Oleh Ust. Muafa
Berapa Lama Durasi Salat Tarawih?
Apa pentingnya membahas durasi salat tarawih?
Mengetahui berapa lama durasi salat tarawih yang biasa dilakukan oleh generasi salih sebelum kita akan memberi gambaran sejauh mana keseriusan mereka dalam beribadah kepada Allah. Kendati ibadah kita tidak langsung sanggup meniru mereka, paling tidak mempelajari topik ini bisa menjadi langkah awal untuk memperbaiki kualitas ibadah ke depan ketika Allah telah menyiapkan sebab-sebabnya.
Namun, tentu saja kita tidak akan mendapatkan data berakurasi tinggi terkait topik ini. Hal itu di karenakan di masa Rasulullah ﷺ , shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in belum dikenal penghitung waktu yang memiliki tingkat presisi tinggi sampai ukuran detik seperti pada zaman sekarang. Saat itu, durasi waktu banyak diungkapkan hanya secara perkiraan. Oleh karena itu, elaborasi terhadap nash-nash terkait topik ini maksimal hanya memberikan kesimpulan dalam bentuk perkiraan durasi, bukan rentang waktu yang bersifat exact dan bisa dipastikan.
Di antara riwayat menarik yang mencerminkan durasi salat tarawih di masa tabi’in di sampaikan oleh Al-Hasan Al-Bishri . Abdur Rozzaq berkata dalam mushonnafnya;
عَنْ مَعْمَرٍ، عَنْ مَطَرٍ، عَنِ الْحَسَنِ قَالَ: «كَانَ النَّاسُ يَقُومُونَ فِي رَمَضَانَ، فَيُصَلُّونَ الْعِشَاءَ حِينَ يَذْهَبُ رُبْعُ اللَّيْلِ، وَيَنْصَرِفُونَ، وَعَلَيْهِمْ رُبْعٌ آخَرُ»
“dari Ma’mar dari Mathor dari Al-Hasan beliau berkata; ‘Orang-orang salat malam di bulan Ramadhan. Mereka salat Isya’ ketika ¼ malam telah berlalu, dan pulang (setelah melakukan salat Isya’ dan tarawih) sementara tersisa ¼ malam yang lain”
Dalam riwayat di atas dijelaskan bahwa kaum muslimin di masa tabi’in memulai salat Isya’ pada saat sudah berlalu ¼ malam, kemudian dilanjutkan salat tarawih dan baru berakhir setelah malam tersisa ¼. Hal ini bermakna, kaum muslimin pada waktu itu menghabiskan ½ malam untuk menjalankan ibadah salat Isya’, tarawih dan witir.
Pertanyaannya; “berapa lama ¼ dan ½ malam yang disebutkan dalam riwayat ini?”
Definisi malam secara bahasa adalah waktu antara terbenam matahari sampai terbit matahari. Definisi malam secara syar’i adalah waktu antara terbenam matahari sampai terbit fajar subuh. Jika kita pakai ukuran malam di daerah Malang, Jawa Timur, pada tanggal 1 Ramadhan 1438 H waktu Maghrib adalah pukul 17.20 dan waktu subuhnya pukul 04.15. Berarti rentang waktu malam pada tanggal tersebut adalah 10 jam 55 menit atau 655 menit. Jika dikatakan ¼ malam, maka hal ini bermakna 655 menit dibagi 4, yaitu 163,75 menit.
Salat Isya’ dilakukan setelah lewat ¼ malam pertama. Artinya, salat Isya’ di waktu itu dilakukan kira-kira jam 17.20 + 163,75 menit = 20.03. Jika di asumsikan salat Isya’ kira-kira 30 menit, berarti salat tarawih dimulai sekitar jam 20.33. Salat tarawih dilakukan sampai tersisa ¼ malam terakhir. Artinya Salat tarawih berakhir kira-kira jam 04.15 -163,75 menit= 01.32. Jadi durasi salat tarawih di zaman tabi’in kira-kira mulai jam 20.33-01.32 dini hari atau kira-kira 4 jam 59 menit!
Ini adalah penghitungan dengan menjadikan waktu daerah Malang, Jawa Timur, Indonesia sebagai basis perkiraan. Tentu saja penghitungan lebih akurat adalah menjadikan waktu yang berlaku pada daerah tempat Al-Hasan Al-Bishri hidup, yakni di kota Bashroh. Pada zaman sekarang, Bashroh berada di negara Irak. Pada tanggal 1 Ramadhan 1438 H, waktu Maghrib di kota ini jatuh pada pukul 18.44 sementara waktu subuhnya pukul 03.11. Dengan demikian, durasi malamnya adalah 8 jam 27 menit, atau 507 menit.
Jika dikatakan ¼ malam, maka hal ini bermakna 507 menit dibagi 4, yaitu 126,75 atau 2 jam 6 menit.
Salat Isya’ dilakukan setelah lewat ¼ malam pertama. Artinya, salat Isya’ di waktu itu dilakukan kira-kira jam 18.44 + 2.06 = 20.50. Jika di asumsikan salat Isya’ kira-kira 30 menit, berarti salat tarawih dimulai sekitar jam 21.20. Salat tarawih dilakukan sampai tersisa ¼ malam terakhir. Artinya salat tarawih berakhir kira-kira jam 03.11 – 2.06 = 1.05. Jadi durasi salat tarawih di Bashroh kira-kira mulai jam 21.20 -1.05 dini hari atau kira-kira 3 jam 45 menit. Meskipun lebih pendek dari perhitungan waktu di Malang, namun waktu 3 jam 45 menit tetaplah waktu yang panjang juga!
Sebagian ulama yang mensyarah hadis menjelaskan bahwa kaum muslimin waktu itu tidur dulu setelah Maghrib dan mengundurkan waktu salat Isya’ sehingga mereka masih mendapatkan waktu istirahat yang cukup, yakni ketika menggabung tidur setelah Maghrib dan tidur setelah tarawih sebelum sahur. Jika penjelasan ini bisa diterima, maka dimungkinkan waktu pelaksanaan salat Isya’ adalah lebih larut lagi, sehingga durasi salat tarawih perhitungannya lebih pendek dan mungkin dianggap lebih “applicable” untuk diterapkan di zaman sekarang. Manapun realita yang terjadi di zaman itu, yang jelas, keseriusan ibadah generasi salih di masa lalu itu masih patut untuk dinilai sebagai kesungguhan yang sungguh luar biasa.
Pertanyaan pentingnya: “Bagaimana tarawih di zaman Rasulullah ﷺ masih hidup? Berapa lama Rasulullah ﷺ mengajak kaum muslimin salat malam secara berjamaah bersama beliau?”
Patut diketahui, Rasulullah ﷺ tidak pernah melakukan salat malam di bulan Ramadhan secara berjamaah selama sebulan penuh sebagaimana yang dipraktekkan oleh kaum muslimin di zaman sekarang. Rasulullah ﷺ pernah salat malam di masjid dibulan Ramadhan, kemudian diikuti sejumlah kaum muslimin. Hanya saja salat malam berjamaah di bulan Ramadhan ini hanya beliau lakukan selama tiga hari saja. Pada hari keempat, ketika jamaah masjid semakin banyak, beliau justru tidak keluar untuk mengimami. Ketika waktu subuh, baru beliau keluar. Selesai salat subuh beliau menjelaskan bahwa alasan yang membuat beliau tidak mau keluar adalah karena khawatir salat malam di bulan Ramadhan itu diwajibkan Allah kepada kaum muslimin. Setelah peristiwa itu, Rasulullah ﷺ selalu salat malam di bulan Ramadhan secara munfarid (sendirian) di rumah.
Riwayat yang menjelaskan Rasulullah ﷺ mengimami salat malam di bulan Ramadhan selama tiga hari secara berjamaah ini sayangnya tidak disertai lafaz yang memberi gambaran berapa lama durasi salat malam itu. Jadi, berdasarkan riwayat tersebut kita belum bisa memperkirakan durasi salat malam Rasulullah ﷺ .
Setelah itu, pada 10 hari terakhir di bulan Ramadhan, barulah Rasulullah ﷺ keluar lagi untuk salat malam secara berjamaah pada tanggal-tanggal ganjil tertentu. Pada peristiwa inilah diriwayatkan hadis yang bisa dipahami secara implisit berapa lama durasi salat malam Ramadhan yang dilakukan Rasulullah ﷺ .
Abu Dawud meriwayatkan;
عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ صُمْنَا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- رَمَضَانَ فَلَمْ يَقُمْ بِنَا شَيْئًا مِنَ الشَّهْرِ حَتَّى بَقِىَ سَبْعٌ فَقَامَ بِنَا حَتَّى ذَهَبَ ثُلُثُ اللَّيْلِ فَلَمَّا كَانَتِ السَّادِسَةُ لَمْ يَقُمْ بِنَا فَلَمَّا كَانَتِ الْخَامِسَةُ قَامَ بِنَا حَتَّى ذَهَبَ شَطْرُ اللَّيْلِ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ نَفَّلْتَنَا قِيَامَ هَذِهِ اللَّيْلَةِ. قَالَ فَقَالَ « إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ ». قَالَ فَلَمَّا كَانَتِ الرَّابِعَةُ لَمْ يَقُمْ فَلَمَّا كَانَتِ الثَّالِثَةُ جَمَعَ أَهْلَهُ وَنِسَاءَهُ وَالنَّاسَ فَقَامَ بِنَا حَتَّى خَشِينَا أَنْ يَفُوتَنَا الْفَلاَحُ. قَالَ قُلْتُ مَا الْفَلاَحُ قَالَ السُّحُورُ ثُمَّ لَمْ يَقُمْ بِنَا بَقِيَّةَ الشَّهْرِ.
“Dari Abu Dzar Radhiyallahu ‘anhu, dia berkata; “Kami pernah berpuasa Ramadhan bersama Rasulullah ﷺ , dan beliau tidak pernah mengerjakan salat malam bersama kami dalam bulan Ramadhan itu sampai tersisa tujuh malam. Maka (di malam ketujuh tanggal 23 Ramadhan) beliau salat malam mengimami kami sampai berlalu sepertiga malam. Ketika tiba malam keenam (yakni tanggal 24 Ramadhan) beliau tidak mengimami kami salat malam.Ketika tiba malam kelima (yakni tanggal 25 Ramadhan), beliau salat malam mengimami kami hingga tengah malam berlalu. Aku (Abu Dzarr) berkata; “wahai Rasulullah, alangkah baiknya sekiranya engkau menambahi lagi salat malam ini.” Abu Dzar berkata; Maka beliau bersabda: “Sesungguhnya apabila seseorang salat (malam) bersama imam hingga selesai, maka akan di catat baginya seperti bangun (untuk mengerjakan salat malam) semalam suntuk.” Kata Abu Dzar; “Ketika tiba malam ke empat (yakni tanggal 26 Ramadhan) beliau tidak mengimami kami salat malam. Ketika tiba malam ketiga (yakni tanggal 27 Ramadhan), beliau mengumpulkan keluarganya, isteri-isterinya dan orang-orang, lalu salat malam mengimami kami, sampai kami khawatir ketinggalan “Al Falah.” Jabir bertanya; “Apakah al falah itu?” Jawabnya; “Waktu sahur. Setelah itu beliau tidak lagi mengimami salat malam bersama kami pada hari-hari sisanya di bulan tersebut (yakni tanggal 28 dan 29 Ramadhan).”
Berdasarkan riwayat di atas bisa dipahami bahwa Rasulullah ﷺ mengimami salat malam pada tiga tanggal berbeda dengan durasi yang berbeda-beda pula. Rinciannya;
• Malam ketujuh (tanggal 23 Ramadhan) beliau salat malam mengimami kaum muslimin sampai berlalu sepertiga malam.
• Malam kelima (yakni tanggal 25 Ramadhan), beliau salat malam mengimami kaum muslimin hingga tengah malam berlalu.
• Malam ketiga (yakni tanggal 27 Ramadhan), beliau mengumpulkan keluarganya, isteri-isterinya dan orang-orang, lalu salat malam mengimami kaum muslimin, sampai menjelang waktu sahur
Sekarang kita akan mencoba berhitung perkiraan waktu salat malam Rasulullah ﷺ di bulan Ramadhan dengan menggunakan waktu Madinah pada zaman sekarang. Menurut situs pemerintah Arab Saudi ini; https://wmn.gov.sa/news/5010/401/%D9%85%D9%88%D8%A7%D9%82%D9%8A%D8%AA-%D8%A7%D9%84%D8%B5%D9%84%D8%A7%D8%A9-%D9%81%D9%8A-%D8%A7%D9%84%D9%85%D8%B3%D8%AC%D8%AF-%D8%A7%D9%84%D9%86%D8%A8%D9%88%D9%8A waktu Maghrib jatuh pada pukul 19.04, Isya’ pukul 20.34, dan subuh 04.01. Jika diasumsikan salat Isya’ dilakukan selama 30 menit, maka salat tarawih diperkirakan dilaksanakan pada pukul 21.04.
Berdasarkan data di atas, berarti durasi malam di Madinah antara jam 19.04-04.01 adalah 8 jam 57 menit atau 537 menit. Jika dikatakan 1/3 malam, berarti ukurannya adalah 537 dibagi tiga, yakni 179 menit atau 2 jam 59 menit. Oleh karena waktu Maghrib jatuh pukul 19.04, berarti sepertiga malam pertama habis pada jam 19.04 + 2.59 = 22.03.
Adapun separuh malam, berarti ukurannya adalah 537 dibagi dua, yakni 268,5 menit atau 4 jam 28 menit 30 detik. Oleh karena waktu Maghrib jatuh pukul 19.04, berarti tengah malam habis pada jam 19.04 + 4.28 = 23.32.30
Terkait waktu sebelum waktu sahur habis, jika di asumsikan itu terjadi 30 menit sebelum waktu subuh berarti waktu tersebut adalah 04.01 – 30 menit = 03.31.
Berdasarkan perhitungan di atas, bisa diperkirakan durasi salat tarawih yang dilakukan Rasulullah ﷺ pada tanggal 23, 25, dan 27 Ramadhan. Rinciannya sebagai berikut;
• Malam ketujuh (tanggal 23 Ramadhan) beliau salat malam mengimami kaum muslimin sampai berlalu sepertiga malam. Berarti salat tarawih dilakukan kira-kira mulai pukul 21.04 sampai 22.03. Artinya, salat tarawih pada tanggal ini dilakukan kira-kira selama 59 menit
• Malam kelima (yakni tanggal 25 Ramadhan), beliau salat malam mengimami kaum muslimin hingga tengah malam berlalu. Berarti salat tarawih dilakukan kira-kira mulai pukul 21.04 sampai 23.32. Artinya, salat tarawih pada tanggal ini dilakukan kira-kira selama 2 jam 28 menit
• Malam ketiga (yakni tanggal 27 Ramadhan), beliau mengumpulkan keluarganya, isteri-isterinya dan orang-orang, lalu salat malam mengimami kaum muslimin, sampai menjelang waktu sahur. Berarti salat tarawih dilakukan kira-kira mulai pukul 21.04 sampai 03.31. Artinya, salat tarawih pada tanggal ini dilakukan kira-kira selama 6 jam 27 menit
Berdasarkan paparan di atas, bisa disimpulkan bahwa waktu terpendek salat malam Rasulullah ﷺ di bulan Ramadhan kira-kira menghabiskan waktu satu jam. Adapun waktu terlama yang pernah beliau habiskan adalah kira-kira enam jam. Semoga Allah memberi taufik kepada kita semuanya untuk bisa meneladani kesungguhan ibadah yang dicontohkan beliau. Alhamdulillah.