Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Pernah al-Ḥallāj malam-malam mau menyetubuhi menantunya.
Sang menantu enak-enak tidur, tiba-tiba bapak mertua sudah menindihnya.
Sontak sang menantu terbangun kaget ketakutan dan mengecam perbuatan tersebut.
“Apa-apaan sih!”
Mungkin begitu bahasanya kalau zaman sekarang.
Apa dalih al-Ḥallāj saat kepergok perbuatan mesumnya?
Dengan tanpa rasa bersalah ia berkata,
“Aku cuma mau membangunkan kamu untuk salat kok”
Al-Żahabī menceritakan kisah mesum al-Ḥallāj ini sebagai berikut,
Artinya,
“Dia (menantu al-Ḥallāj) berkata, ‘Suatu malam aku tidur. Aku tidak menyadari kehadirannya sampai dia (al-Ḥallāj) menindihku. Aku jadi terbangun dalam keadaan ketakutan seraya mengingkari hal tersebut. Dia berkata, ‘Aku datang cuma ingin membangunkanmu untuk salat.’” (Siyaru A‘lāmi al-Nubalā’, juz 14 hlm 338)
Al-Ḥallāj inilah yang tasawufnya mengajarkan konsepsi ḥulūl (الحُلُوْلُ) atau inkarnasi (incarnation/infusion). Yakni sebuah paham yang mengajarkan bahwa tuhan bisa menitis pada hamba.
Pemikiran seperti ini yang membuat Nabi Isa hari ini disembah milyaran orang.
Pemikiran seperti ini pula yang bisa jadi menyebabkan Dajjal Akbar di akhir zaman akan disembah oleh hampir seluruh penduduk bumi.
Pemikiran seperti ini pula yang menyebabkan oknum sufi sesat mengatakan “Wajar Nabi Isa disembah” atau “Jika orang menyembah Nabi Isa tapi yang kelihatan sifat Allah, maka dia muwaḥḥid/ahli tauhid”, atau “Nasrani penyembah nabi Isa yang meniatkan menyembah Allah, maka selamat”, dan kalimat-kalimat kufur semisal.
5 April 2022/2 Ramadan 1443 H jam 10.52