Oleh: Ust. Muafa
1. Muhammad (مُحَمَّدٌ )
Muhammad adalah nama yang paling masyhur untuk Nabi kita tercinta. Nama ini disebut Allah dalam Surat Ali-Imran, Al-Ahzab, Muhammad, dan Al-Fath . Allah berfirman;
Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul (Ali Imran; 144)
Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu (Al-Ahzab; 40)
Dan orang-orang mukmin dan beramal soleh serta beriman kepada apa yang diturunkan kepada Muhammad dan Itulah yang haq dari Tuhan mereka, Allah menghapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan memperbaiki Keadaan mereka. (Muhammad;2)
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang Kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka (Al-Fath;29)
Lafadz Muhammad adalah jenis Isim ‘Alam (اسْمُ عَلَمٍ ) yang Manqul/Transcribed (مَنْقُوْلٌ) dari Shifat/Adjective (صِفَةٌ) yang berupa Isim Maf‘ul (اسْمُ مَفْعُوْلٍ). Asalnya dari kata حَمَّدَ yang merupakan bentuk Mubalaghoh dari kata حَمِدَ. Dalam bahasa Arab, Wazan فَعَّلَ diantaranya memberi faidah makna تَكْثِيْرٌ (intensitas tinggi). Kata قَطَعَ misalnya, maknanya adalah “memotong“. Jika kata ini diubah ke wazan قَطَّعَ maka maknanya berubah menjadi “memotong berkali-kali/ memotong-motong/merajang“. Demikian pula kata مُحَمَّدٌ kata ini asalnya dari kata حَمِدَ yang bermakna “memuji“. Ketika diubah ke Wazan فَعَّلَ sehingga menjadi حَمَّدَ maka maknanya berubah menjadi ” banyak memuji/berkali-kali memuji” . Kemudian lafadz itu diubah menjadi Isim Maf’ul untuk memberi makna obyek yang dikenai pekerjaan sehingga lafadznya menjadi مُحَمَّدٌ. Akhirnya makna finalnya adalah “yang berkali-kali dipuji/banyak dipuji/sering dipuji” .Nama Muhammad bagi Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjadi pembenar sekaligus bukti keagungan beliau, karena beliau banyak dipuji baik penduduk bumi maupun penduduk langit.
Ajaibnya, tidak ada orang Arab sebelum diutusnya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang memberi namanya dengan nama Muhammad. Mungkin hikmah Allah yang Maha luhur memang telah menghendaki demikian. Bayi-bayi yang lahir dikalangan Arab tidak ada yang dinamai Muhammad hingga datang suatu waktu di saat masa diutusnya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sudah dekat, sejumlah orang Arab mendengar dari Ahli Kitab bahwa tak lama lagi akan diutus seorang Nabi bernama Muhammad. Maka mereka sangat berharap agar anak mereka yang mendapat keberuntungan itu. Akhirnya sejumlah ayah menamai bayi mereka dengan nama Muhammad sebelum Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ diutus. Ibnu Katsir dalam Sirahnya mencatat nama enam orang-dan tidak ada lagi yang ketujuh- yang diberi nama Muhammad sebelum Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ diutus. Mereka adalah
o Muhammad bin Uhaihah (محمد بن أحيحة)
o Muhammad bin Maslamah (محمد بن مسلمة)
o Muhammad bin Baro‘ (محمد بن براء)
o Muhammad bin Sufyan (محمد بن سفيان)
o Muhammad bin Humron (محمد بن حمران), dan
o Muhammad bin Khuza‘i (محمد بن خزاعي)
Namun diantara keenam nama ini tidak ada satupun yang mengaku sebagai Nabi, atau dipromosikan orang lain sebagai Nabi. Oleh karena itu, tidak ada celah keraguan sedikitpun atas kenabian Muhammad Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang sebenarnya yaitu Muhammad bin Abdillah.
Menurut As-Suhaili dalam kitabnya “Ar-Roudh Al-Unuf“, Syarah Siroh Ibnu Hisyam, yang memberi nama Muhammad adalah kakek beliau sendiri; Abdul Muttholib. Abdul Muttholib ingin cucunya dipuji oleh seluruh penduduk bumi karena mimpi yang dilihatnya. Berikut nukilan mimpi Abdul Mutthalib dalam kitab tersebut;
كَانَ عَبْدُ الْمُطّلِبِ قَدْ رَأَى فِي مَنَامِهِ كَأَنّ سِلْسِلَةً مِنْ فِضّةٍ خَرَجَتْ مِنْ ظَهْرِهِ لَهَا طَرَفٌ فِي السّمَاءِ وَطَرَفٌ فِي الْأَرْضِ وَطَرَفٌ فِي الْمَشْرِقِ وَطَرَفٌ فِي الْمَغْرِبِ ثُمّ عَادَتْ كَأَنّهَا شَجَرَةٌ عَلَى كُلّ وَرَقَةٍ مِنْهَا نُورٌ وَإِذَا أَهْلُ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ كَأَنّهُمْ يَتَعَلّقُونَ بِهَا ، فَقَصّهَا ، فَعُبّرَتْ لَهُ بِمَوْلُودِ يَكُونُ مِنْ صُلْبِهِ يَتْبَعُهُ أَهْلُ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَيَحْمَدُهُ أَهْلُ السّمَاءِ وَالْأَرْضِ فَلِذَلِكَ سَمّاهُ مُحَمّدًا مَعَ مَا حَدّثَتْهُ بِهِ أُمّهُ حِينَ قِيلَ لَهَا : إنّك حَمَلْت بِسَيّدِ هَذِهِ الْأُمّةِ فَإِذَا وَضَعْته فَسَمّيهِ مُحَمّدًا
Abdul Muttholib melihat dalam mimpinya seakan-akan ada sebuah rantai yang terbuat dari perak keluar dari punggungnya. Santai itu salah satu ujungnya berada di langit ujung yang lain berada di bumi. Ujung yang lain berada d timur,ujung lain berada di barat. Kemudian rantai itu kembali seakan-akan dia berubah menjadi pohon, yang mana setiap daunnya ada cahayanya. Tiba-tiba penduduk timur dan barat bergelantungan padanya..lalu Abdul Muttholib menceritakan mimpi itu maka di tafsirkan akan ada bayi yang akan keluar dari keturunannya yang akan diikuti penduduk timur dan barat dan akan dipuji penduduk langit dan bumi. Karena itulah dia menamai cucunya Muhammad. Hal ini menguatkan yang diceritakan ibu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَketika mengandungnya, yakni saat ada suara; Sesungguhnya engkau mengandung pemimpin umat ini. Jika engkau telah melahirkannya namailah Muhammad (Ar-Roudh Al-Unuf vol.1, hlm 276)
2. Ahmad (أَحْمَدُ )
Nama ini adalah nama yang disebut Nabi Isa Alaihissalam ketika memberi kabar gembira akan datangnya Nabi dan Rasul terakhir. Allah berfirman;
Dan (ingatlah) ketika Isa Ibnu Maryam berkata: “Hai Bani Israil, Sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, Yaitu Taurat, dan memberi khabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (As-Shoff;6)
Sebagaimana lafadz Muhammad, lafadz Ahmad juga jenis Isim ‘Alam (اسْمُ عَلَمٍ ) yang Manqul/Transcribed (مَنْقُوْلٌ) dari Shifat/Adjective (صِفَةٌ) yang berupa Isim Tafdhil (اسْمُ تَفْضِيْلٍ). Isim Tafdhil adalah lafadz yang bermakna paling atau lebih. Kata كَبُرَ (besar) misalnya jika diubah menjadi Isim Tafdhil menjadi أَكْبَرُ maka maknanya berubah menjadi “yang paling/lebih besar”. Kata صَغُرَ (kecil) jika diubah menjadi Isim Tafdhil menjadi أَصْغَرُ maka maknanya berubah menjadi “yang paling/lebih kecil”. Demikian pula kata أَحْمَدُ asalnya adalah حَمِدَ (memuji) yang diubah menjadi Isim Tafdhil sehingga menjadi bermakna “yang paling memuji”. nama ini memberi sifat keutamaan kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ karena perkiraan maknanya adalah أَحْمَدُ الْحَامِدِيْنَ artinya, beliau adalah hamba Allah yang paling baik dalam memuji Allah diantara para pemuji.
3. Mahi (الْمَاحِيْ )
Mahi الْمَاحِيْ adalah Isim Fa’il yang bermakna “Yang Menghapus“. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dinamai Mahi karena beliau menghapus kekufuran atau menghapus dosa umat yang mengikutinya ketika mereka menjalankan ajaran-ajarannya.
4. Hasyir (الْحَاشِرُ )
Hasyir الْحَاشِرُ adalah Isim Fa’il yang bermakna “Yang mengumpulkan“. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dinamai Hasyir karena dengan aktivitas dakwah yang beliau lakukan, beliau mengumpulkan manusia menjadi pengikut beliau dan Allah tidak menerima agama seseorang sesudah diutusnya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ jika tidak mengikuti ajaran beliau. Bisa juga difahami bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang menjadi tumpuan harapan Syafaat pada hari kiamat sehingga para manusia berkumpul di sekeliling beliau.
5. Aqib (الْعَاقِبُ )
Aqib الْعَاقِبُ adalah Isim Fa’il yang bermakna “Yang datang belakangan“. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dinamai Aqib karena beliau menjadi Nabi terakhir dan tidak ada lagi Nabi sesudah beliau.
Nama Mahi, Hasyir, dan ‘Aqib dinyatakan dalam hadis berikut;
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ لِي أَسْمَاءً أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَحْمَدُ وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يَمْحُو اللَّهُ بِيَ الْكُفْرَ وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمَيَّ وَأَنَا الْعَاقِبُ الَّذِي لَيْسَ بَعْدَهُ أَحَدٌ
Dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari bapaknya radhiallahu ‘anhu katanya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku mempunyai beberapa nama: (1) Aku bernama Muhammad. (2) Aku bernama Ahmad. (3) Aku bernama Al Mahi (penghapus), yang artinya Allah menumpas kekufuran denganku. (4) Aku bernama Al-Hasyir (pengumpul) yang artinya Allah mengumpulkan manusia mengikuti langkahku. (5) Aku bernama Al ‘Aqib (penutup), yang artinya tidak ada seorang Nabi pun sesudahku. ” (H.R.Muslim)
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِي خَمْسَةُ أَسْمَاءٍ أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَحْمَدُ وَأَنَا الْمَاحِي الَّذِي يَمْحُو اللَّهُ بِي الْكُفْرَ وَأَنَا الْحَاشِرُ الَّذِي يُحْشَرُ النَّاسُ عَلَى قَدَمِي وَأَنَا الْعَاقِبُ
Dari Ibnu Syihab dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im dari bapaknya radhiallahu ‘anhu berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku memiliki lima nama, Aku adalah (1). Muhammad, (2). Ahmad, (3). aku juga Al Mahiy (penghapus), maksudnya Allah menghapuskan kekafiran melalui perantaraanku, (4). Aku juga Al Hasyir (penghimpun), maksudnya manusia akan berhimpun di bawah kakiku dan aku juga (5) Al ‘Aqib, yang artinya tidak ada seorang nabi pun sepeninggalku..(H.R.Bukhari)
6. Muqoffi (الْمُقَفِّيْ )
Muqoffi الْمُقَفِّيْ adalah Isim Fa’il yang bermakna “Yang mengikuti jejak“. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dinamai Muqoffi karena beliau meneruskan ajaran Nabi-Nabi sebelumnya. Nama Muqoffi dekat juga dengan makna ‘Aqib.
7. Nabiyyut Taubah (نَبِيُّ التَّوْبَةِ )
Nabiyyut Taubah (نَبِيُّ التَّوْبَةِ ) bermakna Nabi Taubat. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dinamai Nabiyyut Taubah karena beliau datang dengan membawa ajaran Taubat, untuk membersihkan dan mensucikan umatnya dari kotoran dosa dan membebaskan mereka dari belenggu maksiat.
8. Nabiyyur Rohmah (نَبِيُّ الرَّحْمَةِ )
Nabiyyur Rohmah (نَبِيُّ الرَّحْمَةِ ) bermakna Nabi kasih sayang. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dinamai Nabiyyur Rohmah karena beliau datang dengan membawa ajaran kasih sayang. Menyayangi diri sendiri dengan menjauhi semua maksiat dan juga menyayangi sesama karena tidak ingin mereka tertimpa derita.
Nama Muqoffi, Nabiyyut Taubah, dan Nabiyyur Rohmah dinyatakan dalam hadis berikut;
عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسَمِّي لَنَا نَفْسَهُ أَسْمَاءً فَقَالَ أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَحْمَدُ وَالْمُقَفِّي وَالْحَاشِرُ وَنَبِيُّ التَّوْبَةِ وَنَبِيُّ الرَّحْمَةِ
Dari Abu ‘Ubaidah dari Abu Musa Al Asy’ari dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan beberapa nama kepada kami yang merupakan nama beliau pribadi, sabdanya: “Aku bernama Muhammad, Ahmad, Al Muqaffi (sama dengan nama Al Aqib, penutup), Al Hasyir, Nabiyyut–Taubah dan Nabiyyur–Rahmah.” (H.R.Muslim)
9. Nabiyyul Malhamah (نَبِيُّ الْمَلْحَمَةِ )
Nabiyyul Malhamah (نَبِيُّ الْمَلْحَمَةِ ) bermakna Nabi Tempur. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dinamai Nabiyyul Malhamah karena beliau datang dengan membawa ajaran Jihad yang merupakan perintah Allah untuk menyebarkan Islam, yakni mendobrak penghalang fisik yang merintangi tersebarnya Islam ke seluruh dunia. Nama Nabiyyul Malhamah dinyatakan dalam hadis berikut;
عَن أَبِي مُوسَى قَالَ
سَمَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَفْسَهُ أَسْمَاءً مِنْهَا مَا حَفِظْنَا وَمِنْهَا مَا لَمْ نَحْفَظْ فَقَالَ أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَنَا أَحْمَدُ والْمُقَفِّي وَالْحَاشِرُ وَنَبِيُّالتَّوْبَةِ وَنَبِيُّ الْمَلْحَمَةِ
Dari Abu Musa ia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberitahu kami nama-nama beliau dengan beberapa nama, diantaranya yang kami hafal, beliau bersabda: “Aku adalah Muhammad, Ahmad, Al Muqaffi, Al Haasyir, Nabiyyut Taubah dan Nabiyyul Malhamah.” (H.R.Ahmad)
10. Khotim (الْخَاتِمُ )
Khotim (الْخَاتِمُ ) adalah Isim Fa’il yang bermakna “Yang menutup/mengunci “. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dinamai Khotim karena beliau menutup/ mengunci kenabian, sehingga tidak ada lagi Nabi dan Rasul sesudah beliau. Nama Khotim dinyatakan dalam hadis berikut;
عَنْ نَافِعِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَنَا مُحَمَّدٌ وَأَحْمَدُ وَالْحَاشِرُ وَالْمَاحِي وَالْخَاتِمُ وَالْعَاقِبُ
Dari Nafi’ bin Jubair bin Muth’im dari Bapaknya berkata; saya mendengar Rasulullah Shallallahu’alaihiwasallam bersabda: “Saya adalah Muhammad, Ahmad, Al Hasyir, Al Mahi, Al Khotim, dan Al ‘Aqib.” (H.R.Ahmad)
11. Mutawakkil (الْمُتَوَكِّلُ )
Mutawakkil (الْمُتَوَكِّلُ ) adalah Isim Fa’il yang bermakna “Yang bertawakkal “. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dinamai Mutawakkil karena beliau adalah pribadi yang bertawakkal kepada Rabbnya. Nama Mutawakkil dinyatakan dalam hadis berikut;
عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ قَالَ لَقِيتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قُلْتُ
أَخْبِرْنِي عَنْ صِفَةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي التَّوْرَاةِ قَالَ أَجَلْ وَاللَّهِ إِنَّهُ لَمَوْصُوفٌ فِي التَّوْرَاةِ بِبَعْضِ صِفَتِهِ فِي الْقُرْآنِ
{ يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِدًا وَمُبَشِّرًا وَنَذِيرًا }
وَحِرْزًا لِلْأُمِّيِّينَ أَنْتَ عَبْدِي وَرَسُولِي سَمَّيْتُكَ المتَوَكِّلَ لَيْسَ بِفَظٍّ وَلَا غَلِيظٍ وَلَا سَخَّابٍ فِي الْأَسْوَاقِ وَلَا يَدْفَعُ بِالسَّيِّئَةِ السَّيِّئَةَ وَلَكِنْ يَعْفُو وَيَغْفِرُ وَلَنْ يَقْبِضَهُ اللَّهُ حَتَّى يُقِيمَ بِهِ الْمِلَّةَ الْعَوْجَاءَ بِأَنْ يَقُولُوا لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَيَفْتَحُ بِهَا أَعْيُنًا عُمْيًا وَآذَانًا صُمًّا وَقُلُوبًا غُلْفًا
Dari ‘Atho’ bin Yasar berkata; Aku bertemu dengan ‘Abdullah bin ‘Amru bin Al ‘Ash radliallahu ‘anhuma lalu aku katakan: “Kabarkan kepadaku tentang sifat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di dalam kitab At-Taurah?” Dia berkata: “Baik. Demi Allah, sungguh Beliau telah disebutkan dalam kitab At-Taurah sebagian dari sifat-sifat Beliau seperti yang disebutkan dalam Al Qur’an (Wahai Nabi, sesungguhnya kami mengutus engkau sebagai saksi, pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan), menjaga para ummiyyin (kaum yang tidak baca tulis). Engkau adalah hambaKu dan RasulKu, Aku memberimu nama Al Mutawakkil, bukan orang yang bersifat kasar lagi keras tidak suka berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas keburukan dengan keburukan tetapi memaafkan dan mengampuni, dan Allah tidak akan mematikannya hingga Beliau meluruskan agama-agama yang bengkok agar hanya mengucapkan Laa ilaaha illallah yang dengannya akan membuka mata yang buta, telinga yang tuli dan hati yang tertutup”. Hadits ini dikuatkan pula oleh ‘Abdul ‘Aziz bin Abu Salamah dari Hilal. Dan berkata, Sa’id dari Hilal dari ‘Atho’ dari Ibu Salam: Arti ghulf adalah tertutup atau segala sesuatu yang masih mempunyai penutup, saif aghlaf artinya pedang yang tersimpan dalam sarung, qaus ghulafa’ artinya anak panah yang tertutup (tersimpan dalam sarungnya). Dan seorang laki-laki dikatakan aghlaf bila dia belum dikhitan (kemaluannya belum dikhitan) “. (H.R.Muslim)
12. Sayyidu Waladi Adam (سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ )
Sayyidu Waladi Adam (سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ ) bermakna; Pemimpin keturunan Adam. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dinamai Sayyidu Waladi Adam karena beliaulah yang ditunjuk untuk memberi Syafaat bagi keturunan Adam Alaihissalam pada hari kiamat. Nama Sayyidu Waladi Adam dinyatakan pada hadis berikut;
عن أَبُي هُرَيْرَةَ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ وَأَوَّلُ شَافِعٍ وَأَوَّلُ مُشَفَّعٍ
Dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Aku adalah pemimpin anak Adam pada hari kiamat kelak, aku adalah orang yang muncul lebih dahulu dari kuburan, aku adalah orang yang paling dahulu memberi syafa’at, dan aku adalah orang yang paling dahulu dibenarkan memberi syafa’at.” (H.R.Muslim)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا فَخْرَ وَبِيَدِي لِوَاءُ الْحَمْدِ وَلَا فَخْرَ وَمَا مِنْ نَبِيٍّ يَوْمَئِذٍ آدَمُ فَمَنْ سِوَاهُ إِلَّا تَحْتَ لِوَائِي وَأَنَا أَوَّلُ مَنْ تَنْشَقُّ عَنْهُ الْأَرْضُ وَلَا فَخْرَ
Dari Abu Sa’id dia berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Saya adalah penghulu bani Adam pada hari kiamat, bukannya untuk membanggakan diri. Di tanganku terdapat bendera pujian, bukannya untuk membanggakan diri, dan tidak ada seorang Nabi pun pada hari itu, baik Adam maupun yang lain kecuali berada dibawah benderaku. Akulah orang yang pertama kali di bangkitkan (dari kubur) bukannya untuk membanggakan diri.”. (H.R.At-Tirmidzi)
13. Ibnu ‘Awatik (ابْنُ الْعَوَاتِكِ )
Ibnu ‘Awatik (ابْنُ الْعَوَاتِكِ ) bermakna putra ‘Atikah-‘Atikah, karena ‘Awatik adalah bentuk Jamak dari kata ‘Atikah. Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dinamai Ibnu ‘Awatik karena nenek moyang beliau ada 5 orang wanita yang bernama ‘Atikah. Nama Ibnu ‘Awatik dinyatakan dalam hadis berikut;
عَنْ عَمْرِو بن سَعِيدِ بن الْعَاصِ، أنا سِيَابَةُ بن عَاصِمٍ السُّلَمِيُّ، أَنّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ يَوْمَ حُنَيْنٍ:”أَنَا ابْنُ الْعَوَاتِكِ“
“Dari ‘Amr bin Said bin Al-‘Ash Siyabah bin ‘Ashim memberitahu bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda saat perang Hunain ” Aku adalah putra Awatik” (H.R.At-Thobaroni)
Bersambung ke Gelar Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (III)
Sumber: Arti Nama-nama Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ