Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin).
Di masa pandemi Covid-19 seperti ini, pada saat Allah mewafatkan banyak hamba-Nya, berterima kasih lah kepada Allah jika masih diberi hidup. Seberat apapun masalah yang dialami, sebanyak apapun ujian hidup yang dihadapi dan sederas apapun kesusahan yang datang bertubi-tubi, sekali-kali jangan minta mati, sebab kesempatan hidup adalah nikmat besar kepada seorang mukmin yang tidak diberikan-Nya kepada semua orang.
Apa makna di balik pemberian kesempatan masih hidup?
Jika Allah masih memberi kita kesempatan hidup, maka bisa jadi itu dimaksudkan agar derajat kita makin tinggi di akhirat yang bahkan bisa melebihi derajat orang-orang yang sudah mati syahid mendahului kita. Syaratnya, kesempatan hidup itu digunakan untuk banyak-banyak beramal saleh. Jangan disia-siakan sama sekali. Kalau bisa tidak ada satu menit pun terbuang percuma kecuali untuk beramal saleh!
Dalil yang menunjukkan makna ini adalah hadis berikut ini,
Artinya,
“Dari Abu Hurairah ia berkata: “Ada dua orang laki-laki dari Baliy dari kabilah Quḍā’ah yang masuk Islam di depan Rasulullah ﷺ. Salah satu dari keduanya mati syahid dahulu, sedangkan seorang lagi masih hidup dan wafat setahun sesudahnya. Ṭalḥah bin Ubaidillah berkata: “Maka aku diperlihatkan surga dalam mimpi, aku melihat orang terakhir dari keduanya dimasukkan ke dalam surga lebih dahulu dari yang pertama hingga membuatku heran, dan ketika pagi hari aku menceritakan hal itu -atau hal itu diceritakan- pada Rasulullah ﷺ. Beliau pun Bersabda: “Bukankah yang wafat belakangan itu berpuasa Ramadan dan mengerjakan salat enam ribu rakaat atau sekian dan sekian rakaat salat dalam waktu satu tahun?” (H.R. Ahmad)
Dalam hadis di atas diceritakan tentang kisah dua lelaki di zaman Rasulullah ﷺ. Salah satu dari mereka mendahului wafat dalam kondisi syahid fi sabilillah. Sudah diketahui, orang yang wafat dalam keadaan mati syahid itu pahalanya luar biasa selama dia ikhlas dengan amalnya. Dia dijamin masuk surga dan mendapatkan derajat yang tinggi di sisi Allah. Lalu lelaki satunya menyusul wafat biasa satu tahun kemudian. Kemudian, salah seorang Sahabat saleh bernama Ṭalḥah bin ‘Ubaidillāh diperlihatkan Allah dalam mimpi bahwa lelaki yang wafat biasa itu dimasukkan surga terlebih dahulu daripada yang mati syahid.
Tentu saja Ṭalḥah heran, sebab bagaimana bisa orang wafat biasa derajatnya lebih unggul daripada yang mati syahid? Ternyata Rasulullah ﷺ menjelaskan sebabnya adalah karena yang wafat belakangan itu memanfaatkan waktu hidupnya demikian efektif untuk beramal saleh! Dia gunakan waktu selama setahun itu untuk berpuasa, salat 6000 rakaat atau sekitar itu. Inilah yang menyebabkan derajatnya menjadi lebih unggul daripada yang mati syahid. Jadi, hadis ini cukup lugas memberi informasi bahwa orang yang bisa memanfaatkan nikmat umur yang diberikan Allah dengan baik, maka derajatnya bisa melampaui orang mati syahid yang sudah mendahului kita. Pembenaran Rasulullah ﷺ terhadap mimpi Ṭalḥah adalah taqrīr Nabi ﷺ bahwa mimpi itu haqq dari Allah sehingga bisa menjadi dalil.
Oleh karena itu, dalam sejumlah hadis yang lain juga diajarkan bahwa sebaik-baik orang adalah mereka yang diberi panjang umur lalu digunakan nikmat umur itu untuk beramal saleh sebanyak-banyaknya. Al-Tirmiżī meriwayatkan,
Artinya,
“Dari ‘Abdullah bin Busr, bahwa seorang badui bertanya: “Wahai Rasulullah, siapa orang terbaik itu?” Rasulullah ﷺ menjawab: “Orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.” (H.R. Al-Tirmiżī)
Senada dengan itu Abū Nu‘aim al-Aṣfahānī meriwayatkan,
Artinya,
“Dari Abdullah bin Busr al-Māzinī ia berkata, ‘Ada dua orang Arab badui yang datang kepada Nabi ﷺ. Lalu salah seorang di antara keduanya bertanya, ‘Wahai Rasulullah siapakah manusia terbaik itu?’ Beliau menjawab, ‘Beruntunglah orang yang panjang umurnya dan baik amalnya.” (Ḥilyatu al-Auliyā’ juz 6 hlm 111)
Kata al-Ṭībī, umur itu seperti modal dagang. Semakin banyak modal dagangnya, maka semakin besar peluang labanya. Sayangnya, banyak orang punya modal besar tapi malah dihambur-hamburkan untuk hal-hal yang tidak berguna.
Satu menit yang kita gunakan untuk istighfar, itu lebih baik daripada kematian yang memutuskan segala amal. Hamba yang terbiasa mengucapkan bismillah saat berdiri, mengucapkan alhamdulillah saat duduk, serta senantiasa membasahi bibirnya dengan zikir akan merasa bahagia menjalani hidup dalam keadaan menyembah Allah seperti itu. Dia juga bahagia karena bisa merasakan kelezatan berzikir yang tidak bisa dirasakan oleh para pecinta dunia.
Diberi kesempatan hidup bagi mukmin itu selalu baik. Jika dia saleh, maka nikmat umur itu akan menambah derajatnya dan jika dia bermaksiat, maka nikmat umur itu memberinya kesempatan untuk bertaubat. Al-Bukhārī meriwayatkan,
Artinya,
“Dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda: “Jangan salah seorang diantara kalian mengharapkan kematian, kalaulah dia orang baik, siapa tahu bisa menambah kebaikannya, kalaulah dia jahat, siapa tahu ia bisa meminta penangguhan untuk bertaubat.” (H.R.al-Bukhārī)