Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Jika ada orangtua yang sudah lemah, tak sanggup bekerja, sakit-sakitan, cerewet, manja, pikun, sering bicara nylekit, dan butuh perawatan (yang secara logika tidak ada lagi gunanya untuk hidup), maka seakan-akan hidupnya beliau hanyalah untuk memberi kesempatan anak-anaknya agar maksimal berbakti dan melaksanakan birrul walidain yang barangkali sebelumnya sempat tertunda karena kesibukan hidup masing-masing.
Terutama anak-anaknya yang jauh.
Bisa jadi Allah memang berkehendak memasukkan kita ke dalam jannah-Nya dengan amal tersebut.
Bisa jadi dosa kita yang bertumpuk-tumpuk atau kemunafikan kita yang menjijikkan hendak dihapus Allah melalui amal saleh tersebut.
Akan tetapi sebagian anak justru malah menganggap orang tua demikian sebagai beban, sehingga lempar-lemparan tanggung jawab, lebih memilih dititipkan rumah lansia, bahkan berharap orang tua segera mati saja!
Padahal seandainya tahu tidak ada balasan amal saleh yang melebihi cepatnya birrul walidain, niscaya para anak akan berebut untuk mengurus orang tuanya di masa senja mereka.
Rasulullah ﷺ bersabda,
Artinya,
“Barang siapa senang dipanjangkan umurnya dan ditambah rezekinya, hendaklah dia berbakti kepada kedua orang tuanya dan hendaklah dia menyambung silaturahmi.” (H.R.Ahmad)
Memang tidak mudah, terutama bagi mereka yang merasa pernah disakiti atau bahkan dizalimi orang tuanya di masa lalu.
Tetapi kapan lagi kesempatan memaafkan yang paling baik selain saat orang yang menyakiti berada di titik yang paling lemah sementara kita dalam kondisi kuasa penuh untuk membalas?
Semoga Allah merahmati para anak yang memiliki hati lapang seluas samudra sehingga rela memaafkan kesalahan orang tuanya demi membuat Allah rida.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hamba-Nya yang berbakti terhadap orang tuanya.
8 Rabi’ul Akhir 1444 H/3 November 2022 pukul 11.54