Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Kaidah umumnya begini:
Setiap isim yang diakhiri huruf illat, maka i’rabnya bukan lafẓi tapi taqdīrī.
Misalnya frasa dalam bait ke-6 nazham al-‘Imrīṭī berikut ini,
Cara mengi’rabinya begini.
Jullu adalah muḍāf. I’rāb-nya rafa’ (الرَّفْعُ). Tanda rafa’nya adalah harakat damah yang tampak di akhir kata.
Al-warā adalah muḍāf ilaih. I’rāb-nya jarr (الْجَرُّ). Tanda jarr-nya adalah harakat kasrah yang ada secara MUQADDAR alias diperkirakan di akhir kata.
Andai saja alif bengkok pada kata tersebut dikembalikan pada huruf aslinya niscaya dibaca al-warayi (الوَرَيِ).
Pembahasan i’rab lebih lengkap bait ke -6 nazham al-‘Imrīṭī ada di sini,
https://openyoutu.be/XpveSFeVYG4?si=z0IbfLYjmvINzeUM
13 Oktober 2023/ 28 Rabi’ul Awal 1445 H pukul 19:45