Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Perhatikan potongan bait nazham al-‘Imrīṭī berikut ini,
Lafaz ‘ujmi pada bait di atas posisi sintaksisnya apa?
Tentu saja ia berposisi sebagai ma’ṭūf (المعطوف) karena ia disambung salah satu harf ‘athaf yang dalam hal ini adalah harf wawu.
I’rab kata yang berposisi sebagai ma’ṭūf sudah umum diketahui harus mengikuti ma’ṭūf ‘alaih-nya.
Dalam hal ini, ma’ṭūf ‘alaih adalah lafaz ‘urbi (عُرْبِ). Mengingat kata ‘urbi i’rabnya adalah jarr (الْجَرُّ) maka kata ‘ujmi mengikutinya sehingga harakat huruf terakhir yang dimilikinya harus dikasrah.
Akan tetapi, jika pertanyaannya di lanjutkan,
“Kata apa yang menyebabkan i’rab jarr pada lafaz ‘ujmi?”
Kemudian kita lekas menjawab: kata urbi, maka itu salah.
Sebab, jawaban yang benar adalah kata fī (في)!
Hal itu dikarenakan ‘āmil pada ma’ṭuf adalah ‘āmil yang bekerja pada ma‘tūf ‘alaih.
Begitu kaidahnya.
Karena ‘āmil yang bekerja pada urbi adalah fī, berarti kata yang mempengaruhi ujmi juga sama yaitu kata fī.
***
Demikian contoh pembahasan i’rab pada bait ke 11. Silakan dinikmati versi lengkapnya di KANAL MUNTAHA. Atau lewat link di sini.
4 November 2023/ 20 Rabi’u al-Tsānī 1445 H pukul 09.14