Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Umrah, apalagi haji adalah jenis tirakat jiwa yang luar biasa.
Asal serius menghayati saja.
Pertama-tama orang sudah dilatih untuk berkorban harta. Seakan-akan Allah mengajari,
“Jika kamu tidak merasa sayang untuk mengeluarkan hartamu pergi ke tempat-tempat rekreasi, apakah sekarang kamu bisa menggunakan hartamu untuk memenuhi panggilanKu ke tanah suci?”
Setelah itu, Allah akan menguji kita dengan pengorbanan tenaga. Perjuangan keletihan selama safar, pindah dari satu bandara ke bandara yang lain, pindah dari satu stasiun ke stasiun yang lain, berganti-ganti kendaraan transportasi, jalan kaki dari hotel ke Masjidilharam, antri toilet, antri mandi, antri mencuci, dan lain-lain.
Terkadang juga diuji dengan lapar dan haus. Terutama jika tidak terbiasa dengan makanan orang asing dan tidak menemukan makanan asli Indonesia.
Lalu ujian begadang. Sebab tentu rugi jika ke tanah suci lalu menghabiskan waktu untuk tidur. Perjuangan untuk salat lima waktu agar mendapatkan tempat di Masjidilharam saja terkadang sudah harus standby sejam dua jam sebelumnya. Jelas seperti ini akan mengurangi waktu tidur.
Belum lagi potensi binasa karena keletihan, dehidrasi, sakit tak terurus dengan baik, bertemu orang jahat dan lain-lain. Bahkan sejak naik pesawatpun potensi kecelakaan dan tewas sudah ada!
Termasuk juga harus menahan keperihan berpisah dengan saudara, kekasih, teman, handai tolan dan lain-lain.
Jadi umrah, apalagi haji memang ujian komplit terkait tirakat dan perjuangan melatih jiwa di jalan Allah. al-Ṭībī berkata,
Artinya,
“Berhaji itu menghimpun berbagai macam riyadah/tirakat seperti membelanjakan harta, perjuangan melawan hawa nafsu dengan menahan lapar, haus, begadang, menempuh jalan berbahaya, terjun ke tempat-tempat beresiko, meninggalkan tanah air, jauh dari saudara dan kekasih…” (Syarḥ al-Misykāt, juz 6 hlm 1945)
Sayang, tidak banyak orang yang menjadikan umrah atau haji sebagai sarana tirakat.
Agar pulang dari tanah suci terjadi perubahan besar-besaran dalam hidupnya.
“Ya Allah, berilah kami kemampuan untuk mengunjungi Rumah Suci-Mu untuk haji dan umrah.”
Minggu, 28 April 2024 / 19 Syawal 1445 H Pukul 18.35