Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin).
Rasulullah ﷺ bersabda,
Artinya,
“Apabila seorang istri melaksanakan salat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadan, menjaga kemaluannya dan taat kepada suaminya, niscaya akan dikatakan kepadanya, ‘Masuklah kamu ke dalam surga dari pintu mana saja yang kamu inginkan’.” (H.R.Ahmad)
Dari hadis di atas, dapat di simpulkan bahwa ada 4 amalan yang jika dilakukan seorang istri maka dia dijanjikan masuk surga dari pintu manapun yang dikehendakinya yaitu,
- Salat lima waktu
- Berpuasa Ramadan
- Menjaga kehormatan/kemaluan
- Menaati suami
Dari 4 amalan ini, kita bisa membaginya menjadi dua kategori yakni amal saleh yang termasuk HAK ALLAH dan amal saleh yang termasuk HAK HAMBA.
Amal saleh yang termasuk hak Allah adalah salat 5 waktu, berpuasa Ramadan dan menjaga kemaluan/tidak berzina.
Amal saleh yang termasuk hak hamba cuma satu yakni menaati suami!
Yang dimaksud taat di sini adalah dalam urusan rumah, terutama dalam empat perkara,
Pertama, taat untuk tidak keluar rumah tanpa izin.
Kedua, taat saat diajak tinggal suami di manapun.
Ketiga, taat saat diajak bersetubuh.
Keempat, taat saat diajak istimtā‘ (bersenang-senang selain hubungan suami istri seperti ciuman, pelukan, cumbuan dan lain-lain).
Adapun perintah yang tidak terkait dengan kewajiban istri, misalnya diperintah untuk bekerja mencari uang, diperintah untuk menjadi aktivis organisasi, diperintah untuk berpolitik dan semisalnya, maka ini tidak termasuk batasan taat dalam hadis di atas.
Lebih dalam pembahasan batasan taat, silakan dibaca catatan saya yang berjudul BATASAN NUSYUZ ISTRI.
Perhatikan, betapa luar biasanya hadis ini bagi wanita.
Hak hamba itu sesungguhnya sangat banyak. Ada hak orang tua, yakni birrul walidain, ada hak kerabat yakni silaturahmi, ada hak tetangga yakni ḥusnul jiwār, ada hak orang yang kelaparan untuk diberi makan, ada hak orang terzalimi untuk ditolong, ada hak sesama muslim dan lain sebagainya. Menariknya, Rasulullah ﷺ hanya menyebut satu hak saja, yakni hak suami!
Ini menunjukkan wanita itu sangat dipermudah masuk surga, andai saja mereka mau. Cukup berkhidmat dan taat kepada suami saja sudah mendapat jaminan masuk surga!
Janji ini sangat pas dengan hukum asal wanita, yakni sebagai ummun warabbatu bait (ibu dan pengatur rumah tangga).
Artinya, jika Allah mengatur kondisi wanita sehingga amalnya terbatas, akan tetapi dia diberi suami oleh Allah, berarti Allah sudah menyediakan surga itu di rumahnya!
Jadi, jangan sampai mencari surga di luar rumah sementara yang ada di rumah malah di sia-siakan. Sungguh itu bukan keputusan wanita yang cerdas.
Lebih tampak lagi besarnya rahmat Allah jika kita lihat fakta hati wanita terhadap suami.
Hati wanita itu fitrahnya dibuat tertambat kepada suami, bahkan melebihi kepada orang tuanya. Jika sudah menemukan suami yang benar-benar cocok dan sangat dicintainya, maka cintanya bisa jauh lebih dalam daripada cinta kepada orangtuanya sendiri dan semua kerabatnya yang lain.
Seperti kisah istri Muṣ’ab bin ‘Umair. Saat diberitahu kerabatnya wafat dalam perang uhud belau bisa bersabar, tegar dan tabah. Tapi begitu diberitahu suaminya syahid, pecahlah tangisnya, berteriaklah beliau dengan amat sedih dan tak sanggup lagi beliau menahan diri sampai Rasulullah ﷺ mengomentari,
Artinya,
“Sesungguhnya seorang suami bagi seorang istri itu benar-benar memiliki posisi khusus (dalam hatinya).” (Sīrah Ibnu Hisyām, juz 2 hlm 98)
Karena fitrah inilah, maka umumnya para wanita bisa siap, lebih mudah dan terasa ringan mengikuti suami ke manapun saja pergi meskipun jauh dari orang tua.
Jadi, para istri bersyukurlah jika diberi suami oleh Allah, sebab tidak semua diberi suami. Maksimalkan amalmu dalam berbakti dan taat kepada suami.
Jangan membuat masalah, apalagi mudah minta cerai!
Terimalah kondisi suami apa adanya dengan segenap kelebihan dan kekurangan beliau, sebab bersuami sesungguhnya masih lebih baik daripada membujang sampai mati. Lagipula, bukankah beliau juga pilihanmu?
Tidak ada suami yang sempurna, justru ketika Allah berkehendak engkau menjadi istrinya, berarti Allah memberi amanah pada pundakmu supaya engkau memperbaiki kekurangan suami dengan kelebihan yang ada pada dirimu.
Adapun untuk engkau para wanita yang belum bersuami, selektiflah betul-betul dalam menerima suami.
Agar tidak menyesal di kemudian hari.
Nikah bukan coba-coba.
Pastikan memilih suami saleh, sebab suami yang saleh sedapat mungkin beliau akan menghindar untuk menzalimi istrinya. Meskipun dalam kondisi terburuk beliau tidak mencintai Anda, misalnya. Dengan begitu, psikis Anda tidak akan terkuras karena terus memikirkan perlakuan suami kepada Anda.
Jika bisa, utamakan memilih calon suami yang Anda mencintainya, sebab ketaatan akan terasa ringan jika istri mencintai suaminya. Melayani dengan cinta itu beda dengan yang tanpa cinta.
Paling afdal juga, jika Anda bisa memilih calon suami yang berilmu. Sebab, jika Anda melakukan kesalahan dalam rumah tangga, maka Anda akan segera diluruskan.
Nikmat yang “sempurna” jika seorang wanita mendapatkan suami yang saleh, dicintai dan berilmu. Sebab, ujian berikutnya tinggal bagaimana memaksimalkan ketaatan dengan segala jenis badai yang akan datang dari dalam maupun luar rumah tangga.
Tapi, jika kebetulan suami yang Anda miliki tidak Anda cintai, tidak saleh dan bukan orang berilmu, berati bisa jadi Anda adalah wanita luar biasa yang dipilih Allah untuk melakukan amal besar yang tidak sanggup dipikul oleh wanita biasa. Bisa jadi Allah hendak mengangkat derajat Anda setinggi-tingginya di akhirat dan menjadikan Anda teladan para wanita sepanjang zaman.
***
13 Żulqa‘dah 1442 H