Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin) – Dosen Universitas Brawijaya
Hakikat riyā’ itu intinya memburu kedudukan di hati manusia.
Al-Khawārizmī berkata,
Artinya,
“Hakikat riya’ adalah memburu kedudukan pada hati makhluk.” (Mufīd al-‘Ulūm hlm 240)
***
Karena itu, orang riyā’ itu sangat galau jika citranya rusak di hadapan manusia. Sebab dia sangat ingin dipuji, dikagumi, dielu-elukan, diapresiasi dan dihargai makhluk.
Jika ada yang merusak citranya, maka dia sangat bernafsu untuk menyerang perusak citranya dengan membongkar aib-aibnya. Biasanya, yang diserang menjadi tidak terima lalu akhirnya membalas membongkar aibnya lebih banyak lagi.
Maka sungguh benar sabda Rasulullah ﷺ yang mengajarkan bahwa orang riyā’ itu akan dibongkar aibnya oleh Allah. Sebab ayat di alam nyata yang kita saksikan memang seperti ini cara kerjanya.
***
Oleh karena itu, hamba-hamba saleh itu tidak pernah mempedulikan hal-hal receh semacam ini.
Fokus perhatiannya adalah memburu “citra yang baik” di sisi Allah.
Jadi, jadi bukan citra di depan manusia yang ia galaukan, tapi bagaimana kedudukannya di sisi Allah yang ia risaukan.
***
Lihatlah Maryam yang difitnah sebagai wanita pezina. Sikap beliau yang diceritakan dalam Al-Qur’an adalah diam.
Diam sampai Allah menjelaskan sendiri kebenarannya.
Lihat juga kisah wanita dalam hadis yang dituduh berzina dan mencuri. Beliau tidak risau dengan tuduhan itu, dan lisannya hanya cukup berzikir “hasbunallāh wani’mal wakīl”. Cukup Allah saja yang tahu hakikat diriku. Tidak penting citraku di hadapan manusia.
Lihat juga akhlak Nabi ﷺ kita tercinta saat dituduh dengan gila, tukang sihir, dukun dan lain-lain. Beliau tidak pernah membalas, beliau hanya merespon dengan berpaling dan memilih untuk mengucapkan kata-kata baik. Kemudian Allah sendirilah yang membela beliau dalam banyak ayat.
Ikhlas itu memang tidak mudah.
Selasa, 30 April 2024 / 21 Syawal 1445 H Pukul 21.13