Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Di antara struktur morfologis yang sering muncul dalam teks adalah maṣdar yang dimaknai sebagai isim maf’ūl.
Misalnya kata khalqun (الخَلْقُ).
Aslinya itu maṣdar, sehingga terjemahan originalnya mestinya adalah hal menciptakan/ penciptaan.
Ayat “inna fī khalqissamāwāt..” adalah contoh kata khalqun yang memakai makna originalnya, yakni sebagai maṣdar.
Tetapi dalam banyak teks, seringkali maṣdar dimaknai isim maf‘ul. Maknanya, kata khalqun berarti dimaknai makhlūq (الْمَخْلُوْقُ). Ketika Rasulullah ﷺ disebut khairul khalqi (خَيْرُ الخَلْقِ), maka itu contoh maṣdar yang bermakna isim maf’ūl karena maksudnya adalah khairul makhlūq (خَيْرُ الْمَخْلُوْقِ).
***
Nah nama kitab suci kita sebenarnya termasuk jenis itu dipandang dari sisi isytiqāq.
Aslinya qur’ān itu maṣdar. Tapi yang dimaksud adalah isim maf’ul, yakni maqrū’ (الْمَقْرُوْءُ).
Dengan demikian Al-Qur’an dinamakan Al-Qur’an karena dimaksudkan untuk dibaca, agar dibaca selalu, supaya menjadi panduan hidup dalam hidup kita.
***
Demikian contoh analisis shorof dalam kajian sharaf nazham al-‘Imrīṭī bait ke-8. Pembahasan lengkap silakan menuju KANAL MUNTAHA di Youtube, atau tautan di sini,
20 Oktober 2023/ 5 Rabi’u al-Ṡānī 1445 H pukul 19.37