Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Sestabil apa seorang hamba meniti jalan Allah di dunia ini, maka sestabil itulah saat dia meniti jembatan (al-ṣirāṭ) yang terbentang di atas Jahanam pada hari kiamat kelak.
Semakin sering dia tergelincir di sini (dunia), maka akan semakin sering juga dia tergelincir di sana (akhirat).
Semakin cepat di sini melaksanakan perintah Allah, maka semakin cepat pula dia berjalan di sana saat melewati jembatan itu.
Ada yang berlari secepat kilat…
Ada yang berlari secepat angin…
Ada yang berlari secepat kuda…
Ada yang berlari secepat burung…
Ada yang hanya sanggup berjalan biasa…
Ada yang malah hanya berjalan tertatih-tatih…
Bahkan ada yang hanya bisa merangkak…
Ada yang selamat sampai ujung tanpa terluka..
Ada pula yang selamat tetapi badan penuh luka karena tergores duri-duri raksasa di kanan-kiri jembatan itu…
Adapula yang tidak selamat dan akhirnya harus terjerumus ke dalam neraka…
Semuanya diberi setimpal sesuai dengan amalnya.
Allah berfirman,
Artinya,
“Sebagai balasan yang setimpal”
Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata,
Artinya,
“Sesuai dengan kadar keteguhan kaki seorang hamba saat meniti jalan yang dibentangkan Allah di dunia inilah kondisi keteguhan kakinya saat melewati jembatan yang dibentangkan di atas neraka Jahanam. Sesuai dengan kadar kecepatannya meniti jalan Allah itu pula yang menentukan kecepatan jalannya di atas ṣirāṭ”
Di antara hamba Allah ada yang penuh dosa, lalu bertaubat dengan taubatan nasuha, dan beramal saleh dengan kualitas tinggi, sampai Allah mengampuni seluruh dosanya dan mengganti semua dosa itu dengan kebaikan. Sebagaimana para Sahabat yang dulunya menyembah berhala, memakan bangkai, bermuamalah dengan riba, berzina dan lain-lain lalu masuk Islam dan menghabiskan umur untuk amal-amal besar meninggikan kalimatullah. Yang seperti ini insya Allah melewati ṣirāṭ secepat kilat. Merekalah yang termasuk disebut dalam Al-Qur’an sebagai sābiqun bil khairāt.
Adapula yang banyak dosa, lalu bertobat, lalu berdosa lagi, lalu bertobat, lalu berdosa lagi lalu bertobat dan seterusnya sampai wafat. Yang seperti ini tentu tidak sama dengan yang pertama. Hanya Allah yang tahu berapa kecepatannya melewati ṣirāṭ dan seberapa banyak nur yang didapatkannya. Bisa jadi dia selamat dengan penuh luka, bahkan kita juga tidak tahu bisa jadi dia masuk neraka dulu untuk “dicuci”, sebelum akhirnya dikeluarkan dan dimasukkan Surga karena dalam hatinya ada lā ilāha illāllāh. Merekalah yang termasuk di sebut dalam Al-Qur’an sebagai muqtaṣid.
Adapula yang banyak dosa, bahkan melakukan dosa besar, lalu wafat dalam keadaan belum bertaubat. Yang seperti ini hukum asalnya akan masuk neraka dan akan jatuh saat melewati ṣirāṭ, tapi pada akhirnya dikeluarkan dari neraka berkat syafaat Rasulullah ﷺ. Mereka adalah orang-orang yang menzalimi dirinya sendiri.
11 Rabiul Akhir 1443 H/ 16 November 2021 jam 08.40