Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Jangan menuntut kambing agar salat, membayar zakat dan berhaji.
Jangan pula menuntut kucing agar tidak berzina dan mencuri.
Jangan pula meminta malaikat berpuasa atau berdoa sebelum tidur.
Pesan utamanya:
Setiap hamba beribadah sesuai dengan fitrah penciptaan masing-masing. Itulah ibadah terbaik mereka.
Ibadah seluruh hewan bukan salat, haji dan berbakti kepada orang tua, tetapi mereka bertasbih sepanjang hidup dengan cara yang dikehendaki Allah meskipun tidak dipahami manusia.
Ibadah malaikat adalah bertasbih menyucikan Allah dengan cara berdiri, rukuk, duduk, dan sujud serta menjalankan semua perintah Allah meskipun tidak perlu mengharap masuk surga, sebab mereka memang tidak diciptakan dengan syahwat keinginan bersenang-senang.
Adapun kita; manusia, maka kita diciptakan Allah dengan segenap fitrah yang khas seperti lapar, haus, punya nafsu seks, punya iri, punya dengki, punya cinta, punya benci, mengantuk, letih, tidur, lupa, ingat, dan sebagainya. Kita bisa memilih iman dan juga bisa memilih kufur. Kita bisa memilih taat dan bisa memilih maksiat. Jadi ibadah kita telah ditetapkan Allah dengan cara dan jenis yang sesuai dengan fitrah penciptaan kita yang dikehendakiNya. Itulah ibadah terbaik kita.
Tidak mungkin kita dituntut ibadah seperti malaikat yang tidak pernah mengharap masuk surga, karena mereka memang tidak pernah letih seumur hidup, tidak diuji dengan mengantuk dan tidak diuji dengan syahwat.
Tidak mungkin juga kita dituntut ibadah seperti hewan yang tak mengharap surga dan tak takut neraka, karena hewan memang tidak dijanjika dua hal itu, tidak diberi akal, dan tidak diberi aturan pergaulan.
Dari sini tampak kelemahan pendapat yang membagi-bagi ibadah menjadi tiga tingkatan yaitu
- Paling rendah: Ibadah karena berharap pahala dan takut dosa
- Menengah: Ibadah karena berharap mendapat kemuliaan di sisi Allah
- Tinggi: Ibadah karena tahu Allah berhak disembah
Beribadah karena takut dengan siksa Allah dan mengharap karunia Allah tidak bisa dikatakan ibadah yang paling rendah. Justru itu ibadah terbaik minimal karena 5 alasan,
Pertama:
Allah menciptakan kita sebagai manusia dengan ujian. Kita diuji dengan perintah dan larangan, punya pilihan untuk iman atau kufur dan disiapkan surga dan neraka. Tugas hidup kita tidak sama dengan hewan dan malaikat.
Kedua:
Takut dengan murka Allah dan berharap karunianya adalah ibadah para nabi, para kekasih Allah dan hamba-hamba suci yang didekatkan kepadaNya. Saat Rasulullah ﷺ beribadah hingga kaki bengkak dalam rangka bersyukur sekalipun, dimensi takut kepada Allah tetap ada. Yakni takut Allah murka karena kurang maksimal bersyukur sehingga Allah mencabut nikmat tersebut.
Ketiga:
Allah mengatakan hamba yang paling mulia adalah hamba yang paling bertakwa, padahal makna takwa adalah takut dan sangat berhati-hati supaya Allah tidak murka.
Keempat:
Tidak ada dalil dalam Al-Qur’an maupun hadis yang menunjukkan ibadah karena takut murka Allah dan mengharap karunianya adalah jenis ibadah paling rendah.
Kelima:
Ibadah karena takut murka Allah dan mengharap karuniaNya justru cerminan iman dan keyakinan tinggi terhadap sifat Allah yang syadīdul ‘iqāb (Sangat Keras SiksaNya) dan maha memberi.
Jadi, tingkatan ibadah tertinggi adalah maksimal ibadah sesuai fitrah penciptaan masing-masing. Tanpa perlu membagi-bagi tingkatan ibadah menjadi tiga.
Ibnu ‘Āsyūr mengatakan bahwa sikap merendahkan ibadah karena motivasi takut siksa dan mengharap pahala adalah pendapat sufi guluww (ekstrim) dan beliau mengkritiknya. Beliau menulis,
27 Jumādā al-Ūlā 1443 H/ 1 JANUARI 2022 jam 09.56