Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin).
Di antara orang yang rugi dan sengsara adalah orang yang mendapatkan peluang belajar ilmu din, tapi disia-siakan.
Allah membuatnya dekat dengan sumber ilmu, tapi dia malah sibuk dan memilih mengutamakan urusan dunianya.
Dia tidak mau menyempatkan waktunya untuk menyerap ilmu, padahal seandainya mau dia pasti mampu.
Hal duniawi yang harus membayar, harus mengorbankan pikiran dan tenaga, dia menyambutnya. Akan tetapi petunjuk menuju Allah yang gratis, dia malah berpaling darinya.
Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang Allah berpaling darinya. Kerugian serta kesengsaraan apa yang lebih besar selain dari pengabaian dan berpalingnya Allah dari seorang hamba?
Sebaliknya, hamba yang beruntung adalah mereka yang bersemangat memburu ilmu.
Jika sumber ilmu jauh, maka dia akan mendatanginya, tidak peduli dia harus korban harta, waktu maupun tenaga.
Jika dia sudah mendapatkan sumber ilmu itu, maka dia memegangnya erat-erat dan menyerap ilmu itu semaksimal mungkin.
Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang Allah menyambutnya dengan gembira, memuliakannya dan melindunginya.
Keuntungan dan kebahagiaan apa yang melebihi dapat perhatian Allah dan cinta-Nya?
Al-Bukhārī meriwayatkan,
Artinya,
“Dari Abu Waqid Al Laitsi bahwa, ketika Rasulullah ﷺ sedang bermajelis di Masjid bersama orang-orang, datanglah tiga orang. Yang dua orang menghadap Rasulullah ﷺ dan yang seorang lagi pergi. Perawi berkata: Maka yang dua orang berdiri sejenak di hadapan Rasulullah ﷺ, kemudian satu diantaranya melihat tempat kosong dalam majelis maka ia duduk di tempat itu. Sedangkan yang kedua duduk di belakang mereka, sedangkan yang ketiga berbalik pergi. Setelah Rasulullah ﷺ selesai bermajelis, Beliau bersabda: “Maukah kalian aku beritahu tentang ketiga orang tadi? Adapun seorang diantara mereka, dia meminta perlindungan kepada Allah, maka Allah lindungi dia. Yang kedua, dia malu kepada Allah, maka Allah pun malu kepadanya. Sedangkan yang ketiga berpaling dari Allah, maka Allah pun berpaling darinya.”
Maksud Allah malu dalam hadis di atas adalah karena lelaki itu malu untuk cari-cari tempat di dekat Rasulullah ﷺ sambil melewati banyak orang yang bisa mengganggu dan membuat mereka tidak nyaman, maka Allah pun menghargai rasa malu tersebut, sebab itu akhlak mulia dan terhitung amal saleh sehingga Allah merasa malu jika menyiksa orang tersebut karena dosa-dosanya. Jadi Allah pun merahmatinya dan memutuskan tidak menyiksanya. Ibnu Ḥajar al-‘Asqalānī berkata,
Artinya,
“Sabda Nabi ﷺ yang berbunyi, ‘Allah malu kepadanya’ bermakna Allah merahmatinya dan tidak menghukumnya.” (Fatḥu al-Bārī juz 1 hlm 157)
AYO NGAJI!
***
1 Muharam 1443H/10 Agustus pukul 11.32