Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Setiap kali memulai salat dengan mengucapkan “takbirotul ihrom”, kita disunahkan untuk mengangkat tangan setinggi pundak atau telinga kemudian diturunkan untuk disedekapkan di bawah dada di atas pusar bersamaan dengan diakhirinya takbir itu. Prosesi mengangkat tangan ini bukan hanya dilakukan saat mengawali salat dalam “takbirotul ihram” itu, tetapi juga dilakukan saat hendak rukuk dan bangun dari rukuk saat hendak i’tidal.
Sebenarnya, apa makna mengangkat tangan seperti itu?
Apa suasana batin yang semestinya kita hadirkan saat mengangkat tangan seperti itu?
Jawabannya begini.
Mengangkat tangan saat salat bermakna mengagungkan kebesaran Allah. Ini adalah gerakan fitrah manusia saat mengagungkan sesuatu yang level keagungannya luar biasa besar. Dalam sejumlah ritual suku-suku pedalalaman, naluri mereka juga menggiring mereka untuk memuja dewa-dewa dan tuhan-tuhan mereka dengan cara mengangkat tangan. Hanya saja, mengangkat tangan yang kita lakukan dalam salat jelas dicontohkan Rasulullah ﷺ. Artinya, syariat ini ditetapkan berdasarkan wahyu, bukan budaya manusia yang lahir dari naluri fitrahnya. Oleh karena dasarnya adalah wahyu, maka melalui ritus itu bisa dipercaya bahwa Allah ridha disembah dan dipuja dengan cara seperti itu, karena memang Dia sendiri yang memerintahkannya melalui ajaran malaikat Jibril. Dengan demikian, kita berhak untuk melakukan “ihtisab”, yakni mengharap pahala karena perbuatan yang kita lakukan adalah bentuk “ittiba’ terhadap Rasulullah ﷺ yang telah dijanjikan Allah dalam Al-Qur’an bahwa mengikuti Rasulullah ﷺ akan mendapatkan ganjaran yang besar.
Al-Baihaqi meriwayatkan bahwa Asy-Syafi’i menerangkan makna mengangkat tangan dalam salat dengan makna yang seperti ini. Al-Baihaqi meriwayatkan,
“Dari Asy-Syafi’i beliau berkata, ‘Aku salat disamping Muhammad bin Al-Hasan, maka aku mengangkat kedua tanganku pada saat rukuk dan setelah rukuk. Ketika kami salam, maka Muhammad bin Al-Hasan bertanya kepadaku, ‘Kenapa engkau mengangkat kedua tanganmu?’ Aku menjawab, ‘Untuk mengagungkan kebesaran Allah Azza wa Jalla, mengikuti sunnah Rasul kita ﷺ dan mengharap pahala dari Allah” (Manaqib Asy-Syafi’i juz 1 hlm 317)
Mengangkat tangan juga simbol ketundukan, kepasrahan, dan menyerah total kepada pihak yang menguasai. Seperti orang yang berperang kemudian menyerah dengan mengangkat tangan tanpa ada minat untuk melawan sama sekali dan siap untuk tunduk mengikuti titah apapun dari yang menawannya. Seakan-akan orang yang mengangkat tangannya saat salat itu sudah siap untuk tuntuk patuh taat total kepada Allah untuk menerima instruksi apapun, diperintah apapun, dan diperlakukan bagaimanapun sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah. An-Nawawi berkata,
“Mengangkat tangan itu adalah bentuk menyerah dan ketundukan. Seorang tawanan jika dikalahkan maka dia akan mengangkat kedua tangannya sebagai tanda bahwa dia telah menyerah” (Al-Majmu’ juz 3 hlm 310)