Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Ciri orang berada di jalan yang lurus itu bukan orang yang suka pamer-pamer “karamah”, cerita-cerita “wuṣūl”, ngaku dapat ilmu dari nabi Khidir, bisa menghidupkan kucing sekarat dan semisalnya. Tetapi berdasarkan gambaran Al-Qur’an, watak orang yang diridai Allah adalah mereka yang senantiasa takut dan khawatir.
Khawatir amalnya tidak diterima Allah.
Khawatir merasa sebagai kekasih Allah, padahal musuhNya.
Khawatir merasa sebagai golongan orang yang mendapatkan hidayah, padahal tersesat.
Khawatir merasa masuk surga, padahal ahli neraka.
Khawatir merasa wuṣūl, padahal itu aḥwāl syaiṭāniyyah.
Khawatir merasa mendapat karamah, padahal itu istidrāj.
Khawatir Allah membongkar aib-aibnya, sementara manusia menganggapnya sebagai orang yang baik
Khawatir dampak buruk dosanya, karena dia merasa belum bersungguh-sungguh bertaubat kepada Allah.
Khawatir bermaksiat kepada Allah baik dalam keadaan sadar maupun tidak menyadari.
Takut terkena azab Allah secara tiba-tiba akibat dosa-dosa yang tidak diketahuinya.
Jadi, kalaupun dia mendapatkan sejumlah keajaiban, maka justru dia akan merasa malu kepada Rabbnya. Malu jika teringat bagaimana dia sering maksiat saat sendiri, sementara di depan umum dia menampakkan kesalehan. Malu karena Allah masih memberikan nikmatNya sementara pengabdianNya masih asal-asalan. Malu karena merasa lisannya memuja Allah di keramaian sementara hatinya memuja dunia. Karenanya, dia sedapat mungkin malah akan menyembunyikan “keanehannya” seperti dia menyembunyikan aib-aibnya.
Sifat selalu takut dan khawatir seperti ini sangat menonjol dalam kehidupannya, hingga seandainya beliau wafat dan keluarganya sendiri ditanya apa sifat beliau yang menonjol, maka mereka akan bersaksi,
“Beliau adalah orang yang senantiasa mengkhawatirkan nasib dirinya di hadirat Rabbnya. Sering kami melihat air mata beliau meleleh membasahi pipi dan janggutnya karena khawatir tidak selamat di hari perjumpaan dengan Tuhannya”.
Allah berfirman,
﴿قَالُوا إِنَّا كُنَّا قَبْلُ فِي أَهْلِنَا مُشْفِقِينَ﴾ [الطور: 26]
Artinya,
“Mereka (penduduk surga) berkata, ‘Kami dulu sebelumnya (di dunia) terbiasa dalam keadaan khawatir di tengah-tengah keluarga kami” (Q.S. al-Ṭūr: 26)
5 Ramadan 1443 H/7 April pukul 04.48