Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Ibnu Malik (w. 672 H) yang dimaksud di sini adalah “raja Nahwu” yang sangat tersohor di negeri kita, bahkan di seluruh dunia. Beliaulah pengarang kitab Nahwu berbentuk “manzhumah” (puisi) yang terkenal dengan nama “Alfiyyah Ibnu Malik”. Santri-santri ponpes di Indonesia hampir bisa dipastikan akan mengenal kitab ini. Ibnu Malik adalah guru An-Nawawi, tepatnya salah satu guru dalam bidang ilmu Nahwu. An-Nawawi sempat bertalaqqi langsung kepada Ibnu Malik, belajar salah satu karangan beliau, dan memberikan sejumlah komentar-komentar penting dalam karangan Ibnu Malik itu.
Salah satu segmen sejarah menarik terkait dua tokoh besar ini adalah tanya jawab ilmu Nahwu yang terjadi di antara keduanya. Tampak sangat jelas dalam tanya jawab itu bagaimana ketinggian kualitas guru dan murid.
Memang, murid yang baik adalah yang bisa memberikan pertanyaan-pertanyaan bermutu. Guru yang baik adalah yang bisa menjawab dengan jawaban-jawaban yang berkualitas tinggi. Karena ketinggian mutu tanya-jawab mereka, maka ilmu mereka bermanfaat sepanjang masa dan bahkan sampai hari ini berhasil dikumpulkan menjadi satu kitab tersendiri. Kitab tersebut berjudul “Ajwibatun ‘ala Masa-ila Sa-alaha An-Nawawi fi Alfazh min Al-Hadits”
Untuk mengetahui ketinggian kualitas guru-murid ini, mari kita cermati contoh tanya-jawab di antara beliau berdua.
Suatu saat, An-Nawawi bertanya kepada Ibnu Malik tentang i’rob lafaz “ajwad” yang ada pada hadis riwayat Ibnu Abbas yang tersebut dalam Shohih Al-Bukhori berikut ini,
وَكَانَ أَجْوَد مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ
“Beliau (Rasulullah صلى الله عليه وسلم ) itu kondisi paling dermawan adalah pada saat beliau di bulan Ramadan” (H.R. Al-Bukhari).
Yang ditanyakan An-Nawawi, lafaz “ajwad” itu sudah masyhur di kalangan ahli hadis dibaca dengan rofa’. Pertanyaannya, bolehkah dibaca dengan nashob? Jika boleh, bagaimana penjelasnnya? Lalu bagaimana pula penjelasan Nahwunya jika dibaca rofa’?
Mendapatkan pertanyaan ini, Ibnu Malik menjelaskan panjang lebar yang ringkasnya kira-kira sebagai berikut.
Lafaz “ajwad” bisa dibaca rofa’ (أَجْوَدُ) dengan mengasumsikan salah satu dari 3 alternatif posisi sintaksis berikut ini:
- Lafaz “ajwadu” dipahami sebagai isim “kaana” yang dimudhofkan pada lafaz “maa” sesudahnya. Lafaz “maa” dipahami sebagai “maa mashdariyyah”. Lafaz “yakuunu” dipahami sebagai “kaana taammah” bukan “kaana naaqishoh”. Lafaz “kaana taammah” itu diperkirakan mengandung dhomir mustatir “huwa” yang kembali kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Lafaz “fii romadhoon” dipahami sebagai khobar “kaana” pada lafaz “waakana”
- Isim “kaana” bukan lafaz “ajwadu” tetapi dhomir mustatir “huwa” yang kembali kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم. Adapun lafaz “ajawadu” sampai akhir kalimat dipahami sebagai “khobar” yang berbentuk “jumlah”. Lafaz “ajwadu” adalah “mubtada’”-nya, “maa” adalah “maa mashdariyyah” sementara “fii romadhoon” adalah khobar “ajwadu” itu.
- Isim “kaana” diperkirakan dhomir mustatir “huwa” yang kembali kepada lafaz “al-juud” yang dikandung lafaz “ajwadu” dan ada secara “taqdiri”. Lafaz “ajwadu” sampai akhir kalimat dipahami bagi “khobar” berupa “jumlah”.
Lafaz dalam riwayat di atas juga bisa dibaca dengan cara dinashobkan (أَجْوَدَ). Jika dinashobkan, maka penjelasannya bisa mengasumsikan salah satu dari 2 alternatif posisi sintaksis berikut ini:
- Isim “kaana” adalah dhomir mustatir “huwa” yang kembali kepada Rasulullah صلى الله عليه وسلم sementara lafaz “ajwadu” adalah khobarnya. Lafaz “maa” dipahami sebagai “maa zhorfiyyah” yang bermakna “muddah”.
- Isim “kaana” diperkirakan dhomir mustatir “huwa” yang kembali kepada lafaz “al-juud” yang dikandung lafaz “ajwadu” dan ada secara “taqdiri”, sementara lafaz “ajwadu” adalah khobarnya. Lafaz “maa” dipahami sebagai “isim nakiroh” yang bermakna “syai-un” dan disifati oleh lafaz “yakuunu”. Lafaz “fii romadhoon” dipahami sebagai “muta’allaq” lafaz “yakuunu” tersebut.
Bagaimana? Menarik bukan?
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين
2 Comments
Roqizy
Ada rekomendasi belajar bhs arab dan baca kitab kuning ust? Kalau bisa yg online (tanpa tatap muka)
Admin
bisa ikut kursus saya. Kursus MUNTAHA. Admin bisa dikontak di 0821 3300 0771
website di sini: https://muntahamuafa.com/