Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Bisakah Anda merasakan seberapa besar kasih sayang si Ibu tikus dalam video ini?
Dia berjibaku melawan hujan dan berjuang mati-matian menyelamatkan anak-anaknya agar tidak mati tenggelam karena lubang sarangnya terendam air hujan.
Bayangkan berapa lama dia harus menahan nafas dalam air?
Bayangkan bagaimana resiko paru-parunya termasuki air saat masuk ke dalam lubang (ingat, tikus bernapas dengan paru-paru dan bisa mati jika ada air yang masuk ke dalam paru-paru sebagaimana manusia)?
Bayangkan bagaimana dia harus melawan rasa dingin dengan basah kuyup hilir mudik seraya diterpa angin dari lubang sarang menuju tempat yang dianggap lebih hangat?
Bayangkan bagaimana dia berani mengambil resiko mati karena diburu manusia saat memutuskan memberanikan diri menampakkan batang hidungnya di siang bolong sehingga mudah dilihat manusia?
Jika kita mulai bisa merasakan besarnya kasih sayang si Ibu Tikus itu terhadap anak-anaknya, maka ketahuilah sesungguhnya itu hanya seperjuta atau milyar atau bahkan trilun atau angka yang hanya Allah yang tahu jika dibandingkan dengan besarnya kasih sayang Allah kepada hamba-hambaNya yang beriman.
Sebab Rasulullah ﷺ mengajarkan bahwa Allah itu punya 100 rahmat. 99 disimpan di akhirat, sementara yang satu dibagi-bagi untuk seluruh makhluk di dunia. Yang dbagi-bagi di dunia itu termasuk di antaranya kasih sayang ibu yang rela begadang berjam-jam menunggui anaknya yang sakit, kasih sayang ayah yang rela bekerja berangkat pagi pulang malam demi menafkahi anak-anaknya, kasih sayang Ibu Tikus untuk menyelamatkan anaknya agar tidak tenggelam di lubang sarang saat musim hujan, sampai seekor kuda yang mengangkat kakinya karena rasa sayangnya agar anaknya tidak terinjak. Rasulullah ﷺ bersabda,
Artinya,
“Allah menjadikan rahmat (kasih sayang) seratus bagian, maka dipeganglah disisi-Nya sembilan puluh sembilan bagian dan diturunkan-Nya satu bagian ke bumi. Dari yang satu bagian inilah seluruh makhluk berkasih sayang sesamanya, sehingga seekor kuda mengangkat kakinya karena takut anaknya akan terinjak olehnya.” (H.R.al-Bukhari)
Jika sebesar ini rahmat Allah yang hendak diberikan kepada hambaNya yang beriman, masih adakah yang merasa dirinya terlalu bejat, lalu punya pikiran,
“Ah, tidak mungkin Allah menerima aku lagi” atau
“Ah, dosaku terlalu banyak. Tidak mungkin taubatku diterima” atau
“Duh, mengapa diriku ini. Setiap kali berusaha menjadi baik, selalu saja terjatuh dalam kesalahan yang sama. Mungkinkah aku bisa berubah?” atau
“Udahlah, rusak-rusak sekalian aja. Calon penghuni neraka memang aku ini”
Atau kalimat-kalimat lain yang menunjukkan keputus-asaan dari rahmat Allah?
Tidak.
Jangan begitu.
Sehancur, serusak dan sebejat apapun kita, maka rahmat Allah jauh lebih besar dan luas dari itu.
Allah menyambut hambaNya yang datang kepadaNya dengan penuh kegembiraan. Melebihi kegembiraan orang yang kehilangan sesuatu yang paling berharga darinya kemudian ketemu kembali.
6 Jumādā al-Ūlā 1443 H/ 11 Desember 2021 jam 08.30