Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Manusia itu intinya dua macam: Mubtalā (المبتلى) atau Mu‘āfā (المعافى).
Makna mubtalā dalam konteks ini adalah diuji dengan kamaksiatan lalu gagal melewatinya sehingga berbuat dosa.
Makna mu’afā dalam konteks ini adalah dilindungi dari ujian kemaksiatan yang orang lain gagal melewatinya atau diuji tapi sanggup melewatinya.
Cara melihat mubtalā dan mu‘āfā yang sesuai dengan ajaran para nabi begini:
Jika mubtalā, maka pandanglah dengan mata kasihan. Jangan mencibir. Jangan menghina. Jangan merendahkan. Jangan memaki. Jangan mengumpat. Jangan mengucapkan sumpah serapah. Jangan mengejek. Apalagi mem-bully/merundung.
Jika mu’afa, maka pujilah Allah. Tetap waspada. Selalu mawas diri. Jangan kagum (ujub) dengan diri sendiri. Jangan pula merasa menjadi orang baik. Apalagi merasa sebagai orang istimewa di sisi Allah. Jangan pernah merasa aman tidak terjatuh ke dalam maksiat atau merasa aman bahwa suatu hari tidak akan terjatuh ke dalam dosa.
Diriwayatkan Nabi Isa bersabda,
Artinya,
“Janganlah kalian memperhatikan dosa-dosa manusia seakan-akan kalian majikan. Tapi perhatikan dosa-dosa kalian (sendiri) seakan-akan kalian budak sahaya. Manusia itu kalau tidak mubtalā ya mu‘āfā. Kasihanilah mereka yang diuji bala’ (dengan dosa) dan pujilah Allah jika diberi ‘afiyah.” (H.R. Mālik)
14 Jumada al-Ūlā 1444 H/8 Desember 2022 pukul 08.22