Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Dalam cinta pun ada riya’.
Baik sebelum menikah maupun sesudah menikah.
Contoh riya sebelum menikah: Menampakkan kata-kata hikmah, atau nasihat baik, atau ilmu tapi Allah tahu targetnya adalah untuk mendapatkan cinta seseorang atau menarik perhatian seseorang agar mau menikahinya.
Riya’ setelah menikah adalah saat istri berbuat sesuatu kepada suami agar semakin dicintai, dikenang, dan diingat jasa baiknya. Lalu suatu hari meminta balas jasa atau apresiasi atau penghargaan atas apa yang diperbuat selama ini. Ujian dalam rumah tangga mereka suatu hari akan menyingkap apa yang selama ini disembunyikan dalam hati.
Atau suami bekerja, membanting tulang, berkorban, membelikan ini-itu, dll sementara Allah tahu bahwa niatnya adalah dikenang sebagai suami yang baik, ayah yang baik, kepala keluarga yang mengharukan dan semisalnya.
Adapun ikhlas, maka beliau melakukan semua jenis kebaikan pada contoh-contoh di atas semata-mata mengejar rida Allah. Tidak peduli dapat cinta ataukah tidak. Tidak peduli dihargai, diingat atau dikenang oleh makhluk.
Hamba Allah yang ikhlas memandang cinta sebagai nikmat duniawi tambahan dari Allah yang dia waspada untuk selalu mensyukurinya. Tapi tidak pernah menjadikannya sebagai target jazā’/balasan dari amal saleh yang selama ini dilakukannya.
Al-Gazzālī berkata,
Artinya,
“Terkadang ada sebagian orang yang menampakkan pakaian sufi, perilaku khusuk dan ucapan hikmah dalam bentuk nasihat dan mengingatkan. Padahal tujuannya hanyalah agar dapat cinta seorang wanita!” (Iḥyā’ ‘Ulūmiddīn, juz 3 hlm 304)
26 Desember 2023/ 13 Jumādā al-Tsāniyah 1445 H pukul 09.40