Oleh: Ust. Muafa
Pengantar
Istilah Profesi Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ barangkali akan menimbulkan perdebatan. Namun tulisan ini tidak dimaksudkan untuk memicu debat, karena yang dimaksud profesi dalam tulisan ini adalah pekerjaan/mata pencaharian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ untuk menghasilkan harta yang pernah beliau lakukan. Lebih tepatnya, tulisan ini sebenarnya hendak mengupas aspek sumber pemasukan harta Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang pernah tercatat dalam sejarah selama peri kehidupan beliau. Tentu topik ini cukup layak dibahas, minimal menjadi jawaban dari sebuah pertanyaan; Jika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menghabiskan umurnya untuk perjuangan dakwah, berjihad, mengajar, memenangkan Dienullah dan meninggikan kalimatNya sepanjang hidup, lalu bagaimana cara beliau memenuhi kebutuhan sehari-hari, nafkah istri, dan orang-orang yang ditanggung? Mudah-mudahan dengan tulisan ringan ini kita lebih mengenal beliau dan bertambahlah cinta dalam hati kepada beliau.
Dari cinta kita bermula, sebelum akhirnya awali segala.
Pembahasan
Ada beberapa sumber penghasilan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang tercatat dalam sejarah selama beliau hidup. Diantaranya;
1.Bekerja Sebagai Penggembala Kambing
Sebelum Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ diangkat menjadi Nabi dan Rasul, beliau pernah bekerja sebagai penggembala kambing dengan upah beberapa Qiroth. Bukhari meriwayatkan;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا بَعَثَ اللَّهُ نَبِيًّا إِلَّا رَعَى الْغَنَمَ فَقَالَ أَصْحَابُهُ وَأَنْتَ فَقَالَ نَعَمْ كُنْتُ أَرْعَاهَا عَلَى قَرَارِيطَ لِأَهْلِ مَكَّةَ
Dari Abu Hurairah radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tidaklah Allah mengutus seorang Nabi melainkan dia mengembalakan kambing”. Para sahabat bertanya: “Termasuk engkau juga?” Maka Beliau menjawab: “Ya, aku pun mengembalakannya dengan upah beberapa Qiroth untuk penduduk Makkah”. (H.R. Al-Bukhari)
Dalam hadis di atas, Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjelaskan bahwa semua Nabi adalah penggembala kambing. Ketika para shahabat menanyakan apakah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ juga penggembala kambing, maka beliau menginformasikan sesuatu yang selama ini belum pernah mereka ketahui yaitu bahwa beliau pernah menjadi seorang penggembala kambing ketika beliau masih di Makkah. Beliau menggembala kambing-kambing milik penduduk Makkah dengan upah beberapa Qiroth atas jasa menggembala.
Qiroth dalam hadis ini bermakna ukuran berat perak yang setara dengan 0,2475 gram perak (sebagian ulama memahami Qiroth adalah ukuran berat emas). Jika harga satu gram perak Rp 24.873,95 (berdasarkan info dalam situs https://lantakanemas.com tgl 27 Jumada Al-Ula 1433 H/ 19 April 2012), maka Satu Qiroth perak kira-kira senilai dengan Rp 6.156,3026. Atau anggaplah bulat Rp 6.000,- Suwaid, salah satu perawi hadis ini menjelaskan bahwa penghitungan upah menggembala yang dimaksud adalah satu Qiroth untuk satu kambing. Jika kita asumsikan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menggembala 3-10 kambing berarti upah beliau kira-kira berkisar antara Rp.18.000,- Rp. 60.000,- . Jika makna Qiroth yang disebutkan dalam riwayat tersebut adalah ukuran berat untuk emas, tentu konversi nilainya lebih besar lagi, karena harga emas per gram berdasarakan info pada situs yang sama Rp. 585.000 dengan ukuran satu Qiroth emas setara dengan 0,212 gram emas.
Oleh karena itu riwayat ini menunjukkan bahwa penggembala kambing adalah salah satu pekerjaan yang pernah dijalani Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sebagai sumber penghasilan harta untuk mencukupi kebutuhan. Artinya beliau pernah bekerja di bidang jasa, karena menggembala kambing dengan kompensasi upah termasuk akad Ijaroh (perkontrakan), yaitu akad pertukaran antara jasa/manfaat menggembala dengan kompensasi harta berupa satu Qiroth perkambing.
2.Berdagang
Berdagangnya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ adalah sesuatu yang masyhur. Keterlibatan pertama dalam perdagangan beliau adalah saat diajak pamannya ke Syam dalam usia remaja, kemudian ketika tumbuh menjadi pemuda dewasa beliau bekerjasama dengan Khadijah memperdagangkan barang jualannya dengan akad Mudhorobah. Ibnu Hisyam menulis dalam kitabnya;
قَالَ ابْنُ إسْحَاقَ: وَكَانَتْ خَدِيجَةُ بِنْتُ خُوَيْلِدٍ امْرَأَةً تَاجِرَةً ذَاتَ شَرَفٍ وَمَالٍ.
سيرة ابن هشام ت السقا (1/ 188)
تَسْتَأْجِرُ الرِّجَالَ فِي مَالِهَا وَتُضَارِبُهُمْ إيَّاهُ، بِشَيْءٍ تَجْعَلُهُ لَهُمْ، وَكَانَتْ قُرَيْشٌ قَوْمًا تُجَّارًا، فَلَمَّا بَلَغَهَا عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا بَلَغَهَا، مِنْ صَدْقِ حَدِيثِهِ، وَعِظَمِ أَمَانَتِهِ، وَكَرَمِ أَخْلَاقِهِ، بَعَثَتْ إلَيْهِ فَعَرَضَتْ عَلَيْهِ أَنْ يَخْرُجَ فِي مَالٍ لَهَا إلَى الشَّامِ تَاجِرًا، وَتُعْطِيهِ أَفَضْلَ مَا كَانَتْ تُعْطِي غَيْرَهُ مِنْ التُّجَّارِ، مَعَ غُلَامٍ لَهَا يُقَالُ لَهُ مَيْسَرَةَ، فَقَبِلَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْهَا، وَخَرَجَ فِي مَالِهَا ذَلِكَ، وَخَرَجَ مَعَهُ غُلَامُهَا مَيْسَرَةُ حَتَّى قَدِمَ الشَّامَ
Ibnu Ishaq berkata: Khadijah binti Khuwailid adalah seorang wanita pedagang yang mulia dan kaya. Beliau mengkontrak para lelaki untuk menjalankan hartanya dan bekerjasama dengan akad Mudhorobah dengan mereka atas kesepakatan upah tertentu. Orang-orang Quraisy adalah kaum pedagang. Ketika Khadijah mendengar kejujuran ucapan Nabi, besarnya sifat amanat dan kemuliaan akhlaknya, Khadijah mengirimkan utusan untuk menawari beliau mengelola hartanya menuju Syam menjadi pedagang. Khadijah memberi beliau kompensasi yang paling menguntungkan dari semua kompensasi yang pernah diberikan kepada para pedagang. Misi dagang itu ditemani orang Khadijah yang bernama Maisaroh. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَmenerima tawaran bisnis tersebut dan keluar untuk mengelola harta Khadijah dan Maisaroh ikut keluar menemani Nabi hingga sampai di negeri Syam (Sirah Ibnu Hisyam, vol.1 hlm 187-188)
3. Ghanimah
Setelah peristiwa berdaganggya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ke Syam, maka Khadijah menikah dengan beliau. Tidak lama kemudian, beliau diangkat menjadi Nabi. Kemudian beliau berjuang menyampaikan Risalah kenabian hingga wafatnya Khadijah. Tidak lama sesudah wafatnya Khadijah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pun berhijrah ke Madinah. Di Madinah, beliau memfokuskan dirinya menjalankan tugas-tugas kenabian sekaligus menjadi kepala negara yang mengurusi urusan rakyatnya. Kemudian Allah mewajibkan jihad (perang untuk meninggikan Kalimatullah), dan memberi beliau rizki dari sebagian Ghanimah (harta rampasan) dari peperangan-peperangan yang dimenangkan kaum Muslimin. Allah berfirman;
Ketahuilah, Sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang , Maka Sesungguhnya seperlima untuk Allah dan untuk Rasul (Al-Anfal; 41)
Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sendiri pernah mengatakan bahwa setelah Jihad diwajibkan, Allah memberinya rizki dari pintu Jihad. Ahmad meriwayatkan;
عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بُعِثْتُ بِالسَّيْفِ حَتَّى يُعْبَدَ اللَّهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَجُعِلَ رِزْقِي تَحْتَ ظِلِّ رُمْحِي
Dari Ibnu Umar ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku diutus dengan pedang hingga Allah yang sembah dan tiada sekutu bagi-Nya, rizkiku dijadikan di bawah bayang-bayang tombakku (H.R.Ahmad)
Kehalalan Ghanimah bagi Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memang diantara keistimewaan dan kekhususan beliau yang tidak diberikan kepada Nabi-Nabi yang lain. Bukhari meriwayatkan;
جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُعْطِيتُ خَمْسًا لَمْ يُعْطَهُنَّ أَحَدٌ مِنْ الْأَنْبِيَاءِ قَبْلِي نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ وَجُعِلَتْ لِي الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا وَأَيُّمَا رَجُلٍ مِنْ أُمَّتِي أَدْرَكَتْهُ الصَّلَاةُ فَلْيُصَلِّ وَأُحِلَّتْ لِي الْغَنَائِمُ وَكَانَ النَّبِيُّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ خَاصَّةً وَبُعِثْتُ إِلَى النَّاسِ كَافَّةً وَأُعْطِيتُ الشَّفَاعَةَ
Jabir bin ‘Abdullah berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku diberikan lima perkara yang tidak diberikan kepada seorangpun dari Nabi-Nabi sebelumku; aku ditolong melawan musuhku dengan ketakutan mereka sepanjang sebulan perjalanan, bumi dijadikan untukku sebagai tempat sujud dan suci; maka dimana saja seorang dari ummatku mendapati waktu shalat hendaklah ia shalat. Dihalalkan harta rampasan untukku, para Nabi sebelumku diutus khusus untuk kaumnya sedangkan aku diutus untuk seluruh manusia, dan aku diberikah (hak) syafa’at”.(H.R. Al-Bukhari)
Sebelum Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ diutus, Ghanimah diharamkan bagi umat-umat terdahulu. Semua Ghanimah yang didapatkan disambar api yang diturunkan Allah dari langit yang kemudian menghabiskannya. At-Tirmidzi meriwayatkan;
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَمْ تَحِلَّ الْغَنَائِمُ لِأَحَدِ سُودِ الرُّءُوسِ مِنْ قَبْلِكُمْ كَانَتْ تَنْزِلُ نَارٌ مِنْ السَّمَاءِ فَتَأْكُلُهَا
Dari Abu Hurairah dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Salam bersabda: “Harta rampasan perang itu tidak dihalalkan bagi seorangpun sebelum kalian karena dulu langsung dilalap api yang turun dari langit. (H.R. At-Tirmidzi)
4. Fai’
Sumber rizki Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang lain setelah beliau berhijrah ke Madinah adalah Fai’. Fai’ juga semakna dengan Ghanimah. Perbedaannya, jika Ghanimah adalah harta rampasan yang diperoleh setelah dilakukan peperangan, maka Fai’ adalah harta rampasan yang diperoleh tanpa peperangan. Allah menerangkan dalam Al-Quran bahwa Fai’ adalah salah satu hak Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ . Allah berfirman;
Apa saja Fai’ (harta rampasan) yang diberikan Allah kepada RasulNya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota Maka adalah untuk Allah, dan untuk Rasul (Al-Hasyr; 7)