Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Tidak tercela menjadi jahil, asal tahu diri, rendah hati, lalu mau belajar, siap meninggalkan asabiahnya dan siap menerima kebenaran.
Yang tercela, menjadi penyakit, merusak umat Islam, bahkan bisa merusak ajaran Islam adalah jika ada orang jahil yang tidak merasa dia bodoh, lalu merasa dirinya hebat, sehingga tidak pernah bersedia lagi untuk belajar, mendengar dan berpikir. Orang-orang seperti inilah yang paling besar peluangnya ke neraka karena Allah mengabarkan dalam Al-Qur’an bahwa kebanyakan penghuni neraka itu adalah orang yang di dunia malas mendengar dan malas berpikir. Allah berfirman,
“Mereka (para penghuni neraka itu) berkata, ‘Andai saja dulu kami mau MENDENGAR dan mau BERPIKIR, pastilah kami tidak tergolong penghuni neraka Sa’ir” (Al-Mulk; 10)
Al-Ghozzali menerangkan bahwa, secara psikologi, kejahilan orang awam itu sebenarnya hakikatnya hanyalah MEMBEO kepada tokoh-tokoh mereka. Taklid sebenarnya tidak tercela selama dilakukan dengan batasan-batasan syar’i. Hanya saja, yang sering terjadi, taklid yang dilakukan orang-orang seperti itu adalah jenis taklid yang membuta, yakni taklid yang didasari atas semangat asabiah. Taklid jenis ini memegang satu prinsip yang tak tertulis yang berbunyi,
“Pokoknya kelompok/afiliasi saya pasti benar. Ucapan tokoh saya pasti benar semuanya. Kalaupun terlihat seperti salah atau lemah, maka kita harus husnuzan dulu, karena bisa jadi kitanya saja yang belum paham”
Jika orang sudah terinfeksi asabiah buta dengan level seperti ini, maka harapannya untuk sembuh dan mendapatkan petunjuk menjadi lebih kecil dibandingkan orang yang berafiliasi, tetapi masih tetap berusaha inshof. Al-Ghazzali berkata,
“Mayoritas kebodohan-kebodohan yang mengendap pada hati para awam itu diakibatkan oleh fanatisme/asabiah terhadap sekelompok juhala’ ahlul haqq yang menampakkan kebenaran dalam konteks pencarian dan memandang lawan yang lemah dengan mata penghinaan. Akibatnya bergolaklah dalam batin mereka kecenderungan membantah dan menentang, dan mengendaplah pada jiwa mereka keyakinan-keyakinan batil, dan sulit bagi ulama yang lembut untuk menghilangkannya padahal sangat jelas kerusakannya” (Al-Iqtishod fi Al-I’tiqod, hlm 15)
Semoga Allah melindungi kita dari hawa nafsu yang tampil dengan baju kesalihan.