Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Seorang laki-laki pergi ke pasar sambil membawa karung penuh berisi kerikil.
Badan lelaki itu demikian tegap dan berotot.
Karungnya juga sungguh besar.
Perutnya yang sixpack, dadanya yang bidang, otot bisepsnya yang menggembung besar dan urat-urat lengannya yang menonjol kukuh menambah kekaguman orang terhadapnya.
Sepanjang jalan, orang-orang berdecak kagum.
“Wow, gagah sekali pria ini!”
“Bawaannya penuh sekali. Sungguh kuat perkasa dia!”
“Ingin rasanya aku sekuat lelaki itu”
Itulah perumpamaan orang yang riyā’ dan sum‘ah.
Yakni orang-orang yang beramal saleh agar dilihat orang lain, agar didengar orang lain, agar dipuji, agar dikagumi, agar di-wow-kan, agar disanjung-sanjung, dan agar harum namanya.
Riyā’ artinya orang beramal agar dilihat manusia, kemudian mendapatkan pujian mereka
Sum‘ah artinya orang beramal agar didengar manusia, kemudian mendapatkan pujian mereka
Ia laksana orang ke pasar membawa karung penuh berisi kerikil.
Dia capek bekerja sepanjang jalan, berat memukil karungnya, dan mendapatkan pujian orang-orang.
Tapi yang ia bawa cuma kerikil.
Bukan emas, perak dan permata.
Jadi, meski karungnya penuh, tapi isinya tidak ada gunanya.
Dia tidak bisa membeli barang berharga di pasar dengan kerikilnya itu.
Sungguh luar biasa perjuangan untuk ikhlas karena Allah itu.
Tidaklah amal saleh kecil maupun besar melainkan kita selalu digoda untuk utuk riyā’ dan sum‘ah.
Digoda untuk menarget pujian manusia karena amal saleh kita itu.
Karena, banyak sekali dalam kehidupan sehari-hari orang yang perumpamaannya seperti lelaki pemikul karung kerikil.
• Yang berhaji atau berumroh biar dipanggil PAK HAJI atau BU HAJI atau dipanggil ABAH atau UMMIK
• Yang berdakwah agar disebut PENGEMBAN DAKWAH
• Yang berceramah agar dipanggil USTAZ
• Yang membuat pondok pesantren agar dipanggil KYAI
• Yang memburu sanad agar dipanggil BERSANAD
• Yang menghafal Al-Qur’an agar digelari AL-HAFIZH
• Yang belajar fikih agar digelari AL-FAQIH
• Yang memutuskan berhijab agar dipanggil SALEHAH
• Yang berazan agar dipuji BERSUARA MERDU
• Yang mengimami biar disanjung IMAM PALING ENAK TILAWAHNYA
• Yang bekerja keras membanting tulang untuk anak agar DIKENANG SEBAGAI ORANG TUA YANG PENUH PENGORBANAN
• Yang selalu di saf depan saat salat jamaah agar disebut LELAKI YANG MENJAGA SALAT JAMAAHNYA
• Yang menaikkan celana di atas mata kaki agar disebut PENGIKUT SUNAH NABI
• Yang ikut perang dan memanggul senjata agar disebut MUJAHID atau ASY-SYAHID
• Yang rajin salat malam agar disebut WAJAHNYA BERCAHAYA
• Yang sujud sampai dahi menghitam agar disebut AHLI SALAT
• Yang mencium tangan suami di depan umum agar disebut ISTRI SALEHAH
• Yang membangun masjid, pesantren, dan panti asuhan agar disebut DERMAWAN
• Yang menggelari diri dengan istilah Al-faqir agar dipuji TAWADUK
• Yang rajin dengan kebiasaannya agar disebut ISTIQAMAH
• Yang belajar hadis agar disebut AHLI HADIS
• Yang mendidik anaknya habis-habisan agar disebut ORANGTUA YANG HEBAT
• Yang menjadi politisi dan membuat perubahan positif karena mengharap TERCATAT DALAM SEJARAH DAN NAMANYA HARUM SEPANJANG MASA
• Yang berpenampilan sederhana agar disebut ZUHUD atau LOW PROFILE
• Yang ikut tarekat agar disebut SALIK
• Yang ikut pengajian al-hikam atau ihya’ agar disebut SANTRI LEVEL TINGGI
• Yang menceritakan keajaiban dan “karamah” dirinya agar disebut WALI
• Yang belajar membaca Al-Qur’an indah agar disebut QORI’
• Yang berkurban sapi sendirian agar disebut PALING BESAR KURBANNYA
• Yang selalu berusaha tepat waktu agar disebut DISIPLIN
• Dan lain-lain.
Allah berfirman,
{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعَاجِلَةَ عَجَّلْنَا لَهُ فِيهَا مَا نَشَاءُ لِمَنْ نُرِيدُ ثُمَّ جَعَلْنَا لَهُ جَهَنَّمَ يَصْلَاهَا مَذْمُومًا مَدْحُورًا (18) وَمَنْ أَرَادَ الْآخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا } [الإسراء: 18، 19]
Artinya,
“Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Aku segerakan baginya di (dunia) ini apa yang Aku kehendaki bagi orang yang Aku kehendaki. Kemudian Aku sediakan baginya (di akhirat) neraka Jahanam; dia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.
Barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan dia beriman, maka mereka itulah orang yang usahanya dibalas dengan baik. (Al-Isrā’; 18-19)
اللهم اجعلنا من عبادك المخلصين