Hukum Salat Tarawih Sambil Duduk
Pertanyaan
Assalamu’alaikum.
Ustadz mau tanya, apa boleh salat tarawih sambil duduk? Karena sambil menyusui bayi
Ummu Ibrahim- Jabar
Jawaban oleh Ust. Muafa
Wa’alaikumussalam Warahmatullah.
Seluruh salat sunnah/nafilah/mustahabbah/mandubah seperti salat rawatib, Salat witir, salat dhuha, salat muthlak, termasuk salat tarawih boleh dikerjakan dengan duduk tanpa membedakan apakah ada udzur maupun tidak ada udzur, kuat maupun tidak, sehat maupun sakit, merasa ringan maupun merasa berat. Semuanya boleh berdasarkan dalil-dalil yang ada meskipun salat sambil berdiri tetap lebih afdhol daripada salat sambil duduk.
Dalil yang menunjukkan kebolehan salat sunnah sambuil duduk adalah hadis-hadis berikut ini;
عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي فِي السَّفَرِ عَلَى رَاحِلَتِهِ حَيْثُ تَوَجَّهَتْ بِهِ يُومِئُ إِيمَاءً صَلَاةَ اللَّيْلِ إِلَّا الْفَرَائِضَ وَيُوتِرُ عَلَى رَاحِلَتِهِ
“Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu ‘anhuma , dia berkata, “Jika Nabi ﷺ dalam perjalanan, maka beliau mengerjakan salat di atas tunggangannya kemana saja hewan itu menghadap, beliau mengerjakannya dengan isyarat, kecuali salat fardlu. Dan beliau juga mengerjakan salat witir di atas kendaraannya.” (H.R.Bukhari)
جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي وَهُوَ عَلَى رَاحِلَتِهِ النَّوَافِلَ فِي كُلِّ جِهَةٍ وَلَكِنَّهُ يَخْفِضُ السُّجُودَ مِنْ الرَّكْعَةِ وَيُومِئُ إِيمَاءً
“Jabir bin Abdullah Radhiyallahu ‘anhu berkata; Saya melihat Rasulullah ﷺ salat nawafil di atas kendaraan di setiap arah, tapi beliau merunduk lebih rendah ketika sujud dari pada rukuk, dan beliau hanya memberi isyarat. (H.R.Ahmad)
عَنْ سَالِمِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسَبِّحُ عَلَى الرَّاحِلَةِ قِبَلَ أَيِّ وَجْهٍ تَوَجَّهَ وَيُوتِرُ عَلَيْهَا غَيْرَ أَنَّهُ لَا يُصَلِّي عَلَيْهَا الْمَكْتُوبَةَ
“Dari Salim bin Abdullah dari ayahnya, katanya; “Rasulullah ﷺ pernah melakukan salat sunnah diatas hewan tunggangannya, menghadap ke arah mana saja beliau menghadap, dan beliau juga melakukan witir diatas tunggangannya, namun beliau tidak melakukan salat wajib di atas tunggangan.” (H.R.Muslim)
Salat Rasulullah ﷺ di atas kendaraan tidak mungkin dilakukan sambil berdiri. Lazimnya orang berkendaraan adalah mengendarai sambil duduk. Oleh karena itu, ketika dalam riwayat-riwayat di atas Rasulullah ﷺ diinformasikan bahwa beliau melakukan salat sambil naik kendaraan, maka hal itu menunjukkan bahwa beliau salat sambil duduk. Karena Rasulullah ﷺ salat sambil duduk, maka hal ini bermakna diizinkannya melakukan salat sambil duduk. Keterangan bahwa Rasulullah ﷺ melakukan salat di atas kendaraan untuk melakukan salat malam, salat witir, dan salat nawafil (tanpa pernah melakukan salat wajib/maktubah di atas kendaraan) menunjukkan bahwa izin salat sambil duduk itu dibatasi hanya pada salat sunnah saja, bukan salat fardhu/wajib/maktubah. Tidak adanya keterangan yang mensyaratkan kebolehan salat Nabi ﷺ sambil duduk itu disebabkan karena udzur tertentu seperti lemah, sakit, berat dan sebagainya menunjukkan kebolehan ini tidak diikat syarat udzur tertentu. Artinya, boleh salat sunnah sambil duduk baik ada udzur maupun tidak ada udzur, kuat maupun tidak, sehat maupun sakit, merasa ringan maupun merasa berat.
Menjelang Rasulullah ﷺ wafat, kebanyakan salat beliau dilakukan sambil duduk. Imam Muslim meriwayatkan;
قَالَ ابْنُ جُرَيْجٍ أَخْبَرَنِي عُثْمَانُ بْنُ أَبِي سُلَيْمَانَ أَنَّ أَبَا سَلَمَةَ بْنَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَخْبَرَهُ أَنَّ عَائِشَةَ أَخْبَرَتْهُ
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَمُتْ حَتَّى كَانَ كَثِيرٌ مِنْ صَلَاتِهِ وَهُوَ جَالِسٌ
“Ibn Juraij berkata; telah mengabarkan kepadaku Utsman bin Abu Sulaiman, bahwa Abu Salamah bin Abdurrahman mengabarinya, bahwa ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha pernah mengabarinya, bahwa Nabi ﷺ tidak meninggal, hingga mayoritas salatnya beliau lakukan dengan duduk.” (H.R.Muslim)
Ada pula riwayat yang menunjukkan bahwa Nabi ﷺ ketika semakin gemuk, beliau melakukan salat tahajjud dengan duduk. Bukhari meriwayatkan;
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا
أَنَّ نَبِيَّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُومُ مِنْ اللَّيْلِ حَتَّى تَتَفَطَّرَ قَدَمَاهُ فَقَالَتْ عَائِشَةُ لِمَ تَصْنَعُ هَذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَقَدْ غَفَرَ اللَّهُ لَكَ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَمَا تَأَخَّرَ قَالَ أَفَلَا أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا فَلَمَّا كَثُرَ لَحْمُهُ صَلَّى جَالِسًا فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَرْكَعَ قَامَ فَقَرَأَ ثُمَّ رَكَعَ
“Dari Aisyah Radhiyallahu ‘anha bahwa Nabi ﷺ melaksanakan salat malam hingga kaki beliau bengkak-bengkak. Aisyah Radhiyallahu ‘anha berkata: Wahai Rasulullah, kenapa Anda melakukan ini padahal Allah telah mengampuni dosa anda yang telah berlalu dan yang akan datang? Beliau bersabda: “Apakah aku tidak suka jika menjadi hamba yang bersyukur?” Dan tatkala beliau gemuk, beliau salat sambil duduk, apabila beliau hendak ruku’ maka beliau berdiri kemudian membaca beberapa ayat lalu ruku.’ (H.R.Bukhari)
Lafadz Muslim berbunyi;
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
لَمَّا بَدَّنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَثَقُلَ كَانَ أَكْثَرُ صَلَاتِهِ جَالِسًا
“Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, katanya; “Ketika Rasulullah ﷺ telah berusia lanjut dan gemuk, maka kebanyakan salat yang beliau lakukan sambil duduk.” (H.R.Muslim)
Hafshah, istri Rasulullah ﷺ mengisahkan bahwa setahun sebelum Rasulullah ﷺ wafat, beliau selalu melakukan salat sunnah dengan duduk. Imam Muslim meriwayatkan;
عَنْ حَفْصَةَ
أَنَّهَا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى فِي سُبْحَتِهِ قَاعِدًا حَتَّى كَانَ قَبْلَ وَفَاتِهِ بِعَامٍ فَكَانَ يُصَلِّي فِي سُبْحَتِهِ قَاعِدًا وَكَانَ يَقْرَأُ بِالسُّورَةِ فَيُرَتِّلُهَا حَتَّى تَكُونَ أَطْوَلَ مِنْ أَطْوَلَ مِنْهَا
“Dari Hafsah Radhiyallahu ‘anha, katanya: ‘Belum pernah kulihat Rasulullah ﷺ dalam salat sunnahnya beliau lakukan dengan duduk, hingga setahun sebelum wafatnya, beliau lakukan salat sunnahnya dengan duduk, beliau baca sebuah surat dan beliau baca dengan tartil, hingga melebihi panjang daripada yang pernah beliau baca dengan panjang. (H.R.Muslim)
Semua dalil ini menunjukkan dan saling menguatkan bahwa salat sunnah sambil duduk tidak dilarang dan sah salatnya. Kebolehan salat sunnah sambil duduk adalah hukum syara’ yang tidak ada ikhtilaf (perselisihan) dan sudah menjadi ijma’ (konsesus/kesepakatan) dikalangan ulama sebagaimana keterangan Ibnu Qudamah dalam Al-Mughni , An-Nawawi dalam syarah Shahih Muslim, Al-‘Aini dalam ‘Umdatul Qori, dan As-Syaukani dalam Nailul Author.
Hanya saja, dalam kondisi sehat dan mampu, sholat sunnah sambil duduk membuat pahalanya dikurangi separuh. Hal ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan Imam Muslim berikut ini;
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ
حُدِّثْتُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلَاةُ الرَّجُلِ قَاعِدًا نِصْفُ الصَّلَاةِ قَالَ فَأَتَيْتُهُ فَوَجَدْتُهُ يُصَلِّي جَالِسًا فَوَضَعْتُ يَدِي عَلَى رَأْسِهِ فَقَالَ مَا لَكَ يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو قُلْتُ حُدِّثْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَّكَ قُلْتَ صَلَاةُ الرَّجُلِ قَاعِدًا عَلَى نِصْفِ الصَّلَاةِ وَأَنْتَ تُصَلِّي قَاعِدًا قَالَ أَجَلْ وَلَكِنِّي لَسْتُ كَأَحَدٍ مِنْكُمْ
“Dari Abdullah bin ‘Amru katanya; diceritakan kepadaku bahwa Rasulullah ﷺ bersabda: “Salat seseorang yang dilakukanya dengan duduk, memperoleh separoh pahala salat (dengan berdiri).” Abdullah bin ‘Amr berkata; Lalu aku menemui beliau, ternyata aku mendapati beliau salat dengan duduk, lalu aku meletakkan tanganku diatas kepalanya, maka beliau bersabda: “Apa urusanmu wahai Abdullah bin ‘Amru?” Aku menjawab; “Disampaikan kepadaku wahai Rasulullah, bahwa engkau bersabda: “Salat seseorang dengan duduk mendapat separoh pahala salat dengan berdiri, ” lalu kenapa engkau salat dengan duduk?” Beliau menjawab: “Benar, namun aku tidak seperti kalian.” (H.R.Muslim)
Lafadz Imam Ahmad berbunyi;
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلَاةُ الْجَالِسِ عَلَى النِّصْفِ مِنْ صَلَاةِ الْقَائِمِ
“Dari Abdullah bin ‘Amr Radhiyallahu ‘anhu dari Nabi ﷺ beliau bersabda: “Salatnya orang yang duduk nilainya adalah setengah dari orang yang salat dengan berdiri.” (H.R.Ahmad)
Lafadz Imam Abu Dawud berbunyi;
عَنْ عِمْرَانَ بْنِ حُصَيْنٍ أَنَّهُ سَأَلَ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ صَلاَةِ الرَّجُلِ قَاعِدًا فَقَالَ « صَلاَتُهُ قَائِمًا أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهِ قَاعِدًا وَصَلاَتُهُ قَاعِدًا عَلَى النِّصْفِ مِنْ صَلاَتِهِ قَائِمًا وَصَلاَتُهُ نَائِمًا عَلَى النِّصْفِ مِنْ صَلاَتِهِ قَاعِدًا ».
“Dari ‘Imran bin Hushoin Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya beliau menanyai Nabi ﷺ tentang seorang lelaki yang salat sambil duduk. Rasulullah ﷺ menjawab; Salat sambil berdiri lebih utama darpada salatnya sambil duduk. Salat di sambil duduk ganjarannya separuh salatnya sambil berdiri. Salat dia sambil berbaring ganjarannya separuh salat dia sambil duduk” (H.R.Abu Dawud)
Karena itu, meskipun salat sunnah sambil duduk diizinkan, namun salat sambil berdiri tetap lebih utama, sehingga sedapat mungkin seorang muslim selama mampu dan sehat seyogyanya melakukan salat sunnah sambil berdiri.
Wallahua’lam.