Oleh: Ust. Muafa
Jika Anda membeli topi lalu Anda mencobanya dan ternyata kebesaran, mana yang Anda ubah: Ukuran topinya atau kepala Anda?
Yah, akal waras akan mengatakan ukuran topilah yang diubah, bukan kepala.
Tetapi percaya atau tidak, di zaman menuju umat Dajjal ini, banyak orang yang percaya bahwa ukuran kepala yang justru harus disesuaikan dengan topi!
Jika agama bertentangan dengan zaman, maka agamalah yang harus disesuaikan dengan zaman! Begitu kata mereka.
Jadi, karena sekarang adalah zaman HAM, maka boleh-boleh saja LGBT dan freesex asalkan tidak memaksa, suka sama suka dan tidak mengganggu orang. Semua teks agama yang melarang hal tersebut harus ditafsir ulang.
Karena sekarang zaman kesetaraan gender, maka boleh dong wanita menjadi kepala keluarga atau menjatuhkan talak pada suami atau menuntut warisan yang sama dengan lelaki, atau menjadi imam salat bagi lelaki, atau boleh azan di masjid. Semua teks agama yang bertentangan harus ditafsirkan ulang.
Karena sekarang zaman pluralisme, maka boleh dong muslimah menikah dengan lelaki di luar Islam. Boleh juga pindah agama sesukanya. Tidak perlu ada undang-undang yang menghukum aliran sesat. Semua teks agama yang bertentangan harus di tafsirkan ulang.
Dan seterusnya.
Ini sebenernya adalah “sunnah” Yahudi
Orang Yahudi itu tidak mengingakri Taurot, tetapi MENAFSIRKAN Taurot mengikuti hawa nafsu mereka. Al-Qur’an menyebut mereka dengan ungkapan “menyimpangkan/menyalahartikan makna kalimat dari tempatnya”. Allah berfirman,
Artinya : “…Di antara orang-orang Yahudi itu ada sekelompok orang yang melakukan tahrif (menyimpangkan/menyalahartikan) kalimat dari tempatnya…”
Di tengah-tengah kaum muslimin, ada sekelompok orang yang berkerja keras menyeret untuk mengikuti “sunnah” Yahudi itu dengan semua potensi yang dimiliki seperti gelar, posisi akademik, uang, media massa, kebijakan yang punya kuasa, dan lain-lain.
Mereka tidak mengajak mengingkari Al-Qur’an, tetapi mengajak “menafsirkan ulang” Al-Qur’an agar sesuai dengan “akidah” mereka seperti “akidah: relativisme kebenaran, agama berevolusi, HAM, pluralisme, kesetaraan gender, demokrasi dan lain-lain.
Jalannya lewat TAFSIR HERMENEUTIKA.
Paradigma belajarnya pakai ISLAM HISTORIS.
Fakta sedihnya:
Yang kena virus ini malah banyak orang-orang dari perguruan tinggi Islam. Para pengagum orientalisme (sekarang dihaluskan dengan nama Islamic Studies).
Para pengagum Wilfred Cantwell Smith dari McGill University.
Hati-hati saja. []