Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Saat membonceng anak di atas kendaraan, daripada diam sepanjang jalan atau mengobrolkan hal tak berguna, lebih baik dipakai untuk menanamkan prinsip-prinsip penting dalam din, terutama ilmu mengenal Allah.
Seperti Rasulullah ﷺ saat membonceng Ibnu Abbās yang masih anak-anak waktu itu. Al-Tirmiżī meriwayatkan.
Artinya,
“Dari Ibnu Abbās beliau berkata, ‘Suatu hari aku (dibonceng) di belakang Rasulullah ﷺ. Lalu beliau bersabda, ‘Nak, sungguh aku akan mengajarimu sejumlah kalimat. Jagalah Allah, pasti Dia akan menjagamu…” (H.R. al-Tirmiżī)
Membonceng anak adalah di antara waktu-waktu emas untuk mendidik. Karena di momen itu justru anak bisa lebih fokus mendengarkan perkataan orang tua dengan seksama. Tak jarang prinsip-prinsip hidup terpenting itu tertanam kuat di hati anak di momen boncengan seperti itu. Tak heran, hadis ini terpatri betul pada hati Ibnu Abbas sampai dewasa, sehingga diajarkan kepada anak-anak beliau serta murid-murid beliau lalu menyebar ke seluruh dunia Islam hingga sampai kepada kita hari ini.
CATATAN
- Dalam hadis di atas Rasulullah ﷺ memanggil Ibnu Abbās dengan sapaan “gulām” yang saya terjemahkan “Nak”. Makna bahasa gulām adalah anak kecil yang usianya di antara 2 tahun sampai 7 tahun. Boleh dipakai untuk usia lebih dari 7 tahun secara majasi. Usia Ibnu Abbās dalam peristiwa ini diperkirakan antara 7-10 tahun. Hal ini menunjukkan anak di usia itu sebenarnya sudah bisa diajak dialog layaknya orang dewasa dan sudah mampu untuk diajari ilmu-ilmu serius.
Hanya saja kebanyakan orang tua agak meremehkan kemampuan intelektual anak kecil. Sehingga di usia itu banyak yang masih diperlakukan seperti anak-anak sehingga kedewasaannya tumbuh lebih lambat. - Pertimbangkan juga situasi dan kondisi. Jangan sampai dialog di atas kendaraan malah membahayakan.
23 Jumada al-Ūlā 1444 H/17 Desember 2022 pukul 10.15