PERTANYAAN
Assalamu’alaikum, permisi Ustadz, saya izin bertanya. Saya pernah mendengar pernyataan seperti ini “hadits-hadits yang diketahui & beredar di kaum muslim hari ini tidak sebanyak yang diketahui & beredar di zaman salafussholeh, karena sudah banyak hadits-hadits yang hilang alias tidak diketahui lagi. Pertanyaannya, apakah pernyataan tersebut benar Ustadz ? Apakah memang para Imam hadits dari dahulu sampai sekarang belum bisa mengkompilasi semua hadits dari Rasulullah Saw ?
Pertanyaan dari : +62 813-3355-6XXX
JAWABAN
Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Wa’alaikumussalamwarohmatullah wabarokatuh.
Jika yang dimaksud adalah tidak semua hadis yang diketahui ahli hadis di masa pengumpulan hadis telah tercatat hari ini, maka hal itu benar.
Pernyataan yang lebih akurat begini, “Tidak semua hadis yang diketahui oleh generasi salaf ditulis dan dikompilasi oleh ahli hadis”, bukan “Para ahli hadis tidak sanggup mengkompilasi semua hadis Nabi”
Dua pernyataan di atas jauh berbeda maknanya.
Kalimat pertama bermakna para ahli hadis tahu hadis dan seandainya mau, mereka bisa menulis semua hadis yang diketahui selengkap-lengkapnya tanpa luput satu hurufpun. Kalimat dua bermakna para ahli hadis gagal dan tidak sanggup menulis hadis karena kelemahan yang ada pada mereka.
Jadi, pernyataan yang lebih tepat adalah “Tidak semua hadis yang diketahui oleh generasi salaf ditulis dan dikompilasi oleh ahli hadis”.
Al-Bukhari hafalan hadisnya sekitar 600.000 buah. Dari jumlah ini, sekitar 100.000 adalah hadis sahih. Dari sekitar 100.000 hadis sahih itu, Al-Bukhari hanya menuangkan sekitar 7000-an hadis dalam Shohih Al-Bukhari.
Imam Muslim saat menulis Shohih Muslim juga demikian kira-kira kisahnya.
Ini menunjukkan bahwa tidak semua hadis yang diketahui dan dihafal para ahli hadis dicatat dan dibukukan.
Hanya saja, tidak boleh dipahami bahwa ada petunjuk hadis Nabi ﷺ yang hilang. Tidak boleh disimpulkan demikian.
Kesimpulan ini salah berdasarkan dalil dan fakta sekaligus.
Dari sisi dalil, Allah berfirman,
{إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ} [الحجر: 9]
“Sesungguhnya Aku menurunkan ‘adz-dzikr’, dan sungguh aku benar-benar akan menjaganya” (Al-Hijr: 9)
Dalam ayat di atas, Allah menjamin akan menjaga “adz-dzikr”. Lafaz “adz-dzikr” mencakup Al-Qur’an dan hadis. Jadi sebagaimana Al-Qur’an terjaga, hadis wajib kita yakini juga terjaga.
Dari sisi fakta pengumpulan hadis, maka siapapun yang mengkaji sejarahnya akan tahu bahwa hadis yang ditulis itu sudah melalui pertimbangan yang tepat dan seleksi yang sangat ketat.
Sebagai gambaran, mari kita lihat fakta berikut ini.
Dari sekitar 600.000 hadis yang dihafal Al-Bukhari, sekitar 500.000 tidak ditulis karena tidak sahih. Keputusan untuk tidak menulis hadis yang tidak sahih ini sudah tepat. Buat apa menulis hadis-hadis palsu dan tidak sahih sementara yang sahih saja banyaknya sudah luar biasa?
Dengan ditulisnya hadis-hadis yang sahih saja, maka kaum muslimin boleh memiliki kaidah umum yang berbunyi “Hukum asal semua riwayat yang tidak tercantum dalam kitab-kitab hadis sahih adalah riwayat batil, sampai ada bukti yang menunjukkan sebaliknya”.
Dari sekitar 100.000 hadis sahih yang dihafal Al-Bukhari, beliau hanya menuliskan sekitar 7000-an hadis. Keputusan menulis sekitar 7000 hadis ini sudah tepat karena yang tidak ditulis itu sudah terwakili hadis-hadis yang ditulis. Banyak sekali hadis yang sahih dengan jalur yang berbeda-berbeda tetapi isinya sama. Kalau isinya sama dan hanya beda di sanad, buat apa ditulis? Tidak efisien.
Keputusan Al-Bukhari sangat bagus. Dari sekian puluh ribu hadis sahih itu, beliau pilih mana yang redaksinya terbaik dan sanadnya terbaik dan itulah yang beliau tuliskan dalam Shohih Al-Bukhari.
Jadi, 7000-an hadis Al-Bukhori itu sudah mewakili seluruh hadis sahih yang beliau ketahui. Karena itu, nama asli shahih Al-Bukhari itu dicantumkan kata “mukhtashor” (ringkasan) karena memang isi Shahih Al-Bukhari itu meringkas hadis-hadis yang kontennya sama lalu dipilih sanad terbaik dan terkuat oleh Al-Bukhari, kemudian dicantumkan dalam shahihnya.
Jadi bisa disimpulkan, semua hadis Nabi ﷺ terjaga sebagaimana terjaganya Al-Qur’an. Hanya saja, pernyataan ini tidak bermakna setiap huruf ucapan Nabi ﷺ dan setiap detik perbuatan beliau terekam dalam catatan buku. Makna pernyataan tadi adalah, semua yang berasal dari Nabi ﷺ yang sifatnya wahyu dan memperjelas Al-Qur’an dan dibutuhkan hamba Allah dalam dien semuanya telah terjaga dan tercatat secara sempurna sampai hari ini.
Wallahua’lam