Spread the love

Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya

Hukum asalnya, jika sudah melakukan salat wajib lalu ingin melakukan salat sunah, maka yang terbaik adalah melakukan salat sunah di rumah. Hikmahnya adalah lebih jauh dari riya’. Juga lebih banyak memberi berkah rumah dan penghuninya.

Jika ingin melakukannya di masjid, maka disunahkan untuk berpindah tempat. dasarnya adalah riwayat-riwayat berikut ini,

«أَنْ ‌لَا ‌تُوصَلَ ‌صَلَاةٌ ‌بِصَلَاةٍ ‌حَتَّى نَتَكَلَّمَ أَوْ نَخْرُجَ». «صحيح مسلم» (3/ 17 ط التركية)

Artinya,
“Janganlah satu salat disambung dengan salat yang lain hingga kita berbicara atau keluar.” (H.R. Muslim)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ – قَالَ: عَنْ عَبْدِ الْوَارِثِ – أَنْ ‌يَتَقَدَّمَ، ‌أَوْ ‌يَتَأَخَّرَ، ‌أَوْ ‌عَنْ ‌يَمِينِهِ، أَوْ عَنْ شِمَالِهِ ” – زَادَ فِي حَدِيثِ حَمَّادٍ: «فِي الصَّلَاةِ»، يَعْنِي فِي السُّبْحَةِ. «سنن أبي داود» (1/ 264 ت محيي الدين عبد الحميد)

Artinya,
“Dari Abu Hurairah dia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Apakah salah seorang dari kalian tidak mampu -Musaddad berkata dari Abdul Warits- hendak maju atau mundur, ke kanan atau ke kiri -dalam haditsnya Hammad di tambahkan- dalam shalat yaitu shalat sunnah.” (H.R. Abū Dāwūd)

Al-Nawawi berkata,

«وَيُسْتَحَبُّ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَتَنَفَّلَ عَقِبَ الْفَرِيضَةِ، أَنْ يَنْتَقِلَ إِلَى بَيْتِهِ، فَإِنْ لَمْ يَكُنْ، فَإِلَى مَوْضِعٍ آخَرَ». «روضة الطالبين وعمدة المفتين» (1/ 268-269)

Artinya,
“Jika ingin salat sunah setelah selesai salat wajib, maka disunahkan melakukan salat sunah di rumahnya. Jika tidak, maka ke tempat lain.” (Rauḍatu al-Ṭālibīn, juz1 hlm 268-269)

Tujuan berpindah tempat adalah memperbanyak saksi untuk hari penghisaban kelak. Al-Khaṭīb al-Syirbīnī berkata,

«(وَ) يُسَنُّ (أَنْ يَنْتَقِلَ لِلنَّفْلِ) أَوْ الْفَرْضِ (مِنْ مَوْضِعِ فَرْضِهِ) أَوْ نَفْلِهِ لِتَكْثُرَ مَوَاضِعُ السُّجُودِ فَإِنَّهَا تَشْهَدُ لَهُ». «مغني المحتاج إلى معرفة معاني ألفاظ المنهاج» (1/ 394)

Artinya,
“Disunahkan untuk berpindah tempat dari tempatnya melakukan salat wajib atau salat sunah, untuk melakukan salat wajib maupun sunah dengan tujuan tempat sujudnya menjadi banyak. Sebab tempat-tempat sujud tersebut akan menjadi saksi baginya di hari penghisaban.“ (Mugnī al-Muḥtāj, juz 1 hlm 394)

Jika tidak berpindah, maka pisahlah dulu dengan berbicara dengan orang lain. Al-Ramlī berkata,

«(وَ) يُسَنُّ (أَنْ يَنْتَقِلَ لِلنَّفْلِ) أَوْ الْفَرْضِ (مِنْ مَوْضِعِ فَرْضِهِ) أَوْ نَفْلِهِ إلَى غَيْرِهِ تَكْثِيرًا لِمَوَاضِعِ السُّجُودِ «فَإِنَّهَا تَشْهَدُ لَهُ، وَلِمَا فِيهِ مِنْ إحْيَاءِ الْبِقَاعِ بِالْعِبَادَةِ، فَإِنْ لَمْ يَنْتَقِلْ إلَى مَوْضِعٍ آخَرَ فَصَلَ بِكَلَامِ إنْسَانٍ». «نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج» (1/ 551-552)

Artinya,
“Disunahkan untuk berpindah tempat dari tempatnya melakukan salat wajib atau salat sunah menuju tempat lainnya, untuk melakukan salat wajib maupun sunah dengan maksud memperbanyak tempat sujudnya. Sebab tempat-tempat sujud tersebut akan menjadi saksi baginya-di hari penghisaban. Juga untuk menghidupkan bagian bumi dengan ibadah. Jika tidak berpindah ke tempat lain, maka pisahlah dengan berbicara dengan orang lain.“ (Nihāyatu al-Muḥtāj, juz 1 hlm 551-552)

30 Juli 2024 / 23 Muharram 1446 pada 15.53