Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Sebenarnya kāna (كَانَ) itu terjemahannya apa?
Jawabannya adalah tergantung konteks.
Kalau dia menjadi fi’il tām, terjemahannya ya “ada”. Misalnya seperti dalam kalimat “ittaqillāh ḥaiṡumā kunta”. Kata kunta cukup diterjemahkan “engkau berada”.
Kalau dia menjadi fi’il nāqiṣ, seringnya malah tidak diterjemahkan. Karena sulit mencari padanan kata yang pas dalam bahasa Indonesia. Sebab konsep dasar kāna nāqiṣah adalah ittiṣāfu ismihā bima’nā khabarihā. Jadi jika ada kalimat yang berbunyi,
Maka maknanya adalah mensifati Zaid bahwa dia berdiri.
Terkadang kāna bermakna ṣāra (صَارَ) yang diterjemahkan “menjadi” seperti dalam ayat “fakāna minal mugraqīn”.
Terkadang kāna juga menonjolkan makna istimrār/terus menerus. Jadi, terjemahannya yang lebih dekat adalah “sudah menjadi kebiasaan”. Yang seperti ini banyak dalam hadis. Misalnya,
Artinya,
“Kebiasaan Rasulullah ﷺ jika mandi janabat adalah mencuci tangan beliau.”
Termasuk ayat-ayat yang menjelaskan sifat Allah seperti,
***
Kajian dasar nazham al-‘Imrīṭī bait ke-10 alhamdulillah sudah terbit. Ada lagi penggunaan kata kāna yang bisa melatih kita untuk memahami lebih dalam fi’il unik ini. Silakan dinikmati di KANAL MUNTAHA. Atau link di sini.
27 Oktober 2023/ 12 Rabi’u al-Tsānī 1445 H pukul 20.24