Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Pengalaman pertama kali hendak dibius total membuat saya bertanya kepada yang pernah mengalaminya.
Jawaban yang saya terima membuat saya menyimpulkan bahwa dibius total membuat kita benar-benar dalam posisi lemah.
Posisi berada dalam setengah kematian.
100% bertumpu pada kepercayaan terhadap orang yang akan menangani kita di kamar operasi/bedah.
Tanpa tahu persis level kepakaran dan profesionalisnya selain persaksian dan reputasi.
Tentu saja akan selalu ada risiko.
Sebab tindakan manusia tidak ada yang menjamin kesempurnaannya.
Juga sangat mungkin akan terjadi efek-efek lain yang tak terduga.
***
Pikiran semacam ini secara manusiawi menimbulkan sesuatu dalam hati.
Tetapi kemudian saya teringat salah satu doa yang diajarkan Nabi ﷺ.
Doa itu sebenarnya diajarkan Nabi ﷺ untuk dibaca sebelum tidur.
Tetapi karena tidur adalah “saudara” kematian, dan kondisi bius total sangat mirip dengan kondisi tidur, maka saya merasakan relevansi yang menentramkan sehingga memutuskan untuk mengamalkannya.
Saya akan menuliskan doa tersebut dengan penghayatan yang saya rasakan saat itu.
***
Awal doa itu berbunyi,
“Ya Allah, aku serahkan jiwaku kepada-Mu”.
Sebentar lagi aku akan dibius total dan tidak ada yang menggenggam jiwaku selain Engkau. Aku ini milik-Mu dan nyawaku juga milik-Mu. Maka aku serahkan jiwaku ini kepada-Mu, karena Engkau adalah sebaik-baik Zat yang diserahi.
“Aku hadapkan wajahku kepada-Mu”
Selama ini aku berusaha untuk mendapatkan rida-Mu. Beramal dengan ucapan, pikiran dan perbuatan semata-mata untuk menyenangkan-Mu. Maka di momen seperti ini, tidak ada yang paling layak untuk kuingat, kuharap dan kutuju selain Engkau.
“Aku serahkan urusanku kepada-Mu.”
Aku tidak tahu, setelah dibius total ini apa yang akan terjadi pada tubuhku. Aku juga tidak tahu apakah tindakan yang akan kualami ini ada kendala ataukah tidak. Aku tidak tahu apakah prosesnya nanti lancar ataukah tidak. Aku juga tidak tahu apakah ada kejadian tak terduga di tengah jalan yang membahayakan aku ataukah tidak. Aku juga tidak tahu apakah tindakan kepadaku akan mengantarkan aku dalam kebinasaan ataukah tidak. Oleh karena itu, aku pasrahkan semua urusanku kepada-Mu ya Allah. Karena Engkau yang paling tahu harapanku dan yang paling tahu apa yang terbaik untukku.
“Aku sandarkan punggungku kepada-Mu.”
Seperti saat aku lelah dan bermanja-manja kepada ayahku dengan menyandarkan punggungku kepadanya, maka saat ini di saat aku butuh dan yakin dengan kasih sayang-Mu, maka aku sandarkan punggungku kepadamu ya Allah. Karena Engkau lebih penyayang dari semua ayah di dunia yang paling penyayang.
“dalam keadaan harap sekaligus takut kepada-Mu.”
Sebab engkau Tuhanku. Yang mana sudah semestinya aku berharap dan bermanja-manja hanya kepada-Mu. Tetapi juga seharusnya aku tetap takut kepada-Mu karena aku juga sadar bukan hamba yang baik di hadapan-Mu.
“Tidak ada tempat berlindung dan tempat mencari keselamatan dari-Mu selain menuju kepada-Mu.”
Tentu saja aku takut Engkau akan menghukumku karena dosa-dosaku sebelumnya. Lalu Engkau memberi aku kesusahan melalui kondisi tidak sadar ini. Atau bahkan membinasakan aku karenanya. Lalu kepada siapa aku berlindung dari ketakutan semacam ini jika tidak kepada Engkau saja?
“Aku beriman kepada kitab yang Engkau turunkan.”
Aku tahu jika pertanyaan penting yang akan Engkau tanyakan nanti di hari kiamat adalah sikapku terhadap wahyu yang Engkau turunkan kepada hamba-Mu; nabi Muhammad ﷺ . Oleh karena itu, aku tegaskan bahwa aku mengimaninya ya Allah. Supaya Engkau rida. Karena aku telah mendapati bukti-buktinya yang tak terbantahkan bahwa itu memang dari Engkau untuk memberi petunjuk hamba-hamba-Mu yang tersesat.
“Juga beriman kepada nabi yang Engkau utus.”
Saksikan juga ya Allah, bahwa aku juga mengimani hamba-Mu yang Engkau pilih untuk mengemban wahyu-Mu, yakni Rasulullah ﷺ Muhammad. Beliau adalah panutanku, teladanku, dan imamku dalam perjuangan untuk mendapatkan rida-Mu.
***
Begitu kalimat-kalimat ini saya baca menjelang dibius total, maka terasalah ketentraman jiwa yang sulit dilukiskan. Lalu obat bius disuntikkan. Beberapa detik kemudian tidak sadar. Lalu hanya terasa sekitar 1 menit tiba-tiba semua tindakan sudah selesai dan saya sadar kembali!
Semua gejala efek samping yang mungkin terjadi yang dijelaskan perawat sebelum tindakan seperti pusing, mual dan lain-lain, alhamdulillah tidak saya alami sedikitpun. Jadi rasanya benar-benar hanya seperti bangun tidur!
Segala puji bagi Allah atas nikmat besar tersebut…
Saya jadi mengingat kembali, doa yang saya baca sebelum dibius total itu ternyata adalah di antara doa yang paling indah dan paling nikmat yang pernah saya baca..
Maha Suci Ẓat yang memberikan pengalaman sangat berharga agar lebih bisa menghayati saat hendak berdoa mau tidur.
***
CATATAN
- Lafal lengkap doa tersebut ada dalam Sahih al-Bukhārī sebagai berikut,
«اللَّهُمَّ أَسْلَمْتُ نَفْسِي إِلَيْكَ، وَوَجَّهْتُ وَجْهِي إِلَيْكَ، وَفَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَيْكَ، وَأَلْجَأْتُ ظَهْرِي إِلَيْكَ، رَغْبَةً وَرَهْبَةً إِلَيْكَ، لَا مَلْجَأَ وَلَا مَنْجَا مِنْكَ إِلَّا إِلَيْكَ، آمَنْتُ بِكِتَابِكَ الَّذِي أَنْزَلْتَ، وَنَبِيِّكَ الَّذِي أَرْسَلْتَ». «صحيح البخاري» (8/ 69 ط السلطانية) - Ada 3 ilmu din yang bermanfaat saat saya dalam situasi sakit yang membutuhkan pembiusan total. Yakni ilmu tentang doa sebelum tidur itu, ilmu tentang tatacara bersuci dalam kondisi terluka dan ilmu tentang menjamak salat dalam kondisi sakit.
18 Muharram 1445 H/ 5 Agustus 2023 pukul 19.48