Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Al-Mu-arrij pernah bertanya kepada al-Akhfasy mengapa huruf yā’ pada ayat Surah al-Fajr (yakni ayat “wal laili idza yasr“) itu dibuang, maka al-Akhfasy menjawab,
“Saya tidak mau menjawab pertanyaanmu sebelum engkau menginap di depan pintu rumahku selama setahun!”
Ternyata al-Mu’arrij benar-benar melakukannya!
Barulah setelah itu al-Akhfasy memberikan ilmunya!
Al-Qurṭubī menulis,
Artinya,
“Al-Mu-arrij berkata, ‘Saya bertanya kepada al-Akhfasy tentang penyebab pembuangan ya’ dari kata yasr (dalam surah al-fajr). Maka beliau menjawab, ‘Saya tidak mau menjawabmu hingga kamu menginap di depan pintu rumahku selama 1 tahun’. Maka aku pun menginap di depan pintu rumah beliau selama setahun. Setelah itu beliau berkenan menjelaskan, ‘Malam itu tidak berjalan di waktu malam, tetapi oranglah berjalan di waktu malam. Jadi dia itu termasuk menshorif. Setiap engkau men-tastrif sesuatu dengan tipe kata demikian, maka engkau mengurangi i’rab-nya. Tidakkah engkau melihat dalam firman Allah ta’ala ‘Wakanat ummmuki bagiyyā” dan tidak berfirman bagiyyatan, sebab Allah memalingkannya dari kata bāgiyatan.” (Tafsir al-Qurṭubī, juz 43 hlm 20)
***
Seperti ini kesungguhan dan pengorbanan orang zaman dulu untuk mencari ilmu.
Lalu bagaimana dengan kita?
Sungguh, termasuk menyia-nyiakan nikmat yang sangat besar jika seorang hamba dibuat dekat dengan sumber ilmu, lalu dia ogah-ogahan menimba ilmu darinya.
13 Juli 2024 / 6 Muharram 1446 pada 08.59