Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin).
Siapakah yang ingin dipanjangkan usianya?
Siapakah yang merasa rezekinya seret dan ingin dilancarkan rezekinya?
Siapakah yang merasa berbuat dosa besar lalu takut musibah besar akan menimpanya dan dia sangat ingin lepas dari potensi kesusahan besar dan bebas dari murka Allah?
Siapakah yang dalam menjalani hidup ini terasa sulit, terasa sendiri, terasa terpojok, terasa kalah, terasa terzalimi, terasa teraniaya dan terasa tak punya siapa-siapa lalu dia berharap Allah menolongnya dan mengirim sejumlah para malaikat untuk membantu urusannya?
Siapakah yang sudah bersusah payah beramal saleh seraya berharap amalnya diterima, tetapi hati masih khawatir Allah menolak amalan tersebut dan dia ingin mendapatkan ketenangan bahwa paling tidak sudah ada harapan besar Allah menerima amalnya?
Siapakah yang ingin menjadi kekasih Allah, lalu dibaiki oleh-Nya, dipedulikan, diperhatikan kebutuhannya dan disayang oleh Allah?
Barang siapa ingin mendapatkan semua kebaikan yang saya daftar di atas, maka hendaknya dia melakukan silaturahmi! Dalil-dalil dalam Al-Qur’an dan Sunah menunjukkan silaturahmi itu janji ganjarannya sangat besar mencakup kemaslahatan dunia maupun akhirat.
Kemudian, adakah di antara kita yang kuatir tertimpa bala’, musibah kesusahan dan bencana dalam harta maupun keluarga dan kita ingin terjamin selamat dari semua itu?
Adakah yang ingin hartanya bertambah dari yang sudah dimiliki sekarang?
Adakah yang ingin hartanya berkah, sehingga bisa dihabiskan untuk hal-hal yang bermanfaat dan bernilai amal saleh?
Adakah saat ini yang sedang sakit dengan penyakit yang sangat dikuatirkan keselamatan lalu ingin sembuh dari sakit tersebut?
Adakah yang ingin mendapatkan payung perlindungan dihari kiamat, saat Allah mendekatkan matahari dengan jarak dua mil sehingga membuat manusia berkeringat hingga mencapai mata kaki, lutut dada, leher dan bahkan ada yang tenggelam oleh keringatnya sendiri?
Adakah yang sudah merasa membayar zakat, tapi kuatir ada hitungan zakat yang belum terbayar dengan sempurna dan kuatir nanti akan dimurkai Allah gara-gara tidak serius membayar zakat yang membuatnya berhak disiksa selama 25.000 tahun dengan cara disetrika dahi, lambung dan punggungnya memakai setrika api neraka sebelum akhirnya dia dihisab lalu baru tahu apakah masuk surga ataukah masuk neraka?
Adakah yang ingin berbuat satu amal saleh satu kali saja, tapi pahalanya terus tumbuh sampai besar dan terus membesar sehingga amal kecil sebesar kurma bisa menjadi sebesar gunung?
Adakah yang ingin beramal dengan satu amal saleh, lalu pahalanya terus mengalir meskipun dia mati dan terus ada sampai hari kiamat?
Adakah yang merasa dirinya dibakar oleh panas dosa sehingga hidup tidak tenang, gelisah, galau, risau, stres, tertekan, dan bingung lalu dia ingin menyiram api dosa yang panas itu sehingga padam apinya lalu menjadi dingin, sejuk dan segar hatinya?
Adakah yang ingin dijamin bahagia di akhirat sehingga sbelum mati sudah bisa tenang bahwa dirinya termasuk golongan orang yang diselamatkan Allah?
Adakah yang ingin dijamin masuk surga dan mendapatkan sebab pasti yang menjadi tiket untuk masuk surga?
Barang siapa ingin mendapatkan semua itu, maka lakukan saja satu amal saleh yakni sedekah! Sebab amal sedekah adalah amal besar yang diperintahkan Allah dalam puluhan ayat dan diinstruksikan Rasulullah ﷺ dalam banyak hadis. Janji-janji balasan sedekah sungguh luar biasa dan mendatangkan banyak keajaiban yang bisa dirasakan oleh orang yang melakukannya.
Seperti itu luar biasanya balasan amal silaturahmi dan sedekah.
Sekarang bayangkan ada orang yang mendapatkan dua-duanya! Dia bukan hanya mendapatkan balasan amal silaturahmi tetapi juga mendapatkan balasan amal sedekah!
Siapakah orang tersebut?
Jawabannya adalah seorang ISTRI yang membantu keuangan suami untuk memenuhi kebutuhan keluarga!
Yah benar, seperti ini besarnya pahala seorang istri yang bersedia sukarela menyumbangkan hartanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga, baik untuk nafkah anak, kebutuhan makan, kebutuhan pakaian maupun kebutuhan tempat tinggal.
Tidak semua lelaki kaya.
Meskipun suami dibebani Allah memberi nafkah istri berupa makanan, pakaian dan tempat tinggal, tapi fakta suami itu ada yang rezekinya banyak, ada yang sedikit dan ada yang pertengahan.
Sebaliknya, tidak semua wanita hartanya bergantung kepada lelaki.
Meskipun wanita menjadi pihak yang dinafkahi, tapi fakta menunjukkan ada sejumlah wanita yang rezekinya jauh lebih banyak daripada lelaki. Fakta menunjukkan ada sejumlah wanita yang lebih terampil, lebih cekatan dan lebih profesional dalam keahlian sehingga bisa menghasilkan uang lebih banyak daripada lelaki.
Ada istri yang malah sudah punya rumah pribadi sementara suami saja untuk mencari rumah kontrakan sudah tersengal-sengal mencari uang.
Ada istri yang begitu mudahnya jika ingin kuliner atau rekreasi, sementara suami jangankan kuliner, sekedar mengusahakan makan kenyang dalam sehari saja sudah kembang kempis.
Akhirnya kadang terjadi dalam sebuah rumah tangga, penghasilan istri justru lebih banyak daripada penghasilan suami.
Yang seperti ini pernah terjadi di zaman Nabi ﷺ.
Ada seorang Sahabat besar yang sangat berilmu, namanya Ibnu Mas‘ūd.
Tapi beliau miskin. Perawakannya kecil, sehingga diriwayatkan jika ada angin kencang bertiup, maka tubuhnya akan berayun goyang. Sebelum masuk Islam, beliau dikenal bekerja sebagai penggembala kambing. Anda bisa membayangkan bagaimana kondisi keuangan seseorang yang bekerja sebagai penggembala kambing.
Nah, Ibnu Mas‘ūd ini punya istri yang bernama Zainab. Harta Zainab lebih banyak daripada Ibnu Mas’ūd. Lalu suatu hari saat Rasulullah ﷺ menasihati para wanita supaya banyak-banyak bersedekah karena kebanyakan penghuni neraka adalah wanita. Zainab jadi penasaran dan bertanya kepada Rasulullah ﷺ apakah boleh bersedekah kepada suami dan anaknya saja, yakni membantu keuangan suami dalam rumah tangga agar suami bisa maksimal memenuhi kebutuhan rumah tangga. Apa jawaban Nabi ﷺ?
Ternyata beliau menjawab, “Ya. Itu bisa. Bahkan kau mendapatkan dua pahala yakni pahala silaturahmi dan pahala sedekah!”
Al-Bukhari meriwayatkan kisah ini sebagai berikut,
Artinya,
“Dari Zainab isteri ‘Abdullah belau berkata:, ‘Aku pernah berada di masjid lalu aku melihat Nabi ﷺ. Kemudian Beliau bersabda: “Bersedekahlah kalian (wahai para wanita) walau dari perhiasan kalian”. Pada saat itu Zainab menafkahi ‘Abdullah dan anak-anak yatim di rumahnya. Dia (‘Amru bin Al Harits) berkata: Zainab berkata kepada ‘Abdullah: “Tanyakanlah kepada Rasulullah ﷺ apakah aku akan mendapat pahala bila aku menafkahimu dan kepada anak-anak yatim dalam rumahku”. Maka ‘Abdullah berkata: “Tanyakanlah sendiri kepada Rasulullah ﷺ”. Maka aku berangkat untuk menemui Nabi ﷺ dan aku mendapatkan seorang wanita Anshar di depan pintu yang ternyata juga ingin bertanya persis seperti aku. Kemudian Bilal lewat di hadapan kami maka kami berkata: “Tolong tanyakan kepada Nabi ﷺ, apakah aku akan mendapat pahala bila aku menafkahi suamiku dan kepada anak-anak yatim yang aku tanggung dalam rumahku?” Dan kami tambahkan agar dia (Bilal) tidak menceritakan siapa kami. Maka Bilal masuk lalu bertanya kepada beliau. Lalu beliau bertanya: “Siapa kedua wanita itu?” Bilal berkata: “Zainab”. Beliau bertanya lagi: “Zainab yang mana?”. Dikatakan: “Zainab istri ‘Abdullah”. Maka beliau bersabda: “Ya benar, dia mendapatkan dua pahala, yaitu pahala silaturahmi dan pahala sedekah”. (H.R. al-Bukhārī)
Ini unik sekaligus indah.
Banyak wanita masuk neraka karena dosanya kepada suami. Tapi di saat yang sama, Allah memberi jalan kelur untuk menghapus dosa itu dengan cara banyak sedekah kepada suami dan anak!
Betapa raḥmān dan rahīm-nya Allah kepada para istri.
Oleh karena itu, sudah semestinya para istri berbahagia dan bergembira dengan berita ini. Saat menyumbang keuangan suami, niatkan sebagai amal saleh. Niatkan semata-mata untuk memperoleh rida Alah. Niatkan untuk menebus dosa kepada suami sehingga tidak sampai masuk neraka gara-gara dosa kepada suami. Jangan sekali-kali “undat-undat” (menyebut-nyebut kebaikan yang pernah dilakukan kepada orang yang dibaiki dalam rangka menyakiti). Sebab perilaku seperti ini disebut dengan istilah “mannun” dalam Al-Qur’an dan itu bisa menghapus semua pahala sedekah.
Semoga Allah merahmati para istri yang sukarela membantu keuangan suaminya. Yakni istri yang bekerja, lalu gajinya dicampur dengan suami lalu dipakai untuk kebutuhan rumah tangga bersama-sama karena jika mengandalkan gaji suami saja, maka itu tidak akan cukup. Terutama para istri yang tidak kaya tapi tahu keuangan suami sulit lalu sukarela menambah penghasilan demi membantu suami mencukupi nafkah keluarga.
***
1 Żulḥijjah 1442 H