Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Jika disebut ilmu nahu (عِلْمُ النَّحْوِ) maka berhati-hatilah memahaminya.
Istilah naḥwu, jika diucapkan pakar-pakar bahasa Arab mutaqaddimin, maka itu mencakup ilmu i’rāb sekaligus ilmu taṣrīf/ṣharaf. Di antara ulama yang memaknai seperti ini adalah Ibnu Mālik. Pengarang alifiyyah yang tersohor itu.
Tetapi jika disebut ulama-ulama belakangan, maka yang dimaksud ilmu naḥwu hanyalah ilmu i’rāb saja. Tidak mencakup ilmu shorof. Di antara ulama yang menggunakan makna ini adalah Khālid al-Azharī dalam al-Taṣrīḥ. Kitab al-Taṣrīḥ adalah Hāsyiyah untuk kitab Auḍaḥu al-Māsālik karya Ibnu Hisyām. Kitab Auḍaḥu al-Māsālik adalah di antara kitab syarah terbaik alfiyyah Ibn Mālik selain syarah Ibnu ‘Aqīl.
Al-‘Imrīṭī, jika melihat zamannya yang dekat dari al-Ardabīlī yang bersikap sama dengan Ibnu Malik, nampaknya beliau menggunakan istilah nahwu untuk makna ilmu i’rāb saja.
Jika benar demikian berarti bait ke-9 beliau berikut ini bermakna: ilmu i’rab adalah ilmu yang berhak untuk dipelajari pertama kali untuk memahami bahasa Arab,
***
Kajian dasar/level 1 untuk bait ke-9 nazham al-‘Imrīṭī sudah terbit. Silakan dinikmati di KANAL MUNTAHA youtube. Atau link di sini.
23 Oktober 2023/ 8 Rabi’u al-Tsānī 1445 H pukul 18.26