Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Ḥisāb al-Jummal (حِسَابُ الْجُمَّلِ) adalah teknik menyatakan angka-angka memakai simbol-simbol huruf abjad Arab.
Hisab bermakna “penghitungan”.
Jummal dari kata jumlah (الجملة) yang bermakna “kumpulan sesuatu”. Nampaknya kata jumlah ini dijamakkan menjadi jummal sebagaimana ṣā’im (الصائم) dan nā’im (النائم) bisa dijamakkan menjadi ṣuwwam (الصُّوَّمُ) dan nuwwam (النُّوَّمُ).
Jika analisis di atas benar, berarti makna bahasa Ḥisāb al-Jummal adalah teknik penghitungan yang menggabungkan jumlah bilangan-bilangan tertentu yang dinyatakan dengan simbol-simbol tertentu.
Konsep dasar Ḥisāb al-Jummal adalah memahami bahwa tiap-tiap huruf hijaiyah atau kombinasi huruf-hurufnya memiliki nilai bilangan tertentu.
- Alif (أ) bernilai 1
- Bā’ (ب) bernilai 2
- Jīm (ج) bernilai 3
- Dāl (د) bernilai 4
- Hā’ (ه) bernilai 5
- Wāwu (و) bernilai 6
- Zāy (ز) bernilai 7
- Ḥā’ (ح) bernilai 8
- Ṭā‘ (ط) bernilai 9
- Yā (ي) bernilai 10
- Kāf (ك) bernilai 20
- Lām (ل) bernilai 30
- Mīm (م) bernilai 40
- Nūn (ن) bernilai 50
- Sīn (س) bernilai 60
- ‘ain (ع) bernilai 70
- Fā’ (ف) bernilai 80
- Ṣād (ص) bernilai 90
- Qāf (ق) bernilai 100
- Rā’ (ر) bernilai 200
- Syīn (ش) bernilai 300
- Tā’ (ت) bernilai 400
- Tsā’ (ث) bernilai 500
- Khā’ (خ) bernilai 600
- Żāl (ذ) bernilai 700
- Ḍād (ض) bernilai 800
- Ẓā’ (ظ) bernilai 900
- Gain (غ) bernilai 1000
Dengan demikian, simbol huruf arab dalam syair Ibnu al-Jazarī berikut ini akan lebih mudah diterjemahkan,
Artinya,
“Bait-baitnya berjumlah qāf+ zāy”
“Barang siapa bagus tajwidnya maka dia telah mendapatkan petunjuk”
(al-Muqaddimah al-Jazariyyah hlm 23)
Ibnu al-Jazarī mengatakan bahwa jumlah bait manẓūmah-nya yang membahas ilmu tanjwid itu adalah kombinasi qāf ditambah zāy.
Nilai qāf adalah 100. Nilai zāy adalah 7. Dengan demikian jumlah total bait manẓūmah-nya adalah 107 bait.
***
Urutan huruf dalam Ḥisāb al-Jummal memang tidak mengikuti urutan reguler (alif, bā’ tā’, tsa, dst) tetapi mengukuti urutan huruf berdasarkan urutan alfabetik bahasa-bahasa semitik .
Urutan yang seperti dalam daftar di atas dinamakan dengan al-ḥurūf al-abjadiyyah (الحُرُوْفُ الأَبْجَدِيَّةُ). Di dunia ilmiah, biasanya urutan seperti itu dipakai untuk penomoran halaman sebelum penomoran angka. Mirip seperti penggunaan angka romawi untuk penomoran halaman sebelum memakai angka Arab.
Adapun urutan huruf reguler, yakni urutan alif, bā’, tā’, tsā’, jīm, dan seterusnya maka itu adalah urutan hasil kerja Naṣr bin ‘Āṣim al-Laiṡi (w. 90 H). Urutan itu didasarkan pada kemiripan bentuk tulisan. Urutan tersebut dinamalan maka dinamakan al-ḥurūf al-hijā’iyyah (الحُرُوْفُ الهِجَائِيَّةُ).
Menghafalkan urutan huruf untuk Ḥisāb al-Jummal cukup mudah. Ada sejumlah variasi cara pelafalannya. Yang paling saya suka adalah pelafalan Syaikh Aiman Rusydī Suwaid . Saya memilih beliau karena beliau adalah salah satu pakar qiraat zaman ini. Urutan tersebut jika diungkapkan dalam bentuk kalimat berbunyi: “abjad hawwaz ḥuṭṭī kalamun sa‘faṣ qarasyat tsakhażun ḍaẓagu”. Lafal arabnya begini,
***
Para ulama menggunakan teknik Ḥisāb al-Jummal ini untuk banyak hal. Di antaranya adalah untuk menyatakan jumlah bait puisi sebagaimana dipakai oleh Ibnu al-Jazarī di atas.
Penulisan tanggal manuskrip Arab juga banyak yang memakai Ḥisāb al-Jummal ini. Jadi, orang yang menggeluti manuskrip arab,mau tidak mau juga harus belajar ilmu ini.
Ia juga digunakan untuk menyatakan penanggalan dan tahun wafat tokoh.
Bahkan juga dipakai juga di bidang perdagangan, astronomi, dll , Kitab al-Qānūn al-Mas‘ūdī karya al-Bairūnī adalah contoh kitab falak yang banyak memakai Ḥisāb al-Jummal saat menyatakan angka.
Ilmu ini sudah dikenal sejak zaman jahiliah. Orang India dan Yahudi juga mengenalnya. Oleh karena itu, ketika Al-Qur’an turun membawa fawātiḥus suwar yang berisi simbol-simbol huruf seperti alif lam mim, alif lam rā, kaf ha yā ‘ain ṣād, dan semisalnya mereka tidak berani mengejek atau menghina. Karena khawatir kumpulan huruf-huruf misterius itu memang mengandung makna luar biasa. Tak heran, ada riwayat bahwa sebagian Yahudi begitu mendengar fawātiḥus suwar, mereka langsung menghubungkan dengan ilmu Ḥisāb al-Jummal ini. Mereka menduga kumpulan huruf-huruf tersebut adalah isyarat dari Allah berapa umur umat Islam nanti sampai datang hari kiamat! Salah seorang ulama besar bernama Abū al-‘Āliyah menegaskan bahwa fawātiḥus suwar memang simbol umur umat Islam.
Hanya saja, sebagian orang juga menjadikan konsepsi Ḥisāb al-Jummal untuk klenik dan sihir.
Ada juga yang memakai untuk memecahkan hal-hal gaib seperti yang dilakukan Ibnu al-‘Arabī dalam al-Futūhāt al-Makkiyyah.
Atas dasar ini di dunia Islam, penggunaan Ḥisāb al-Jummal ada yang bernilai mubah dan ada juga yang bernilai haram. Contoh yang mubah adalah saat dipakai untuk menyatakan jumlah bait puisi, tanggal penulisan manuskrip, tahun wafat tokoh dan semisalnya. Contoh penggunaan yang haram adalah seperti yang digunakan dukun-dukun dan tukang sihir. Termasuk penggunaan yang batil adalah jika dipakai untuk memecahkan hal-hal gaib dalam dalil tanpa hujah apapun dari wahyu.
16 Syawwāl 1444 H/ 7 Mei 2023 pukul 19.38