Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Jika ada kerabat yang membaiki kita dan menyambung tali silaturahmi dengan kita, misalnya datang mengunjungi rumah kita, lalu kita membalas perbuatan baik tersebut dengan gantian mengunjungi rumah beliau, maka kita telah melakukan perbuatan baik, melaksanakan syariat mukāfa’ah/المكافأة (membalas kebaikan dengan kebaikan setara) dan dikatakan telah melaksanakan kewajiban silaturahmi.
Akan tetapi, silaturahmi yang sempurna, silaturahmi terbaik dan silaturahmi terindah itu bukan membalas kebaikan kerabat dengan kebaikan yang setara. Justru silaturahmi yang tertinggi adalah saat ada kerabat yang memutus silaturahmi, kemudian kita berusaha menyambungnya.
Kerabat yang tidak pernah mengenal kita, lalu kita berusaha mengenalnya, mendatangi dan mengenalkan diri.
Kerabat yang tidak pernah mengunjungi kita lalu kita berinisiatif pertama kali mengunjungi.
Kerabat yang tidak menghafal nama kita, lalu kita berinisiatif menghafalnya bahkan nama istri/suaminya, anak-anaknya, cucu-cucunya, dan nasab lengkapnya.
Kerabat yang tidak pernah membantu kita, lalu saat beliau butuh justru kita datang untuk membantunya.
Kerabat yang tidak pernah memberi kita harta, lalu saat beliau terdesak justru kita datang untuk memberinya harta.
Kerabat yang kalau kita undang tidak pernah datang, lalu justru kita datang saat diundang olehnya.
Kerabat yang kita dengar menggunjing kita atau mengucapkan kata-kata buruk, lalu justru kita balas dengan mengunjunginya dan memberinya hadiah.
Kerabat yang tidak pernah menolong anak kita, lalu justru anaknya kita tolong saat beliau membutuhkan pertolongan kita.
Kerabat yang memaki-maki kita, lalu justru kita balas dengan kalimat damai dan doa yang indah.
Kerabat yang berutang kepada kita, lalu belum bisa bayar, bahkan kesulitan membayar, kemudian malah “menghilang” karena sungkan padahal sebelumnya akrab, lalu justru kita datangi, lalu kita beri kabar gembira dengan memutihkan utangnya.
Intinya, perbuatan buruk apapun yang diberikan kerabat kepada kita yang berdampak membuat hubungan jadi putus, menjauh dan seperti orang lain, semuanya kita balas dengan perbuatan baik sehingga ketegangan berubah menjadi kedamaian, cinta, simpati, perhatian, dan kasih sayang. Itulah level silaturahmi tertinggi.
Rasulullah ﷺ bersabda,
Artinya,
“Penyambung silaturrahmi (yang sempurna) bukanlah orang yang membalas setara (kebaikan kerabat). Akan tetapi, penyambung silaturrahmi (yang sempurna) adalah orang yang jika kekerabatannya diputus dia berusaha menyambungkannya kembali.” (H.R. al-Bukhārī)
16 Muharam 1444 H/ 14 Agustus 2022 pukul 06.01