Oleh : Ustaz Muafa (Mokhamad Rohma Rozikin/M.R.Rozikin)
Orang bertasawuf kalau masih mengejar karamah, tertipu dia.
Allah menuntut kita mengejar istiqamah, bukan mengejar karamah.
Allah berfirman,
{فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ} [هود: 112]
Artinya,
“Istikamahlah sebagaimana engkau diperintahkan” (Q.S. Hūḍ: 112)
{إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلائِكَةُ أَلَاّ تَخَافُوا وَلا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الآخِرَةِ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنْفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ نُزُلًا مِنْ غَفُورٍ رَحِيمٍ} [فصلت: 30 – 32]
Artinya,
“Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap (dalam pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata), “Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.” Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat. Di dalamnya (surga) kamu akan memperoleh apa yang kamu sukai dan apa yang kamu minta. (Semua itu) sebagai karunia (penghormatan bagimu) dari (Allah) Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. al-Fuṣṣilat: 30-32)
Muslim meriwayatkan,
عَنْ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللهِ الثَّقَفِيِّ قَالَ: « قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللهِ، قُلْ لِي فِي الْإِسْلَامِ قَوْلًا لَا أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا بَعْدَكَ – وَفِي حَدِيثِ أَبِي أُسَامَةَ: غَيْرَكَ – قَالَ: قُلْ: آمَنْتُ بِاللهِ فَاسْتَقِمْ ». [«صحيح مسلم» (1/ 47 ط التركية)]
Artinya,
“Dari Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi dia berkata: “Saya berkata: ‘Wahai Rasulullah, katakanlah kepadaku dalam Islam suatu perkataan yang tidak aku tanyakan kepada seorang pun setelahmu -dan dalam riwayat hadits Abu Usamah- selainmu.’ Beliau menjawab: ‘Katakanlah, ‘aku beriman kepada Allah’ lalu beristiqamahlah.” (H.R.Muslim)
Bombastisasi keajaiban yang diopinikan sebagai karamah justru akan menjadi jualan Dajjal Akbar akhir zaman. Karena itu Rasulullah mengingatkan sejumlah keajaiban Dajjal agar waspada dan tahu bahwa keajaiban itu bukan satu-satunya standar kebenaran.
Bisa jadi juga penyebabnya faktor guru. Kitabnya sama, tapi ada guru yang membombastiskan karamah, ada yang diajak fokus ke syariat dan istikamah. Oleh karena itu sebagaimana orang berilmu wajib mentarjih dua pendapat yang berbeda terkait amalnya, maka wajib pula muslim awam mentarjih guru. Awam dihisab kalau sampai salah tarjih guru, karena tarjih guru masuk dalam jangkauan dan kemampuan awam.
20 Sya’ban 1443 H/23 Maret 2022 pukul 07.39