Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Orang yang lemah kemampuan berenangnya, jika di sekitarnya ada yang tidak bisa berenang, maka sebaiknya tidak usah memproklamasikan diri sebagai penyelamat.
Nanti jika betulan banyak yang datang lalu bergelantungan padanya, semua bisa mati tenggelam.
Orang yang lemah kemampuan berenangnya sebaiknya fokus menyelamatkan dirinya saja. Tidak diwajibkan menyelamatkan orang lain.
Adapun orang yang sangat kuat dan tahu persis kemampuan dirinya, bahkan punya kapal besar maka wajib baginya untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa dirinya bisa menyelamatkan. Dengan begitu akan banyak nyawa yang terselamatkan.
***
Begitulah perumpamaan ulama dan dai terkait popularitas.
Jika lemah, maka jangan berambisi populer karena justru akan membinasakan akhiratnya.
Tapi, jika Allah yang membuat populer tanpa ada takalluf (memaksa-maksa diri) darinya, maka itu bermakna Allah memberinya kekuatan dan memang akan ditolong. Dalam kondisi seperti ini terimalah takdirnya dan jangan malah menghilang dari umat.
Ulama-ulama besar seperti para Khulafā’ Rāsyidīn, Ibnu Umar, Ibnu Abbas, Asisyah, Abū Ḥanīfah, Mālik, al-Syāfi‘ī, Ahmad, al-Gazzālī, al-Nawawi, Ibnu Ḥajar al-‘Asqalānī dan semisalnya telah dibuat populer oleh Allah karena mereka kuat dan memang layak menjadi teladan umat.
Tetapi ada juga ulama kekasih Allah yang dibuat tersembunyi dan sendiri karena memang kasih sayang Allah berkehendak membuat beliau diselamatkan dari fitnah popularitas yang sangat berat.
Al-Gazzālī berkata,
Artinya,
“Memang benar,(popularitas itu) di dalamnya terkandung fitnah/ujian bagi orang-orang lemah, Tapi tidak bagi orang yang kuat. Orang-orang lemah itu seperti orang tenggelam yang lemah ketika bersama dengan orang-orang yang juga tenggelam. Yang lebih utama baginya adalah tidak perlu ada seorang pun yang mengenalnya di antara mereka. Karena mereka bisa bergelantungan padanya, lalu menjadi lemah sehingga dia ikut binasa bersama mereka. Adapun orang yang kuat, maka yang lebih utama orang-orang yang tenggelam itu hendaknya mengenalnya sehingga bisa bergelantungan kepadanya sehingga bisa menyelamatkan mereka sehingga dengan demikian dia mendapatkan ganjaran atas amal tersebut.” (Iḥyā’ ‘Ulūmiddīn, juz 3 hlm 278)
1 Februari 2024/ 20 Rajab 1445 H pukul 14.09