Oleh: Ust. Muafa
Di antara kitab fenomenal di kalangan ulama syafi’iyyah adalah kitab Minhaj Ath-Tholibin (منهاج الطالبين) karya An-Nawawi.
Kitab ini populer, luas manfaatnya, banyak dikaji, dibicarakan, didiskusikan, diajarkan, dibuatkan syarah (penjelasan panjang), disusunkan hasyiyah (catatan pinggir), sampai digubahkan nadhom (puisi).
Demikian besarnya perhatian ulama-ulama syafi’iyyah sampai Abdullah Al-Habsyi dalam kitabnya yang berjudul Jami’ Asy-Syuruh Wa Al-Hawasyi menyebut lebih dari 300 karya dibuat untuk menjelaskan, menguraikan, dan memberi catatan pinggir untuk kitab ini. Ahmad Ar-Rifa’i bahkan mengklaim syarah terhadap kitab ini mencapai angka 1000 lebih!
Sekedar memberi gambaran, di antara ratusan syarah Minhaj Ath-Tholibin itu sebagiannya terkenal di Indonesia, misalnya kitab-kitab berikut ini:
• Kanzu Ar-Roghibin karya Jalaluddin Al-Mahalli. Dari kitab ini lahir dua Hasyiyah yaitu Hasyiyah Qolyubi dan Hasyiyah ‘Amiroh
• Fathu Al-Wahhab karya Zakariyya Al-Anshori. Asalnya, Zakariyya meringkas Minhaj Ath-Tholibin dalam kitab yang bernama Manhaj Ath-Thullab. Lalu beliau mengarang syarah untuk kitab ringkasannya sendiri dan diberi nama Fathu Al-Wahhab. Dari kitab Fathu Al-Wahhab ini lahir Hasyiyah Al-Bujairimi
• Tuhfatu Al-Muhtaj karya Ibnu Hajar Al-Haitami
• Mughni Al-Muhtaj karya Al-Khothib Asy-Syirbini
• Nihayatu Al-Muhtaj karya Ar-Romli
Tentu saja, tidak mungkin sebuah kitab mendapat perhatian setinggi ini jika tidak memiliki tingkat abstraksi yang juga sangat tinggi.
Bagaimana ceritanya Minhaj Ath-Tholibin mencapai kedudukan setinggi ini?
Barangkali kita akan lebih mudah memahami jika mencoba mengulik dan mengusut asal usul alias “nasab” kitab ini seraya memperhatikan kedudukan An-Nawawi di kalangan ulama Syafi’iyyah.
Telah kita bahas sebelumnya bahwa An-Nawawi adalah bintang cemerlang dalam madzhab Asy-Syafi’i karena jasanya dalam melakukan tahrir madzhab (menyeleksi ijtihad ulama syafi’iyyah agar sah dinisbatkan pada madzhab syafi’i) untuk menyempurnakan pekerjaan Ar-Rofi’i. An-Nawawi dan Ar-Rofi’i diberi gelar penghormatan Asy-Syaikhan (dua syaikh/guru) sebagai apresiasi atas jasa besar ini. (lihat Ar Rofi’dan An Nawawi, dua Pendekar Ulama Syafi’iyyah). Di manapun dalam kitab-kitab ulama syafi’iyyah, jika disebut syaikhan, maka yang dimaksud adalah Ar-Rofi’i dan An-Nawawi.
Dengan kedudukan seperti ini, wajar jika karya apapun An-Nawawi yang terkait representasi madzhab Asy-Syafi’i akan diberi perhatian lebih dibandingkan ulama syafi’iyyah yang lain.
Minhaj At-Tholibin sebenarnya adalah bentuk mukhtashor (ringkasan) dari karya Ar-Rofi’i yang bernama Al-Muharror.
Kitab Al-Muharror itu sendiri adalah versi ringkas hasil penelitian Ar-Rofi’i setelah melakukan tahrir madzhab dengan mengkaji kitab-kitab syafi’iyyah mutaqoddimin sebelum beliau. Jadi, bisa kita bayangkan, Ar-Rofi’i telah mengkaji kitab-kitab seperti Al-Hujjah, Al-Umm, Ar-Risalah, Muktashor Al-Muzani, Nihayatu Al-Mathlab, Bahru Al-Madzhab, Al-Hawi Al-Kabir, Al-Basith, Al-Wasith, Al-Wajiz, At-Tanbih, Al-Muhadzdzab, At-Ta’liqot..dst yakni semua kitab-kitab syafi’iyyah mutaqoddimin, kemudian beliau meneliti ulang ijtihad-ijtihad ulama syafi’iyyah yang terkandung dalam kitab-kitab tersebut agar bisa dinilai, mana yang sesuai dengan kaidah ijtihad Asy-Syafi’i, juga meneliti ulang kebenaran klaim-klaim ijtihad Asy-Syafi’i. Setelah tuntas, hasil penelitiannya dituangkan dan ditulis ulang dalam bentuk abstrak (ringkasan) dan diberi nama Al-Muharror.
Kitab Al-Muharror yang sudah ringkas ini diperas dan dipadatkan lagi oleh An-Nawawi menjadi kitab Minhaj Ath-Tholibin dengan tambahan hasil penelitian beliau sendiri. Dengan demikian kitab Minhaj Ath-Tholibin adalah cerminan abstrak dari sebuah abstrak. Bukan sembarang abstrak, tetapi abstrak yang disusun dengan penguasaan menyeluruh terhadap madzhab syafi’i. Oleh karena itu, wajar jika kitab ini memiliki tingkat abstraksi yang sangat tinggi.
اللهم اجعلنا من محبي العلماء الصالحين
***
One Comment
umam
ustad, sampean kok ngalim temen. aku nyuwun izin maca tulisan-tulisan ne, nggih?