Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Dalam mazhab al-Syāfi‘ī, telunjuk yang diangkat saat tasyahud itu tidak diangkat sejak pertama membaca doa tasyahud. Tetapi diangkat hanya saat sampai kalimat ikhlas. Tepatnya, telunjuk itu di angkat saat mengucapkan ILLĀLLĀH, yakni ketika sampai pada huruf hamzah-nya. Al-Nawawī berkata,
Artinya,
“Disunahkan untuk memberi isyarat dengan telunjuk kanannya, lalu mengangkatnya jika sampai pada huruf hamzah pada kalimat lā ilāha illāllāh.” (al-Majmū‘, juz 3 hlm 454)
Dalil yang menunjukkan hal ini di antaranya adalah riwayat al-Baihaqi yang menceritakan bahwa orang-orang musyrik menuduh Rasulullah ﷺ menyihir mereka saat mengangkat telunjuk dalam tasyahud. Tapi Sahabat membantah hal itu dan mengatakan bahwa telunjuk di angkat itu maksudnya adalah mengesakan Allah. Al-Baihaqī meriwayatkan,
Artinya,
“Orang-orang musyrik mengatakan, ‘Dia (Muhammad) hanyalah menyihir kita (dengan mengangkat telunjuk tersebut). Padahal Nabi ﷺ memaksudkan mengesakan Allah.” (al-Sunan al-Kubrā, juz 3 hlm 633)
Ibnu ‘Abbās juga menegaskan bahwa mengangkat telunjuk itu bermakna ikhlas. Al-Baihaqī meriwayatkan,
Artinya,
“Terkait lelaki yang menyeru seraya memberi isyarat dengan jarinya, Ibnu ‘Abbās berkomentar, ‘Itu adalah ikhlas’.” (al-Sunan al-Kubrā, juz 3 hlm 634)
Oleh karena mengangkat telunjuk bermakna ikhlas dan mengesakan Allah, maka bacaan tasyahud yang paling sesuai adalah saat menyebut kalimat tahlil, tepatnya saat mengucapkan illāllāh.
22 Zulhijah 1444 H/ 10 Juli 2023 pukul 20.40