Oleh Ustadz Muafa
10 Jumada Al-Ula 1438
A: “Hai Adam, makanlah buah yang dilarang Allah itu!”
Kira-kira apa reaksi Adam jika Iblis mengajaknya memakan buah terlarang dengan redaksi “A”? Bisa dipastikan Adam pasti akan menolak mentah-mentah. Namun, bagaimana jika redaksinya diubah menjadi seperti ini:
B: ”Adam sayang, betapa bahagianya engkau di surga ini. Engkau makhluk yang lebih dimuliakan Allah daripada kami para malaikat. Engkau pun diizinkan Allah tinggal untuk bersenang-senang di surga ini.
Tapi Adam sayang, aku punya sebuah rahasia yang tidak kamu ketahui. Kami para malaikat tahu rahasia itu, sementara engkau tidak. Kami tahu karena Allah menciptakan kami lebih dulu daripada kamu dan Allah juga memberitahu kami rencana penciptaanmu. Karena rasa sayangku padamu, sekarang aku akan memberitahu engkau rahasia itu demi kebaikanmu.
Ketahuilah Adam, engkau tidak seterusnya bersenang-senang di surga ini. Engkau akan segera diturunkan ke bumi. Engkau diberi tugas beribadah kepada Allah dan dibatasi umurmu. Engkau diciptakan dari tanah, sehingga engkau akan merasakan lapar, haus, letih, bosan, mengantuk dan tidur. Tidak seperti kami para malaikat yang diciptakan dari cahaya dan api yang bergerak cepat dan sanggup menyembah Allah siang-malam tanpa merasa capek.
Pada saat engkau di bumi, maka semua kenikmatan yang ingin kau dapatkan harus engkau raih dengan perjuangan. Engkau harus menanam tanaman, merawatnya, menjaganya dari hama, memanennya, membersihkannya, baru bisa memasaknya. Ingin makan daging engkau harus berburu. Ingin minum air segar engkau harus menggali dan mencari. Yang jelas kehidupanmu tidak akan seenak sekarang.
Namun, ada hal yang tidak engkau ketahui. Di surga ini ada satu pohon yang jika engkau makan buahnya, maka engkau akan hidup kekal di surga ini dan tidak jadi diturunkan ke bumi. Itulah Syajarotul Khuldi (pohon kekekalan). Buah itu jika kau makan, maka engkau akan menjadi seperti kami para malaikat. Ini rahasia yang tidak kau ketahui Adam. Demi Allah, aku benar-benar tulus memberi masukan kepadamu.”
Yah benar. Ketika Iblis MENGOLAH KATA-KATA-nya menjadi manis, elegan, logis, intelek, santun, maka gagasan sesatnya masuk pada pikiran Adam.
Inilah di antara “sunnah” Iblis itu.
Mengolah kata-kata untuk membungkus gagasan sesat agar bisa diterima.
Ini contoh lain di zaman sekarang yang sama dengan “sunnah” Iblis di atas:
A: “Sodomi itu gak papa, secara beramai-ramai sekalipun”
B: “Aktivitas seks sebenarnya tak lebih upaya meraih kenikmatan yang melibatkan saraf-saraf tubuh yang tidak ada bedanya dengan makan, buang angin, menggaruk, dan “ngupil”.
Dalam pemikiran genetika konvensional, ekspresi seksual seringkali dibatasi dalam bentuk tertentu. Dalam paradigma konstruksi sosial, pembatasan ini biasanya disusun oleh lapisan kelas penguasa yang biasanya bisa berbeda dengan masyarakat lain. Mesir di zaman Cleopatra membolehkan perkawinan saudara kandung demi menjaga tuah kerajaan. Penetrasi anal dilakukan di beberapa kelompok etnik Melanesia sebagai ritus akil balig bagi anak laki-laki. Serat Centhini menggambarkan secara berseni dua orang santri yang melakukan seks oral, mandi junub, lalu salat subuh bersama.
Jadi, mengkaji soal-soal seks seperti ini mestinya dilakukan bukan dengan semangat “pengintip”, tetapi dengan semangat mawas diri bahwa kita juga makhluk seksual. Selama seks dilakukan dalam relasi kuasa yang setara dan demokratik, adalah hak kita untuk merayakannya dengan asyik secara swadaya, berdua maupun berjamaah!”
Hati-hati dengan semua hal yang bersifat MENGOLAH KATA-KATA.
Perhatikan ending akhirnya mengajak ke mana.
Lalu ukur dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi untuk menilainya.