Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Di antara lafaz menarik dalam bait ke-3 nazham al-‘Imrīṭī adalah kata (فأعربت).
Itu cara membacanya bagaimana?
Apakah fa-a’rabat (فَأَعْرَبَتْ) dengan binā’ ma‘lūm ataukah fa-u’ribat (فَأُعْرِبَتْ) dengan binā’ majhūl?
Cetakan nazham al-‘Imrīṭī di Indonesia yang dipakai di banyak ponpes nampaknya mengharakati dengan binā’ majhul (فَأُعْرِبَتْ). Buktinya hafalan para santri yang saya dapati di Youtube semuanya melafazkannya fa-u’ribat (فَأُعْرِبَتْ). Tidak ada satupun hafalan santri Indonesia yang saya temukan mengucapkannya fa-a’rabat.
Hanya saja, versi cetakan lain yang saya dapati semuanya mengharakati dengan binā’ mā’lum, yakni fa-a’rabat (فَأَعْرَبَتْ).
Contohnya cetakan Maktabah Aulād al-Syaikh li al-Turāts yang ditahkik oleh Abū Abdillāh Ismā’il bin Ibrāhīm ālū ‘Uḍāmī yang mengklaim telah mencetak berdasarkan kajian terhadap 7 manuskrip.
Saya coba mengecek di kitab syarah ternyata juga tegas mengharakati dengan binā’ ma’lum yakni fa-a’rabat (فَأَعْرَبَتْ). Tidak ada keterangan sama sekali bahwa lafaz tersebut bisa dibaca dua cara, atau ada keterangan bahwa sebagian ulama berikhtilaf bahwa lafaz tersebut bisa dibaca dengan binā’ majhul maupun ma’lūm.
Syarah nazham al-‘Imrīṭī yang paling terkenal di Indonesia itu syarah al-Bājūrī. Nama aslinya Fatḥu Rabbi al-Bariyyah. Banyak para ustaz, kyai dan pengasuh ponpes yang menjadikan kitab ini sebagai rujukan untuk mensyarah nazham al-‘Imrīṭī. Kitab inipun menegaskan bahwa cara pelafalannya adalah fa-a’rabat, bukan fa-u’ribat.
Hafalan orang di luar Indonesia yang saya dapati di Youtube juga membacanya fa-a’rabat, bukan fa-u’ribat.
Secara makna, pelafazan dengan binā’ ma’lum juga lebih kuat karena sesuai konteks. Sebab jika dibaca fa-a’rabat maka itu bermakna qulūb menjadi fā’il. Ini cocok dengan siyāq bait, karena memang hati hamba-hamba terbaik itu setelah diresapi dan dituangi makna kalimat tauhid, maka sebagai konsekuensinya mereka menjadi aktif untuk mendakwahkan dan menjelaskan makna kalimat tauhid itu di majelis-majelis ilmu dengan ceramah, diskusi, mużākarah dan lain-lain.
Jika dibaca dengan binā’ majhūl, maka yang diterangkan dan didakwahkan malah qulūb-nya, bukan makna kalimat tauhid. Ini ba’īd.
Lagipula jika dibaca dengan binā’ ma’lum, berarti yang dibesarkan namaNya adalah Allah. Adapun jika dibaca dengan binā’ majhūl, berarti yang dibesarkan namanya adalah makhluk yakni aṣḥābul qulūb.
Ini semua menguatkan bahwa cara membaca yang benar memang fa-a’rabat, bukan fa-u’ribat.
***
Kalau begitu dari mana asal muasal pelafalan fa-u’ribat?
Apakah itu kesalahan massal di ponpes Indonesia akibat taklid terhadap ḍabṭ sebagian cetakan di Indonesia, ataukah sebenarnya ada wajhun yang bisa membenarkan pelafazan dengan cara binā’ majhul tersebut?
Apakah yang memberi syakal fa-u’ribat dalam cetakan yang dipakai santri di Indonesia punya dasar khusus dari manuskrip/syarah langka ataukah itu sebenarnya hanya hasil tebakan yang menyamakan rimanya dengan lafaz fa-usyribat sebelumnya?
Adakah yang mungkin menemukan manuskrip langka atau syarah nazham al-‘Imrīṭī mu’tabar yang membenarkan palafazan fa-u’ribat?
CATATAN
Tangkapan layar yang saya sertakan dalam catatan ini adalah ḍabṭ lafaz fa-a’rabat yang ada dalam kitab Gurar al-Durar.
Dalam kitab tersebut lafaz tersebut juga terlihat diharakati fa-a’rabat. Di bawah huruf ra’ ada kesan harakat kasrah. Hanya saja kemungkinan ini masih belum mendapatkan penguat karena di atas alif tidak ada harakat damah yang menguatkan kebolehan pembacaan damah. Jadi, coretan di bawah kasrah bisa jadi titik tinta tidak sengaja.
Yang sangat jelas adalah fathah di atas huruf rā’ yang menegaskan kebenaran pelafazan fa-a’rabat. Versi cetak yang ditahkik Muhammad bin Hasan al-Umarī yang dicetak penerbit Dār al-Muḥadditsīn hlm 101 juga menegaskan harakatnya memang fa- a’rabat. Tidak ada catatan kaki apapun yang menunjukkan itu bisa dibaca dengan dua cara.
Pembahasan nazhab al-‘Imrīṭī bait ke-3 aspek i’rāb secara lengkap bisa disimak di sini,
https://openyoutu.be/TMveroW5biQ?si=BU2pc_0Dtd2kZa_r
1 Oktober 2023/ 16 Rabi’ul Awal 1445 H pukul 13:26