Pertanyaan
Assalamu’alaikum ustad..
Saya mau bertanya bagaimana lafadz iqamah yang benar? Apakah ALLOHU AKBAR nya diucapkan 2 x atau 1 x? Karena di masjid di tempat saya iqamahnya begini “ALLOHU AKBAR, ASYHADUALAILAHAILALLOH, dan seterusnya, lalu ALLOHU AKBAR, LAAILAAHAILALLOH. Mohon jawabannya ustad. Wassalam
Ibu Heni, Bandung
Jawaban oleh Ust. Muafa
Wa’alaikumussalam Warohmatullah Wabarokatuh.
Lafaz iqamah terdiri dari sebelas kalimat. Oleh karena itu, takbir diucapkan dua kali di awal iqamah dan dua kali sebelum kalimat terakhir. Selengkapnya, lafaz iqamah adalah sebagai berikut:
أشهد أن لا إله إلا الله ،
أشهد أن محمداً رسول الله،
حيَّ على الصلاة،
حيَّ على الفلاح،
قد قامت الصلاة، قد قامت الصلاة
الله أكبر، الله أكبر،
لا إله إلا الله
Dalil yang menjadi dasar ketentuan ini adalah hadis berikut ini;
عَنْ أَنَسٍ قَالَ أُمِرَ بِلَالٌ أَنْ يَشْفَعَ الْأَذَانَ وَأَنْ يُوتِرَ الْإِقَامَةَ إِلَّا الْإِقَامَةَ
dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Bilal Radhiyallahu ‘anhu diperintahkan untuk mengumandangkan kalimat azan dengan genap (dua-dua) dan mengganjilkan (membaca satu-satu) iqamat, kecuali kalimat iqamat ‘Qad qaamatish shalah (shalat telah dikumandangkan) ‘.”
Dalam hadis di atas, azan diucapkan secara syaf’un (genap/dua-dua) sementara iqamah diucapkan secara witr (ganjil/satu-satu). Oleh karena takbir pada lafaz azan diucapkan empat kali, maka hal ini bermakna kondisi witr, yakni dalam kondisi iqamah adalah mengucapkannya sebanyak dua kali.
Lebih dari itu, ada riwayat lugas yang mengajarkan bahwa lafaz iqamah terdiri dari sebelas kalimat sebagaimana yang kami tuliskan. Ahmad meriwayatkan;
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ زَيْدِ بْنِ عَبْدِ رَبِّهِ قَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ زَيْدٍ قَالَ لَمَّا أَمَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالنَّاقُوسِ لِيُضْرَبَ بِهِ لِلنَّاسِ فِي الْجَمْعِ لِلصَّلَاةِ طَافَ بِي وَأَنَا نَائِمٌ رَجُلٌ يَحْمِلُ نَاقُوسًا فِي يَدِهِ فَقُلْتُ لَهُ يَا عَبْدَ اللَّهِ أَتَبِيعُ النَّاقُوسَ قَالَ مَا تَصْنَعُ بِهِ قَالَ فَقُلْتُ نَدْعُو بِهِ إِلَى الصَّلَاةِ قَالَ أَفَلَا أَدُلُّكَ عَلَى مَا هُوَ خَيْرٌ مِنْ ذَلِكَ قَالَ فَقُلْتُ لَهُ بَلَى قَالَ تَقُولُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَأْخَرَ غَيْرَ بَعِيدٍ ثُمَّ قَالَ تَقُولُ إِذَا أُقِيمَتْ الصَّلَاةُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ قَدْ قَامَتْ الصَّلَاةُ قَدْ قَامَتْ الصَّلَاةُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَلَمَّا أَصْبَحْتُ أَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْتُهُ بِمَا رَأَيْتُ فَقَالَ إِنَّهَا لَرُؤْيَا حَقٌّ إِنْ شَاءَ اللَّهُ فَقُمْ مَعَ بِلَالٍ فَأَلْقِ عَلَيْهِ مَا رَأَيْتَ فَلْيُؤَذِّنْ بِهِ فَإِنَّهُ أَنْدَى صَوْتًا مِنْكَ قَالَ فَقُمْتُ مَعَ بِلَالٍ فَجَعَلْتُ أُلْقِيهِ عَلَيْهِ وَيُؤَذِّنُ بِهِ قَالَ فَسَمِعَ بِذَلِكَ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ وَهُوَ فِي بَيْتِهِ فَخَرَجَ يَجُرُّ رِدَاءَهُ يَقُولُ وَالَّذِي بَعَثَكَ بِالْحَقِّ لَقَدْ رَأَيْتُ مِثْلَ الَّذِي أُرِيَ قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلِلَّهِ الْحَمْدُ
Artinya:
dari Muhammad bin Ishaq berkata; telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Ibrahim bin Al Harits At-Taimi dari Muhammad bin Abdullah bin Zaid bin Abdu Rabbihi berkata; telah menceritakan kepadaku Abdullah bin Zaid berkata; Tatkala Rasulullah ﷺ menyuruh lonceng dipukul untuk mengumpulkan orang shalat, ada seorang yang mengelilingiku pada malam hari pada waktu saya tertidur, yaitu seorang yang membawa lonceng di tangannya. Saya bertanya kepadanya, Wahai Abdullah, apakah kamu menjual lonceng? Dia berkata; untuk apa kau pergunakan? Saya menjawab, kami pergunakan untuk memanggil shalat. Dia berkata; maukah saya tunjukkan sesuatu yang lebih baik daripada itu?. (Abdullah bin Zaid bin Abdu Rabbihi Radliyallahu’anhu) berkata; saya menjawab, Ya. Dia berkata; bacalah: ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR, ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAH, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAH, ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH, ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH, HAYYA ‘ALAS SHALAAH, HAYYA ‘ALAS SHOLAAH, HAYYA ‘ALAL FALAAH HAYYA ‘ALAL FALAAH, ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR, LAA ILAAHA ILLA ALLAH. lalu dia berhenti sejenak, lalu dia berkata; dan jika kamu hendak mendirikan shalat (iqamah* bacalah: *ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR*, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLA ALLAH, ASYHADU ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH, HAYYA ‘ALAS SHALAAH, HAYYA ‘ALAL FALAAH QAD QAMATIS SHALAH, QAD QAMATIS SHALAH ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR, LAA ILAAHA ILLA ALLAH. Tatkala pagi hari, saya menemui Rasulullah ﷺ, saya mengabarkan beliau dengan apa yang saya lihat dalam mimpi. Lalu (Rasulullah ﷺ) bersabda: ” Itu adalah mimpi yang haq, insya Allah. Berdirilah bersama Bilal, lalu ajarkanlah apa yang kau lihat dalam mimpi agar dia beradzan dengannya karena dia lebih merdu suaranya dibanding dirimu.” Maka akupun berdiri bersama bilal, lalu aku ajarkan kepadanya dan dia pergunakan untuk mengumandangkan adzan. (Abdullah bin Zaid Radhiyallahu ‘anhu) berkata; lalu ‘Umar bin Al Khattab mendengarnya, pada saat dia sedang berada di rumahnya, lalu beliau keluar dan menyeret selendangnya dan berkata; demi yang mengutus engkau dengan Al Haq, sungguh saya telah bermimpi sebagaimana yang dia impikan. (Abdullah bin Zaid) berkata; lalu Rasulullah ﷺ bersabda: “Alhamdulillah.”
Lafaz iqamah terdiri dari sebelas kalimat adalah pendapat Asy-Syafi’I, Ahmad, Al-Auza’I, Ishaq, Abu Tsaur, dan Dawud.
Sebagian kaum muslimin berpendapat lafaz iqamah terdiri dari sepuluh kalimat dengan mengucapkan lafaz qod qomatis sholah sebanyak satu kali. Lafaz lengkapnya sebagaimana di bawah ini;
أشهد أن لا إله إلا الله،
أشهد أن محمداً رسول الله،
حيَّ على الصلاة،
حيَّ على الفلاح،
قد قامت الصلاة،
الله أكبر، الله أكبر،
لا إله إلا الله
Dasar dari pendapat ini adalah hadis yang memerintahkan untuk mewitirkan iqamah sebagaimana tersebut dalam hadis berikut ini:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ أُمِرَ بِلَالٌ أَنْ يَشْفَعَ الْأَذَانَ وَأَنْ يُوتِرَ الْإِقَامَةَ
dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Bilal Radhiyallahu ‘anhu diperintahkan untuk mengumandangkan kalimat adzan dengan genap (dua-dua) dan mengganjilkan (membaca satu-satu) iqamat
Oleh karena witir bermakna ganjil, maka lafaz qod qomatis sholah dibaca satu kali untuk melaksanakan perintah tersebut.
Sebagian kaum muslimin yang lain berpendapat bahwa lafaz iqamah sama persis dengan lafaz azan, hanya saja diberi tambahan lafaz qod qomatis sholah yang dibaca sebanyak dua kali setelah kalimat hayya ‘alas sholah. Dalam pendapat ini, lafaz iqamah akhirnya terdiri dari 17 (tujuh belas) kalimat. Lafaz lengkapnya adalah sebagai berikut:
أشهد أن لا إله إلا الله، أشهد أن لا إله إلا الله،
أشهد أن محمداً رسول الله، أشهد أن محمداً رسول الله
حيَّ على الصلاة، حيَّ على الصلاة،
حيَّ على الفلاح، حيَّ على الفلاح،
قد قامت الصلاة، قد قامت الصلاة،
الله أكبر، الله أكبر،
لا إله إلا الله
Dalil yang menjadi dasar pendapat ini adalah hadis berikut ini;
عَنْ ابْنِ أَبِي لَيْلَى عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ قَالَ أُحِيلَتْ الصَّلَاةُ ثَلَاثَةَ أَحْوَالٍ وَأُحِيلَ الصِّيَامُ ثَلَاثَةَ أَحْوَالٍ وَسَاقَ نَصْرٌ الْحَدِيثَ بِطُولِهِ وَاقْتَصَّ ابْنُ الْمُثَنَّى مِنْهُ قِصَّةَ صَلَاتِهِمْ نَحْوَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ قَطْ قَالَ الْحَالُ الثَّالِثُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَدِمَ الْمَدِينَةَ فَصَلَّى يَعْنِي نَحْوَ بَيْتِ الْمَقْدِسِ ثَلَاثَةَ عَشَرَ شَهْرًا فَأَنْزَلَ اللَّهُ تَعَالَى هَذِهِ الْآيَةَ { قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ } فَوَجَّهَهُ اللَّهُ تَعَالَى إِلَى الْكَعْبَةِ وَتَمَّ حَدِيثُهُ وَسَمَّى نَصْرٌ صَاحِبَ الرُّؤْيَا قَالَ فَجَاءَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ زَيْدٍ رَجُلٌ مِنْ الْأَنْصَارِ وَقَالَ فِيهِ فَاسْتَقْبَلَ الْقِبْلَةَ قَالَ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ مَرَّتَيْنِ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ مَرَّتَيْنِ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ ثُمَّ أَمْهَلَ هُنَيَّةً ثُمَّ قَامَ فَقَالَ مِثْلَهَا إِلَّا أَنَّهُ قَالَ زَادَ بَعْدَ مَا قَالَ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ قَدْ قَامَتْ الصَّلَاةُ قَدْ قَامَتْ الصَّلَاةُ قَالَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَقِّنْهَا بِلَالًا فَأَذَّنَ بِهَا بِلَالٌ
dari Ibnu Abi Laila dari Mu’adz bin Jabal dia berkata; Pelaksanaan shalat telah mengalami perubahan tiga kali, dan demikian pula pelaksanaan puasa, kemudian Nashr melanjutkan Hadits ini secara panjang lebar. Sedangkan Ibnu Al-Mutsanna hanya menyebutkan kisah shalat mereka yang menghadap Baitul Maqdis. Dia berkata; Cara pelaksanaan shalat yang ketiga; Bahwasanya Rasulullah ﷺ ketika datang ke Madinah, beliau mengerjakan shalat menghadap ke Baitul Maqdis selama tiga belas bulan, lalu Allah Ta’ala menurunkan ayat ini (yang artinya), “Sungguh Aku (sering) melihat mukamu menengadah ke langit, maka sungguh Aku akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya.” (Al-Baqarah: 144). Maka Allah ﷻ memalingkan beliau ﷺ ke Ka’bah. Sampai di sini hadits riwayat Ibnu Al-Mutsanna. Nashr menyebutkan nama orang yang bermimpi, dia berkata; Maka datang Abdullah bin Zaid, seorang laki laki dari golongan Anshar, dalam haditsnya itu dia berkata; Maka laki laki itu menghadap kiblat seraya mengucapkan; Allaahu Akbar, Allaahu Akbar, Asyhadu an laa ilaaha illallah, Asyhadu an laa ilaaha illallaah, Asyhadu anna Muhammadar Rasuulullah, Asyhadu anna Muhammadar Rasuulullah, Hayya ‘alas shalaah hayya ‘alash shalaah, hayya ‘alal falaah hayya ‘alal falaah, Allaahu akbar, Allaahu akbar, Laa ilaaha illallaah. Setelah itu dia berhenti sebentar, lalu berdiri mengucapkan kalimat seperti sebelumnya, hanya saja dia menambahkan setelah mengucapkan; Hayya ‘alal falaah, dengan ucapan; Qad Qamatis shalaah, qad qamatis shalaah. Mu’adz bin Jabal berkata; Maka Rasulullah ﷺ bersabda: “Ajarkanlah (kalimat adzan itu) kepada Bilal”. Maka Bilal pun mengumandangkan adzan dengan kalimat kalimat itu.
Dalam hadis di atas iqamah disebut sama dengan azan, hanya ditambahi lafaz qod qomatis sholah sebanyak dua kali. Oleh karena itu, lafaz iqamah berdasarkan hal tersebut terdiri dari 17 kalimat.
Dalil yang menguatkan adalah riwayat Ibnu Abi Syaibah berikut ini yang menginformasikan bahwa Bilal Radhiyallahu ‘anhu mengucapkan iqamah dua-dua seperti azan;
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى ، قَالَ : حَدَّثَنَا أَصْحَابُ مُحَمَد صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؛ أَنَّ عَبْدَ اللهِ بْنَ زَيْدٍ الأَنْصَارِيَّ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللهِ ، رَأَيْتُ فِي الْمَنَامِ كَأَنَّ رَجُلاً قَامَ وَعَلَيْهِ بُرْدَانِ أَخْضَرَانِ عَلَى جِذْمَةِ حَائِطٍ ، فَأَذَّنَ مَثْنَى ، وَأَقَامَ مَثْنَى ، وَقَعَدَ قَعْدَةً ، قَالَ : فَسَمِعَ ذَلِكَ بِلاَلٌ ، فَقَامَ فَأَذَّنَ مَثْنَى ، وَأَقَامَ مَثْنَى ، وَقَعَدَ قَعْدَةً
Dari Abdurrahman bin Abi Laila beliau berkata, Shahabat-Shahabat Muhammad ﷺ memberitahu kami bahwasanya Abdullah bin Zaid Al-Anshori datang kepada Nabi ﷺ kemudian berkata; Ya Rasulullah, aku melihat dalam mimpi seakan-akan seorang lelaki berdiri pada bekas reruntuhan dinding dengan memakai dua baju berwarna hijau. Dia beradzan dua-dua dan iqamah dua-dua, kemudian duduk. Maka Bilal mendengar hal tersebut, maka dia beradzan dua-dua dan iqamah dua-dua kemudian duduk.
Demikian pula riwayat At-Tirmidzi yang menyebut secara lugas bahwa iqamah terdiri dari 17 kalimat;
عَنْ أَبِي مَحْذُورَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَّمَهُ الْأَذَانَ تِسْعَ عَشْرَةَ كَلِمَةً وَالْإِقَامَةَ سَبْعَ عَشْرَةَ كَلِمَةً
“dari Abu Mahdzurah bahwa Nabi ﷺ mengajarkan adzan kepadanya sembilan belas kalimat, sedangkan iqamah tujuh belas kalimat.”
Demikian pula riwayat Ibnu Majah yang menyebut iqamah terdiri dari 17 kalimat;
عَنْ عَامِرٍ الْأَحْوَلِ أَنَّ مَكْحُولًا حَدَّثَهُ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ مُحَيْرِيزٍ حَدَّثَهُ أَنَّ أَبَا مَحْذُورَةَ حَدَّثَهُ قَالَ
عَلَّمَنِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْأَذَانَ تِسْعَ عَشْرَةَ كَلِمَةً وَالْإِقَامَةَ سَبْعَ عَشْرَةَ كَلِمَةً الْأَذَانُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَالْإِقَامَةُ سَبْعَ عَشْرَةَ كَلِمَةً اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ قَدْ قَامَتْ الصَّلَاةُ قَدْ قَامَتْ الصَّلَاةُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ
“dari Amir Al Ahwal bahwa Makhul menceritakan kepadanya bahwa Abdullah bin Muhairiz menceritakan kepadanya, bahwa Abu Mahdzurah menceritakan kepadanya, ia berkata; “Rasulullah ﷺ mengajariku adzan dengan sembilan belas kalimat, dan iqamah dengan tujuh belas kalimat. Kalimat adzan itu adalah; ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH, ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASULULLAH, ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASULULLAH, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH, ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASULULLAH, ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASULULLAH, HAYYA ‘ALASH SHALAH, HAYYA ‘ALASH SHALAH, HAYYA ‘ALAL FALAH, HAYYA ‘ALAL FALAH, ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR, LAA ILAAHA ILLALLAH. (Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Allah Maha Besar-Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah-Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah-Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah- Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah-Mari menuju shalat. Mari menuju shalat-Mari menuju kemenangan. Mari menuju kemenangan-Allah Maha Besar. Allah Maha Besar-Tidak ada Tuhan Yang berhak disembah selain Allah). Sedangkan kalimat iqamah adalah tujuh belas kalimat; ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH, ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH, ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASULULLAH, ASYHADU ANNA MUHAMMADAN RASULULLAH, HAYYA ‘ALASH SHALAH, HAYYA ‘ALASH SHALAH, HAYYA ‘ALAL FALAH, HAYYA ‘ALAL FALAH, QAD QAAMATISH SHALAH, QAD QAAMATISH SHALAH, ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR, LAA ILAAHA ILLALLAH. (Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Allah Maha Besar-Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah. Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah-Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah-Shalat telah ditegakkan. Shalat telah ditegakkan-Mari menuju shalat. Mari menuju shalat-Mari menuju kemenangan. Mari menuju kemenangan-Allah Maha Besar. Allah Maha Besar-Tidak ada Tuhan Yang berhak disembah selain Allah).”
Jawaban terhadap dua pendapat di atas adalah sebagai berikut.
Terkait pendapat yang mengatakan bahwa iqamah terdiri dari 10 kalimat dengan pengucapan qod qomatis sholah sebanyak satu kali, pendapat ini tidak dapat diterima. Memang benar ada perintah Nabi ﷺ untuk mewitirkan iqamah, namun khusus lafaz qod qomatis sholah telah ada sejumlah riwayat yang menunjukkan bahwa lafaz ini diucapkan dua kali. Lagipula, jika konsisten dengan keharusan mewitirkan semua lafaz iqamah, maka semestinya lafaz takbir juga diucapkan satu kali. Berpendapat bahwa lafaz iqamah terdiri dari 10 kalimat dengan alasan menjalankan perintah witir menjadi seperti kurang konsisten karena lafaz takbir diucapkan dua kali. Dengan demikian perintah menucapkan secara witir dalam lafaz iqamah bermakna mengucapkan secara witir pada sebagian besar lafaz iqamah (bukan seluruhnya). Khusus untuk takbir dan lafaz qod qomatis sholah diucapkan dua kali. Sesuatu boleh disebutkan secara umum jika dominan, dan hal ini biasa dalam bahasa Arab.
Adapun riwayat berikut ini;
عَنْ أَنَسٍ قَالَ أُمِرَ بِلَالٌ أَنْ يَشْفَعَ الْأَذَانَ وَأَنْ يُوتِرَ الْإِقَامَةَ إِلَّا الْإِقَامَةَ
“dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Bilal Radhiyallahu ‘anhu diperintahkan untuk mengumandangkan kalimat adzan dengan genap (dua-dua) dan mengganjilkan (membaca satu-satu) iqamat, kecuali kalimat iqamat ‘Qad qaamatish shalah (shalat telah dikumandangkan) ‘.”
Riwayat di atas tidak bisa dijadikan dasar untuk memahami bahwa lafaz takbir dalam iqamah dibaca satu kali dengan alasan ada perintah mengucapkannya secara witir. Hal itu dikarenakan telah disepakati bahwa takbir dalam lafaz azan diucapkan sebanyak empat kali, dan lafaz azan disebut dengan istilah syaf’un (genap). Oleh karena takbir dalam lafaz azan yang bersifat genap/dua-dua dibaca sebanyak empat kali, maka hal ini bermakna takbir dalam lafaz iqamah dibaca dua kali sebagai kondisi witirnya.
Adapun pendapat yang mengatakan bahwa lafaz iqamah terdiri dari 17 kalimat, maka pendapat ini tidak dapat diterima karena dalil-dalil yang dijadikan tumpuan saling bertabrakan dan sebagiannya dhoif. Dalam riwayat Abu Dawud disebutkan bahwa jumlah kalimat iqamah adalah 15 sementara dalam riwayat Ibnu Majah disebutkan bahwa jumlah kalimat iqamah adalah 17, lalu atas dasar apa mengambil riwayat Ibnu Majah? Lagipula Ibnu Abi Laila dalam riwayat Abu Dawud tidak pernah bertemu Muadz, jadi riwayatnya munqothi’ sehingga dihukumi dhoif.
Adapun riwayat At-Tirmidzi dari Abu Mahdzuroh yang menyebut bahwa lafaz iqamah terdiri dari 17 kalimat yang bermakna iqamah diucapkan dua-dua (matsna), maka riwayat ini bertentangan dengan riwayat lain yang lebih banyak dan lebih sahih yang menunjukkan iqamah itu witr misalnya riwayat berikut ini;
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ إِنَّمَا كَانَ الأَذَانُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ وَالإِقَامَةُ مَرَّةً مَرَّةً غَيْرَ أَنَّهُ يَقُولُ قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ قَدْ قَامَتِ الصَّلاَةُ فَإِذَا سَمِعْنَا الإِقَامَةَ تَوَضَّأْنَا ثُمَّ خَرَجْنَا إِلَى الصَّلاَةِ
“dari Ibnu Umar Radhiyalllahu ‘anhu dia berkata; Bahwasanya azan pada masa Rasulullah ﷺ adalah dua kali, dua kali (genap), dan iqamat satu kali, satu kali (ganjil), hanya saja dia (muadzin) itu mengucapkan (pada saat iqamat); Qad qamatis shalaah qad qaamatis shalaah. Apabila kami mendengarkan iqamah, maka kami berwudhu kemudian melakukan shalat.
Termasuk juga riwayat Ibnu Abi Syaibah yang menyebut bilal iqamah dua kali. Riwayat tersebut bertentangan dengan banyak riwayat yang menyebut bilal iqamah secara witr.
Berusaha mengkompromikan dengan mengatakan bahwa iqamah boleh diucapkan dengan 11 kalimat, 10 kalimat atau 17 kalimat masih berat diterima, karena kompromi seperti itu mensyaratkan kesetaraan kekuatan dalil sementara dalam kasus ini tidak terwujud syarat tersebut.
Atas dasar ini, pendapat yang lebih kuat adalah mengatakan bahwa lafaz iqamah terdiri dari 11 kalimat, bukan 10 kalimat atau 17 kalimat, apalagi 8 kalimat (dengan membaca takbir satu kali). Hanya saja pendapat yang mengatakan 10 dan 17 kalimat adalah pendapat yang islami karena didasarkan pada ijtihad yang benar, karenanya harus dihormati. Malik adalah ulama yang berpendapat bahwa lafaz iqamah terdiri dari 10 kalimat, sementara Abu Hanifah dan Ats-Tsauri berpendapat bahwa lafaz iqamah terdiri dari 17 kalimat. Adapun yang berpendapat 8 kalimat, kami belum mengetahui siapa ulama yang berpendapat demikian. Wallahua’lam.
2 Comments
Bilal
Assalamu’alaikum mohon maaf min, mksd pertanyaan sdr qta di atas mungkin yg 9 kalimat, dengan takbir 1× dan iqomat 2×, maaf sedangkan admin membahas yg 8,10,11,17, mohon pencerahanya. Jazakalloh khair.
Admin
alhamdulillah sudah terjawab via komunikasi langsung