Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Awas, waspadalah dengan para penipu yang mengaku-ngaku al-Mahdī atau me-Mahdī-Mahdī-kan tokoh tertentu tanpa ilmu.
Berikut ini saya ringkaskan ciri-ciri al-Mahdī berdasarkan hadis dan penjelasan ulama. Hanya resumenya saja biar tidak terlalu panjang. Siapapun yang perlu dalil untuk masing-masing poin, maka tanyakan di komentar atau PM saya.
Ciri-ciri al-Mahdī di antaranya,
LAKI-LAKI.
Artinya, cewek ngaku al-Mahdī jelas pendusta.
***
NAMANYA MUHAMMAD.
Nama asli. Nama sejak lahir. Bukan nama “hijrah” atau nama-nama yang dibuat mendadak.
Bedakan dengan kuniah (الكُنْيَةُ). Kalau Abū al-Qāsim itu tidak disebut nama, tapi kuniah karena diawali Abū. Al-Bukhārī, al-Gazzī, al-Amīn dan semisalnya itu juga tidak disebut nama, tapi disebut laqab (اللَّقَبُ). Rasulullah ﷺ itu namanya (الاسْمُ) Muhammad. Kuniahnya Abū al-Qāsim. Laqabnya al-Amīn. Ingat ya, al-Mahdī itu namanya Muhammad. Bukan kuniah atau laqab. Jadi Abū Ubaidah jelas bukan al-Mahdī.
***
NAMA AYAHNYA ABDULLAH.
Jadi, walaupun namanya Muhammad, tapi jika nama ayahnya bukan Abdullah, maka jelas bukan al-Mahdī.
***
KETURUNAN RASULULLAH ﷺ, YAKNI KETURUNAN FATIMAH.
Jadi, al-Mahdī pasti bersuku Quraisy. Harus dipastikan kepada ulama nasab bahwa darah beliau sah keturunan Rasulullah ﷺ. Ngaku al-Mahdī tapi orang Kalimantan, Jawa, Sumatra, Melayu, India dan semisalnya jelas pendusta.
Adapun apakah al-Mahdī keturunan Fatimah dari jalur al-Hasan ataukah al-Husain, maka riwayat dalam Sunan Abū Dāwūd menunjukkan bahwa al-Mahdī nanti dari jalur al-Hasan. Hanya saja riwayat tersebut diperselisihkan statusnya. Menurut pendapat al-Albāni statusnya daif. Ibnu Katsīr terkesan membenarkannya bahkan menegaskan nama dan nasabnya adalah Muhammad bin ‘Abdullah al-‘Alawī al-Fāṭimī al-Ḥasanī.
Adapun riwayat yang menyebut al-Mahdī keturunan al-Abbās, maka itu riwayat garīb.
Adapun riwayat yang menyebut al-Mahdī keturunan Abdul Muttalib, maka itu riwayat maudu’.
***
USIANYA MASIH MUDA.
Jadi tidak mungkin al-Mahdī muncul dalam bentuk kakek-kekek beruban. Dalam riwayat, saat muncul al-Mahdī disebut disebut gulām (الغلام). Makna bahasa gulām adalah anak kecil dengan usia antara masa penyapihan sampai 7 tahun.
Jika seperti ini makna bahasa gulām, berarti makna yang dimaksud pastilah bukan makna bahasa hakiki, karena mustahil al-Mahdī memimpin saat masih anak-anak. Kalau begitu, makna gulām di sana tentulah makna majasi.
Secara majasi, kata ibnu Asyur, gulām adalah pemuda antara 10-20 tahun.
Bisa juga dimaknai pemuda dengan usia yang biasanya kuat sekali gejolak menikah.
Bisa juga dimaknai pemuda selama belum beruban.
Bahkan bisa bermakna kahl (الكهل), yakni usia 40-50 tahun.
***
DAHINYA LEBAR
Artinya secara fisik, al-Mahdī itu berdahi lebar. Bukan sempit.
***
HIDUNGNYA MANCUNG.
Artinya, al-Mahdī itu berhidung mancung, bukan pesek. Ada riwayat dalam Sunan Abū Dāwūḍ bahwa al-Mahdī menyerupai Rasulullah ﷺ dalam hal akhlak, tapi tidak menyerupai Rasulullah ﷺ dalam hal bentuk fisik. Tapi riwayat ini didaifkan al-Albānī.
***
ALLAH MEMBUATNYA SALEH DALAM SEMALAM.
Artinya al-Mahdī itu sebelum muncul beliau biasa-biasa saja. Tidak ada yang tahu bahwa beliau adalah al-Mahdī.
Lalu Allah menjadikannya orang luar biasa dalam hal ilmu dan amal dalam semalam. Ini dalam istilah tasawuf semacam menjadi wali majżūb. Yakni, tiba-tiba dibuat saleh dan faqih luar biasa tanpa usaha dan ikhtiar.
Ada kesan al-Mahdī mencapai derajat mujtahid mutlaq dengan riwayat ini. Jika benar demikian, ini adalah rahmat Allah di akhir zaman, karena fitnah yang sangat dahsyat memang membutuhkan seseorang dengan kualifikasi mujtahid mutlak untuk membimbing umat agar tidak tersesat. Abdullāh al-Syanqīṭī dalam Marāqī al-Su‘ūd menegaskan bahwa al-Mahdī memang mujtahid.
***
MUNCULNYA DI AKHIR ZAMAN.
Artinya sebelum dekat dengan tanda-tanda kiamat besar, maka tidak akan muncul al-Mahdī. Hadisnya munculnya al-Mahdī adalah mutawatir dan beliau bukan Nabi Isa. Adapun riwayat bahwa tidak ada al-Mahdī kecuali Nabi Isa maka itu daif. Dengan asumsi diterima sekalipun maksudnya adalah jika Nabi Isa sudah turun, maka hamba Allah yang derajatnya dari sisi mendapatkan petunjuk paling tinggi di zaman itu adalah Nabi Isa.
***
AL-MAHDĪ AKAN MUNCUL SEBELUM NABI ISA TURUN
Bahkan Al-Mahdī dimungkinkan muncul sebelum Dajjal kata al-‘Aẓīm al-Ābādī.
Jadi urutannya di antara 3 kemungkinan,
- Al-Mahdī, lalu Dajjal, lalu nabi Isa
- Dajjal, Lalu al-Mahdī lalu nabi Isa
- Dajjal, lalu al-Mahdī berbarengan atau hampir berbarengan dengan Nabi Isa
***
ADA RIWAYAT BAHWA SEBELUM AL-MAHDĪ MUNCUL, AKAN ADA PERISTIWA 3 PUTRA KHALIFAH YANG REBUTAN KANZUN/HARTA SIMPANAN BERHARGA DI KAKBAH.
Hanya saja tanda ini jangan dipastikan karena statusnya diperselisihkan.
***
MUNCULNYA DARI ARAH TIMUR MADINAH.
Awas, Dajjal juga muncul dari arah timur Madinah. Ini bisa saja membuat Dajjal mengaku Mahdī dan menimbulkan kesamaran.
Bedanya jelas: Dajjal itu nasabnya Yahudi, tapi al-Mahdī nasabnya ke Rasulullah ﷺ.
Awas juga, Syiah Rāfidah punya keyakinan al-Mahdī. Bedanya dengan ahlussunnah: nama al-Mahdī menurut Syiah adalah Muhammad bin al-Hasan al-Askari yang diyakini masuk sirdāb di usia 5 tahun, sementara al-Mahdī di kalangan ahlussunnah namanya Muhammad bin ‘Abdullah. Syiah juga meyakini al-Mahdī nanti akan keluar dari Samarra, Irak.
Sebagian ulama ada yang berpendapat al-Mahdī akan keluar dari Mekah.
Ada riwayat Abū Dāwūd bahwa al-Mahdī itu penduduk Madinah, tapi riwayatnya didaifkan al-Albānī.
***
DI BAIAT DI DEKAT KAKBAH.
Artinya, al-Mahdī akan muncul dari arah timur Madinah dulu, lalu dibaiat di dekat Kakbah.
Adapun riwayat yang menyebut detail lokasi baiat yakni di antara Hajar Aswad dan maqam Ibrahim, maka statusnya diperselisihkan.
Termasuk statusnya diperselisihkan adalah riwayat yang menyebut bahwa di awal kemunculannya akan ada pasukan dari Syam yang memeranginya lalu ditenggelamkan Allah di antara Mekah dan Madinah, lalu peristiwa itu dipandang menjadi semacam jadi karamah yang membuat didukung orang-orang saleh Syam dan Irak, lalu mereka membaiat al-Mahdī di antara Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim.
Termasuk statusnya diperselisihkan adalah riwayat bahwa al-Mahdī akan diperangi al-Kalb lalu menang.
Termasuk statusnya diperselisihkan adalah riwayat Al-Mahdī didukung al-Ḥārits dan Manṣur.
Termasuk statusnya diperselisihkan adalah riwayat al-Mahdī didukung kekuatan dari timur Madinah.
Adapun riwayat bahwa al-Mahdī akan didukung kekuatan dari timur membawa bendera hitam dan kita diperintahkan membaiat walaupun merangkak di atas salju adalah daif munkar bahkan mirip maudu’.
Riwayat pendukung al-Mahdī dari Khuraṣan yang membawa bendera hitam juga daif menurut al-Albānī.
***
MEMILIKI KEKUASAAN RIIL.
Artinya ditaati, punya militer, punya kekuatan, punya massa. Jadi, jika orang yang ngaku al-Mahdī, padahal tidak punya kekuasaan, Cuma punya majelis pengajian, atau organisasi masyarakat maka pasti dia pendusta.
***
MENGUASAI ORANG ARAB.
Artinya, jika ada orang mengaku al-Mahdī dan punya kekuasaan tapi bukan orang Arab, berarti dia pendusta. Definisi orang Arab menurut penjelasan ulama nasab adalah keturunan ‘Adnān dan Qaḥṭān.
Sebagian ulama ada yang berpendapat lebih luas yakni keturunan Nabi Ismail. Pendapat ini secara konseptual benar, tapi masalahnya nasab antara ‘Adnān ke Nabi Ismail itu tidak jelas, karena itu tidak bisa dijadikan tumpuan.
Jadi, jika ada orang Indonesia ngaku al-Mahdī, maka jelas dia pendusta. Termasuk ngaku al-Mahdī tapi pendukungnya orang India. Ini juga tidak sesuai dalil. Ibnu Khaldūn meringkas penjelasan ulama tentang al-Mahdī bahwa al-Mahdī akan menguasai kerajaan-kerajaan Islam.
***
PEMERINTAHANNYA BERBENTUK APA ADALAH PERKARA GAIB
Karena dalam riwayat Muslim hanya disebut amir. Jadi bukan menjadi keharusan al-Mahdī mengumumkan khilafah di awal munculnya.
Abū Dāwūḍ dalam sunannya membuat bab khusus tentang al-Mahdī dan mengawali dengan hadis tentang 12 khalifah yang menyatukan umat Islam, sehingga memberi kesan bahwa al-Mahdī adalah khalifah ke-12 yang dijanjikan Rasulullah ﷺ. Tapi riwayat ini memberi kesan setelah al-Mahdī wafat maka dunia kacau kembali (tsumma yakūnu al-haraj).
Ibnu Katsir menduga al-Mahdī adalah khalifah yang dinubuatkan Rasulullah ﷺ di akhir zaman akan bagi-bagi harta. Ibnu Katsīr menyebut beliau sebagai salah satu khulafa’ rasyidin.
Andaikatapun al-Mahdī mengumumkan khilafah, maka tidak masalah karena memenuhi syarat khalifah yang harus mujtahid mutlak.
***
BERTEMU NABI ISA DAN AKAN MENGIMAMI NABI ISA DALAM SALAT
***
AKAN BERJIHAD DAN MEMIMPIN JIHAD
Al-Mahdī akan berjihad sampai memerangi Dajjal bersama Nabi Isa dan menang.
Lafaznya adalah ẓāhirīn, bukan gālibīn. Ini memberi kesan bahwa dalam jihad beliau bisa jadi tidak selalu menang secara materi, tapi opini kebenaran mereka akan tetap mendominasi, menang dan unggul.
Al-Mahdī akan membuat Islam jadi jaya dan unggul. Jadi kalau pengaruhnya hanya di jamaah pengajiannya saja, maka tidak usah nggaya ngaku al-Mahdī.
***
MENJADI PEMIMPIN YANG ADIL SETELAH PEMERINTAHANNYA SEBELUMNYA RUSAK DAN PENUH KEZALIMAN
***
DI ZAMANNYA UMAT ISLAM JAYA, SEJAHTERA, AIR MELIMPAH, TANAMAN MELIMPAH, TERNAK MELIMPAH, HARTA MELIMPAH
***
MEMERINTAH SELAMA 5 ATAU 7 TAHUN ATAU 8 TAHUN ATAU 9 SAJA.
Kebanyakan ulama menyebut 7 tahun.
Adapun riwayat yang menyebut setelah itu yang berkuasa al-qaḥṭānī maka itu daif.
PENUTUP
Patut dicatat, tidak boleh memastikan fulan al-Mahdī kecuali sudah terwujud semua ciri-ciri yang disebutkan Nabi ﷺ, terutama sekali memerangi Dajjal bersama Nabi Isa, lalu menang lalu memerintah kaum muslimin dengan penuh keadilan dan merealisasikan kesejahteraan.
Wallahua‘lam.
16 November 2023/ Jumādā al-Ūlā 1445 H pukul 10.47