Oleh: Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin).
Jika seorang istri punya harta berlebih dan dia ingin bersedekah, maka dia bisa bersedekah kepada tetangganya yang miskin, bisa juga bersedekah ke panti asuhan, bisa juga berinfak ke masjid, bisa juga bersedekah untuk membangun pesantren, bisa juga bersedekah untuk jihad fi sabilillah dan ribuan pos sedekah yang lain. Akan tetapi sedekah yang terbaik, yang paling afdal adalah sedekah ke suami dan anaknya sendiri!
Mengapa demikian?
Sebab begitulah yang diajarkan Rasulullah ﷺ.
Saat Rasulullah ﷺ menasihati Zainab; Istri Ibnu Mas’ūd tentang sedekah, beliau menekankan prinsip penting bahwa seorang istri ketika hendak bersedekah maka yang paling berhak terhadap sedekah itu adalah suami dan anaknya. Al-Bukhārī meriwayatkan,
Artinya,
“Suamimu dan anakmu adalah orang yang paling berhak mendapatkan sedekahmu.” (H.R.al-Bukhārī)
Jadi, seorang istri ketika ingin bersedekah, maka tidak perlu jauh-jauh mencari sasaran sedekah. Lihat dulu kondisi suami dan anaknya. Jika mereka termasuk orang yang membutuhkan, maka sebaik-baik sedekah adalah pemberian yang disantunkan kepada mereka. Pemberian seperti inilah yang disebut Nabi ﷺ pahalanya dua kali, yakni pahala sedekah dan pahala silaturahmi sebagaimana saya tulis dalam catatan yang berjudul “PAHALA ISTRI MEMBANTU KEUANGAN SUAMI”.
Infak seperti ini pulalah yang disebut Nabi ﷺ sebagai infak yang pahalanya lebih besar daripada infak untuk membebaskan budak, infak untuk jihad fi sabilillah dan infak kepada orang miskin. Muslim meriwayatkan,
Artinya,
“Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: “Dinar (harta) yang kamu belanjakan di jalan Allah, dinar (harta) yang kamu nafkahkan untuk membebaskan budak, dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin, dinar yang kamu nafkahkan kepada keluargamu. Maka yang paling besar ganjaran pahalanya adalah yang kamu nafkahkan kepada keluargamu.”
Sedekah terbaik prinsip umumnya memang sedekah kepada orang terdekat. Bagi seorang istri, orang yang terdekat adalah suami dan anaknya. Jadi sedekah kepada suami dan anak adalah sedekah yang paling utama. Malahan, seandainya istri mau membayar zakat, lalu tahu suaminya termasuk miskin, maka yang lebih utama adalah diberikan kepada suaminya! Ini berbeda dengan suami yang dilarang membayar zakat kepada istrinya sebab nafkah istri hukumnya wajib. Jadi, tidak boleh membayar zakat kepada orang yang memang wajib dinafkahi agar suami tidak mengambil keuntungan dengan cara membayar zakat padahal maksudnya menggugurkan kewajiban menafkahi.
Jadi mulai hari ini, seorang istri sekali-kali jangan pernah merasa rugi saat membantu keuangan suami dengan cara menunjang kebutuhan keluarga. Itu sama sekali tidak sia-sia. Semua tercatat sebagai amal saleh. Bahkan amal saleh besar. Asalkan selalu ber-iḥtisāb kepada Allah dan beramal semata-mata untuk mencari rida-Nya. Malahan, syariat semacam ini sejalan dengan hadis Nabi ﷺ yang lain yang menegaskan bahwa amal utama wanita adalah sebagai ibu dan manajer rumah tangga. Juga hadis Nabi ﷺ yang mengajaran bahwa amal besar wanita itu justru di rumahnya sendiri alias keluarganya. Juga hadis Nabi ﷺ yang menjanjikan bahwa istri manapun yang bisa taat ke suami, maka dia bisa masuk surga dari pintu manapun yang dikehendakinya.
Tinggal satu masalah sekarang.
Bagaimana prioritas sedekah istri jika orang tua istri atau adik atau kakak, atau sepupu atau paman sedang butuh lalu pada saat yang sama anak dan suami sedang butuh? Kepada siapa afdalnya sedekah istri?
Jawaban detail tentu perlu pembahasan khusus. Akan tetap secara umum kaidahnya begini.
Anak yang butuh lebih diutamakan daripada orang tua.
Orang tua yang butuh lebih diutamakan daripada suami.
Suami yang butuh lebih diutamakan daripada saudara.
Saudara yang butuh lebih diutamakan daripada paman.
Paman yang butuh lebih diutamakan daripada orang lain.
Nantikan dalam tulisan khusus tentang prioritas sedekah istri-insya Allah-, sebab ada kondisi-kondisi khusus yang membuat sedekah pada orang tertentu lebih afdal daripada orang yang lainnya.
***
2 Żulḥijjah 1442 H