Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Entahlah. Tapi sungguh, kita semua patut khawatir. Sebab, di zaman Nabi ﷺ ada seorang lelaki yang zhohirnya salat seperti Nabi ﷺ, tapi masih tetap dianggap salah juga.
Bagaimana kisahnya?
Ada seorang lelaki yang salat berjamaah bermakmum di belakang Rasulullah ﷺ. Posisinya di shof paling terakhir. Orang dikatakan bermakmum tentu saja zhohirnya mengikuti semua gerakan imam, tidak mendahului dan juga tidak terlambat secara keterlaluan. Durasi salatnya tentu saja kira-kira juga hampir sama dengan durasi salat Rasulullah ﷺ. Anehnya, setelah Rasulullah ﷺ mengakhiri salatnya, secara khusus lelaki ini dipanggil, ditegur dan diingatkan dengan tajam. Rasulullah ﷺ tidak menyuruhnya mengulangi salat, hanya saja beliau menegurnya dengan tajam. Kisah teguran Rasulullah ﷺ kepada lelaki ini di antaranya diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam Shahihnya. Ibnu Khuzaimah meriwayatkan,
“Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah ﷺ sholat zhuhur mengimami kami. Ketika selesai salam beliau memanggil seorang lelaki yang berada di shof paling akhir. Beliau berkata, ‘Hai Fulan, tidakkah engkau bertakwa kepada Allah? Tidakkah engkau memperhatikan bagaimana kamu salat? Sesungguhnya salah seorang di antara kalian jika berdiri untuk salat maka dia berdiri untuk bermunajat kepada Tuhannya. Jadi, hendaklah dia melihat bagaimana caranya bermunajat kepada-Nya. Sesungguhnya kalian mengira aku tidak bisa melihat kalian. Padahal, sungguh demi Allah, aku melihat di belakang punggungku sebagaimana aku melihat di depanku” (H.R. Ibnu Khuzaimah)
Gemetar rasanya badan kita membaca hadis ini.
Jika lelaki ini saja ditegur oleh Rasulullah ﷺ (padahal salatnya dari sisi durasi adalah sama dengan Rasulullah ﷺ), lalu kira-kira apa reaksi Rasulullah ﷺ jika melihat salat kita selama ini? Kita penasaran. Apa kira-kira kesalahan lelaki itu? Apa yang menjamin bahwa salat yang kita lakukan secara bertahun-tahun tidak melakukan kesalahan yang sama dengan kesalahan lelaki yang ditegur oleh Rasulullah ﷺ dalam hadis di atas?
Dalam riwayat di atas memang tidak diterangkan lugas dan detail apa kesalahan lelaki itu. Dalam riwayat lain yang berbicara peristiwa yang sama juga tidak terlalu dijelaskan dengan detail. Hanya saja, secara umum yang bisa kita tangkap adalah cara lelaki itu dalam memuja Allah belum memenuhi sifat munajat yang seharusnya dipersembahkan seorang hamba kepada Tuhannya. Rasulullah ﷺ bersabda,
“Sesungguhnya salah seorang di antara kalian jika berdiri untuk salat maka dia berdiri untuk bermunajat kepada Tuhannya. Jadi, hendaklah dia melihat bagaimana caranya bermunajat kepada-Nya”
Bisa jadi lelaki ini tidak serius dalam memahami dan menghayati makna salat. Mungkin saja dia banyak gerak, mungkin saja rukuk dan sujudnya tidak sempurna, mungkin saja dia mendahului Nabi dalam rukuk dan sujud, mungkin saja dia shaffnya belum lurus, mungkin saja dia melamun, mungkin saja dia memikirkan dunia dalam salatnya, mungkin saja dia malas-malasan, mungkin saja ogah-ogahan, mungkin dia tidak khusyu’ dan lain-lain. Apapun itu, yang jelas Nabi ﷺ melihat dengan jelas bahwa lelaki tersebut tidak memenuhi hak-hak salat sebagaimana yang diajarkan nabi. Apapun itu, yang jelas kesalahan menonjol yang disoroti Nabi ﷺ adalah lelaki ini gerak-geriknya tidak menunjukkan dia mengerti apa arti munajat kepada Allah dan tidak melakukan salat sebagai seseorang yang sedang bermunajat kepada Allah.
Dengan demikian, berdasarkan hadis ini, orang ketika salat itu bukan hanya harus memperhatikan syarat dan rukunnya agar punya harapan salatnya diterima oleh Allah. Akan tetapi dia juga harus serius merealisasikan sifat munajat dalam salatnya yang merupakan “ruh” dari salat itu sendiri. Kesempurnaan salat juga untuk kebaikan kita sendiri. Jadi, semakin sempurna salat kita maka semakin sempurna pula kebaikan yang akan kita dapatkan.
Semoga Allah membimbing kita dan senantiasa memberi petunjuk bagaimana salat yang benar dan paling dekat dengan salat para nabi.