Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Bisa jadi ada satu tulisan yang hanya terdiri dari beberapa kalimat atau beberapa paragraf dengan dalil sedikit atau tanpa dalil malahan. Tapi karena penulisnya memiliki pemahaman yang mendalam terhadap sesuatu dan keluasan wawasan, maka hampir tiap kata yang ia torehkan adalah ringkasan banyak sekali pengetahuan sehingga jika serius diuraikan, malah bisa jadi satu artikel penuh atau satu bab buku.
Sebaliknya, alangkah banyaknya tulisan bertabur dalil dan kutipan ulama tetapi sama sekali tidak bermutu karena cara menggunakan dalilnya ngawur semua. Banyak aliran menyimpang menipu awam dengan paham sesat memakai teknik taburan dalil seperti ini.
Oleh karena itu jangan sampai tertipu.
Jangan melihat taburan dalilnya, tapi lihatlah nilai “intrinsik”nya.
Sebagian tulisan ulama Islam sengaja dibuat sama sekali tidak berdalil. Tetapi memiliki tingkat abstraksi dan mutu yang sangat tinggi.
Contohnya kitab Minhāj al-Ṭālibīn (مِنْهَاجُ الطَّالِبِيْنَ) karya An Nawawi. Demikian tinggi nilai abstraksinya, sampai-sampai lahir ratusan kitab syarah yang menguraikan kitab ini. Ketinggian nilai abstraksinya juga tampak dari cara ulama mensyarahnya, karena hampir tiap kalimat, bahkan sampai level frasa dan kata bisa diuraikan dengan tafrī‘āt yang mengagumkan dan dalil-dalil yang meyakinkan.
Semua kitab-kitab mukhtaṣar itu tipenya seperti itu.
***
Lalu bagaimana cara menilai mutu sebuah tulisan?
Jawaban singkatnya adalah dengan penilaian pakar.
Tentu saja orang awam tidak akan sanggup mengukur mutu abstraksi sebuah tulisan.
Yang bisa mengetahui mutu dari sebuah tulisan hanyalah mereka yang level keilmuannya setara atau di atasnya. Minimal yang mendekatinya.
Termasuk mengkritisi tulisan dengan kritikan yang bermutu dan sulit dibantah. Itu hanya mungkin dilakukan oleh orang yang keilmuannya setara, di atas atau minimal mendekati pihak yang dikritik.
Adapun mereka yang ilmunya di bawah pembuat tulisan, maksimal hanya bisa meraba dan memperkirakan. Tetapi tidak akan pernah mencapai akurasi penilaan yang hakiki. Ringkasnya hanya orang yang berilmu dan pakarlah yang bisa menilai mutu tulisan dengan penilaian yang layak.
Di dunia jurnal juga demikian.
Hanya pakar yang asli pakar yang bisa mengerti mutu sebuah paper apakah benar-benar berkualitas atau sampah.
Oleh karena itu, tulisan bagus biasanya hanya akan disegani dan dihormati oleh sesama orang berilmu. Yang tahu bagaimana payahnya mencari rujukan, ibarah dan mengkonstruksi berbagai serpihan pemikiran yang terserak-serak itu. Adapun orang awam, sampai kapanpun tidak akan pernah mengerti nilai sebuah tulisan bermutu sehingga enteng saja dia menghinakan ulama yang ilmunya belum sanggup dijangkau olehnya.
“Bukan salah bintang di langit yang terlihat kecil di mata”
“Tapi mata yang lemahlah yang membuatnya tak mampu menjangkau besarnya bintang”
19 Zulkaidah 1444 H/ 8 Juni 2023 pukul 07.26