yang benar) فإذا هو هي dan tidak boleh dinashobkan.Maka Al-Kisa’i berkata kepadanya: Anda telah melakukan Lahn (kesalahan berbahasa). Kemudian Al-Kisa’i menanyainya lagi dengan sejumlah kasus yang sejenis dengan pertanyaan sebelumnya seperti;
(Aku keluar. Ternyata Abdullah berdiri)
Yang ditanyakan: mana yang benar, apakah القائمُ ataukah القائمَ ? maka semuanya dijawab Sibawaih dengan jawaban Rofa’ bukan Nashob. Maka Al-Kisa’i berkata; “Ini bukan bahasa orang-orang Arab. Orang-orang Arab merofa’kan itu semua dan menashobkan”. Maka Sibawaih membantah pendapat tersebut.
Yahya bin Khalid berkata: kalian telah berbeda pendapat, padahal kalian adalah panutan di negeri masing-masing. Lalu siapa yang bisa menjadi juri untuk kalian berdua? Al-Kisa’i berkata; “Ini ada orang-orang Arab (Badui) di pintu Anda. Anda telah mengumpulkan mereka dari berbagai penjuru. Dan telah datang kepada Anda dari berbagai daerah. Mereka adalah orang-orang yang paling fasih. Penduduk dari berbagai kota telah bisa menerima mereka. Penduduk Kufah dan Bashrah juga telah mengambil dalil ucapan dari mereka. Orang-orang Arab Badui ini datang, dan mereka menanyainya.” Yahya berkata: Anda adil. Maka Yahya memerintahkan agar mereka dihadirkan.
Maka merekapun masuk. Diantara mereka ada Abu Faq’as, Abu Ziyad, Abu Al-Jarroh dan Abu Tsarwan. Lalu mereka ditanya tentang kasus-kasus yang didiskusikan oleh Al-Kisa’i dan Sibawaih. Ternyata mereka mengikuti Al-Kisa’i dan berpendapat dengan pendapat yang diadopsi Al-Kisa’i. Al-Farro’ berkata: maka Yahya menghadap ke arah Sibawaih dan berkata: Anda telah mendengarnya, bung. Al-Farro’ berkata; maka Sibawaihpun tunduk.
Kemudian Al-Kisa’i menghadap kepada Yahya; Semoga Allah selalu membenahi urusan Wazir. Sesungguhnya dia telah datang kepada engkau dari negerinya dalam keadaan berharap. Jika engkau melihat bahwa engkau tidak menolaknya dalm keadaan kecewa, saya kira itu baik. Maka Yahya memerintahkan agar Sibawaih diberi 10.000 dirham. Maka Sibawaih keluar dan mengarahkan tujuannya ke Faris. Mka dia tinggal di sana hingga mati dan tidak kembali ke Bashroh (Majalis Al-Ulama, hlm 9-10)
Kisah debat antara Sibawaih dengan Al-Kisa’i ini juga diriwayatkan oleh Al-Baghdady dalam Tarikh Baghdad, Az-Zubaidy dalam Thobaqot An-Nahwiyyin Wa Al-Lughowiyyin, Yaqut Al-Hamawy dalam Mu’jamu Al-Udaba’, Al-Marzubany dalam Nur Al-Qobas, Ibnu Al-Anbary dalam Al-Inshof Fi Masa-il Al-Khilaf, Ibnu Hisyam Al-Anshory dalam Mughni Al-Labib, Adz-Dzahabi dalam Siyar A’lam An-Nubala’ secara singkat, dll.
One Comment
Ruspandi
Terima Kasih ilmunya min ini sangat bermafaat sekali