Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Di kalangan ulama-ulama al-Syāfi‘iyyah, saat mengutip sebagian karya al-Nawawī, kadang-kadang atau bahkan sering muncul istilah Aṣlu al-Rauḍah (أصل الروضة) dan Ziyādatu al-Rauḍah (زيادة الروضة).
Apa sebenarnya makna dua istilah itu?
Pertama-tama harus dipahami bahwa maksud kata al-Rauḍah dalam pembahasan ini adalah kitab al-Nawawī yang berjudul Rauḍatu al-Ṭalibīn (روضة الطالبين). Kitab ini adalah mukhtaṣar/ringkasan karya al-Rāfi‘ī yang berjudul al-‘Azīz/al-Syarḥu al-Kabīr/Fatḥu al-‘Āzīz. Resensi detail kitab Rauḍatu al-Ṭalibīn yang mencakup semua informasi tentangnya baik sejarah penulisannya, struktur isinya, metode penulisannya, kitab-kitab yang lahir darinya, sampai manuskrip-manuskripnya bisa dibaca pada buku saya yang berjudul AL-NAWAWĪ SANG WALI DAN KARYA-KARYANYA hlm 625.
Kembali ke pertanyaan. Kalau begitu, apa makna Aṣlu al-Rauḍah dan Ziyādatu al-Rauḍah itu?
Jawaban ringkasnya adalah sebagai berikut,
Intinya dua istilah itu hanya untuk membedakan mana yang murni ringkasan al-Nawawi dari al-‘Azīz dan mana yang merupakan hasil penelitian al-Nawawi sendiri yang ditambahkan pada ringkasan murni itu.
Telah diketahui, kitab Rauḍatu al-Ṭālibīn itu bukan karya yang murni semata-mata meringkas kitab al-‘Azīz/al-Syarḥu al-Kabīr, tetapi ia adalah jenis karya ringkasan kritis. Jadi al-Nawawī, bukan hanya meringkas tetapi juga mengoreksi, mengkritisi dan juga menambahkan yang belum ditulis oleh al-Rāfi‘i. Tambahan yang ditulis al-Nawawī itu tentu saja hasil penelitian beliau sendiri saat melakukan tahrir mazhab al-Syāfi‘ī.
Nah, tulisan yang murni hasil meringkas kitab al-‘Azīz dinamakan Aṣlu al-Rauḍah (أصل الروضة ). Kadang disebut al-Rauḍah saja.
Tulisan yang merupakan hasil penelitian beliau sendiri yang ditambahkan pada ringkasan tersebut di namakan Ziyādatu al-Rauḍah (زيادة الروضة) atau zawā’idu al-rauḍah (زوائد الروضة) atau taṣrīf apapun yang semakna dengan ini.
Ciri hasil penelitian al-Nawawi yang merupakan tambahan dari resume murni adalah diawali kata “qultu” dan diakhiri “wallahua’lam”. Contoh misalnya teks berikut ini,
أَحَدُهَا: مَا اخْتَصَّ بِهِ رَسُولُ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – مِنَ الْوَاجِبَاتِ، وَالْحِكْمَةُ فِيهِ زِيَادَةُ الزُّلْفَى وَالدَّرَجَاتِ، فَلَنْ يَتَقَرَّبَ الْمُتَقَرِّبُونَ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى بِمِثْلِ أَدَاءِ مَا افْتُرِضَ عَلَيْهِمْ.
قُلْتُ: قَالَ إِمَامُ الْحَرَمَيْنِ هُنَا: قَالَ بَعْضُ عُلَمَائِنَا: الْفَرِيضَةُ يَزِيدُ ثَوَابُهَا عَلَى ثَوَابِ النَّافِلَةِ بِسَبْعِينَ دَرَجَةً، وَاسْتَأْنَسُوا فِيهِ بِحَدِيثٍ. – وَاللَّهُ أَعْلَمُ -». «روضة الطالبين وعمدة المفتين» (7/ 3)
Dalam teks di atas, kalimat “fī ikhtiṣāṣi…sampai dengan …ufturiḍā ‘alaihim” adalah hasil ringkasan dari kitab al-‘Azīz. Tapi kalimat mulai “qālā imāmu al-ḥaramain… sampai …fīhi biḥadīts” adalah hasil penelitian al-Nawawi pribadi.
Contoh penggunaan istilah Aṣlu al-Rauḍah dalam kitab Kifāyatu al-Akhyār,
Contoh penggunaan istilah Ziyādatu al-Rauḍah dalam kitab Kifāyatu al-Akhyār,
CATATAN
- Ungkapan “Każā fī al-rauḍah” menunjukkan penulisnya tidak yakin teks itu ada di Aṣlu al-Rauḍah ataukah di Ziyādatu al-Rauḍah. Yang jelas ada di kitab Rauḍatu al-Ṭālibīn
- “Każā fī al-rauḍah wa aṣlihā” menunjukkan informasi yang disajikan sudah diyakinkan dan diteliti sama saja antara yang ada di Rauḍatu al-Ṭālibīn dengan al-‘Azīz. Redaksi ini kualitasnya paling tinggi dari sisi akurasi.
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين
26 Jumadal Akhirah 1444 H/19 Januari 2022 M pukul 09.51